Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Tiada pujian yang pantas diberikan kecuali kepada Sang Maha Agung Allah Rabb sekalian alam ...Shalawat tercurah buat suri tauladan ...Rasulullah SAW Muhammad SAW ...
Sahabat ...
Aku ingin berkisah kepada antum semua ...kish ini aku kutip dalam sebuah buku karya Syaikh Muzaffer Ozak ( pimpinan dari Tarekat Halveti-Jerrahi salah satu cabang dari tarekat-tarekat shufi yang terbesar yang telah berumur 300 tahun ) dikompilasikan oleh Syaikh Ragip Frager yang berjudul : Love is the Wine : Talks of a Sufi Master in America terbitan Threshold Books, 1987 lalu diterjemahkan oleh Nadia Dwi Insani dengan judul : Cinta Bagai Anggur Urain Hikmah Seorang Guru Shufi di Amerika terbitan P.T. Granesia , Bandung, 2000 M ...
Siapa yang tidak mengenal khalifah Umar bin Khattab ? Sang khalifah yang tersohor dengan ketegasannya ... penguasa Muslim diseluruh pelosok dunia yang tidak memiliki istana ...penguasa berpakaian penuh tambalan yang membuat bertekuk lutut imperium besar Romawi dan Persia ...
Suatu ketika datang ke kalangan beliau yang tengah bersama para shahabat, tiga orang pemuda. Ternyata dua orang datang dengan tujuan meminta keadilan terhadap orang ketiga yang telah membunuh ayah mereka.
Khalifah Umar bin Khattab bertanya kepada pemuda ketiga apakah benar pengaduan tersebut. Pemuda ketiga menjawab :
" Ya, memang benar.Tidak ada seorangpin saksi kejadian itu, kecuali Allah. Dengan seizinmu, akan kuceritakan apa yang terjadi, dan akan kuterima dakwaan apapun yang akan engkau ajukan. Aku datang ke Madinah pagi ini, untuk mengunjungi makam Nabi yang mulia. Kuikatkan kudaku kesebatang pohon kurma di tepi jalan dan aku membersihkan diri dari debu jalanan. Belum lagi aku selesai, kudaku mulai memakan buah kurma. Ketika aku mencoba menangkapnya, ia mematahkan salah satu cabang pohon kurma. Saat itu, kulihat seorang lelaki tua berlari menghampiriku. Sambil marah, lelaki itu mengambil sebutir batu besar dan melemparkannya ke arah kudaku. Batu itu membentur kepala kudaku dan kuda kesayanganku itu roboh ke tanah, mati. Aku jadi ikut marah. Ku ambil batu yang telah dipakai membunuh kudaku yan indah itu dan kulemparkan kembali kepada si orang tua. Ia juga menyusl roboh ke tanah, mati.
" Aku bisa saja kabur dan melarikan diri, tidak akan ada yang tahu siapa yang telah membunuh orang tua itu. Tetapi ku lebih suka menjalani hukuman di dunia ini, dari pada nanti di Dunia Yang Akan Datang. Aku tidak bermaksud membunuhnya. Aku hanya dikuasai oleh amarah ketika ia membunuh kudaku."
Khalifah Umar bin Khattan berkata :
" Engkau telah mengakui suatu kejahatan besar. Sesuai dengan hukum Islam, hukumannya ialah mati."
Pemuda itu menjawb :
" Sebagai seorang beriman, aku terikat kepada hukum. Akan tetapi, saat ini dikampung asalku, aku tengah memegang harta seorang anak yatim. Kusembunyikan harta anak yatim itu di desa kami, disuatu tempat yang hanya aku saja yang mengetahuinya. Seandainya aku dihukum mati sekarang, harta itu bisa hilang. Tolonglah beri aku waktu tangguh selama tiga hari, sehingga anak yatim itu tidak akan sengsara. Biarkan aku pergi ke sana dan menyerahkan harta itu kepada pemiliknya. "
" Aku hanya bisa mengizinkanmu pergi apabila ada orang yang dapat menjamin kehadiranmu kembali kesini. "
" Anakku, aku percaya bahwa engkau tidak akan melarikan diri, akan tetapi hukum melarangku untuk melepaskanmu tanpa jaminan." Kata Khalifah.
Sang pemuda menatap para sahabat yang hadir disitu, ia menunjuk Abu Dzar al-Ghiffari, dan Abu Dzar al-Ghiffari menyetujui.
Singkat kisah ...
Disaat tempo hampir saja habis, tiba-tiba muncullah sang pemuda yang dijamin Abu Dzar al-Ghiffarri tersebut , tubuhnya berdebu dan kelihatan kelelahan. Semua yang hadir mengagumi pemuda itu yang begitu jujur dan terpercaya. Pemud itu berkata :
" Kata-kata seseorang itu harus dapat dipegang.Seorang beriman itu menepti janjinya. Yang tidak menepati janjinya tidak lebih daripda seorang munafik. Bagaimana nanti kalau ada yang mengatakan, ' Tidak ada lagi kejujuran yang tertinggal dalam Islam ? "
Ketika Abu Dzar al-Ghiffari ditanyai apakah ia sebelumnya telah mengenal pemuda itu, i menjawab, " Tidak, Aku tidak kenal kepadanya. Aku belum pernah bertemu dengannya. Akan tetapi, menolak permintaan seperti itu dihadapan Khalifah Umar dan para sahabat semua - sungguh-sungguh menunjukkan jiwa yang kerdil. Aku tidak akan membirkan ada yang sampai mengatakan : ' Tidak ada kebajikan yang tertinggal dalam Islam.'"
Melihat semua ini tergeraklah hati dari kedua pemuda yang semula akan menuntut balas itu. Mereka segera menarik kembali tuntutan balas jiwa terhadap si pemuda asing tersebut. Bahkan mereka juga menolak menerima ganti uang darah. Mereka berkata, " Kami tidak mau menjadi sebab sampai ada yang berkata : ' Tidak ada sifat pemaaf yang tertinggal dalam Islam.'"
Sahabat ...
demikian secara ringkas riwayat tersebut menceritakan kepada kita ... ada satu kata kunci dalam kish tersebut yakni : bagaimana pandangan orang terhadap Islam jika saya berbuat yang demikian ? inilah kata kuncinya ... mereka para aktor utama dalam kisah tersebut memberikan sebuah pengajaran kepada kita bahwa kita harus mejaga nilai-nilai ke Islaman kita, jangan sampai karena kita yang mengaku muslim tapi akibat ulah perbuatan kita yang tidak mencerminkan nilai-nilai kemusliman kita maka orang akan seenaknya menghinakan agama kita ... maka jika kita akan melakukan sesuatu pikirkanlah bagaimana pengaruhnya terhadap kemusliman kita ...
Demikian sahabat ...
Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarkaatuh