Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt. Shalawat teruntuk Rasulullah saw.
Tak
ada satupun yang luput dari penjagaan Allah swt. Selama suatu proses pijakan
dan landasan hidup tertanam dalam bentuk azzam yang menggelora yang hanya
mengharap ridha-Nya, insya Allah semuanya akan berakhir dengan suatu kenyataan
yang menggembirakan.
Sesungguhnya masa lalu adalah sesuatu yang tak akan terulang, ia merekam jejak langkah kita dan menjadi saksi sejarah yang telah ditanam. Kala ia berbuah suatu prestasi kebajikan maka beruntunglah orang-orang yang mendapatkan cahayanya yang berpendar. Sebab selama bumi masih terkembang, ia menjadi prasasti kebajikan yang menjadi keteladanan orang-orang sesudahnya, mengalirlah amal kebajikan itu dari pancaran mata airnya yang bening laksana air terjun berkilau atas terpaan mentari pagi yang menyegarkan.
Dan,
Masa depan di dunia ini adalah suatu hal yang jauh dari pikiran dan imajinasi, misteri hidup yang tak terukur, entah dapat diraih atau tidak. Sesungguhnya masa depan tak terkalahkan adalah masa depan akhirat, disana terbentang keadilan dan segala macam bentuk akibat dari apa yang ditanam hari di dunia.
Jelas sudah, hari ini, itulah hari kita yang menentukan. Menentukan pilihan hidup, apakah akan menjadi orang beruntung, atau memilih menjadi orang yang menyesal. Hari inilah kita menanam apa yang bisa kita tanam, agar kelak hasilnya dapat diraih pada waktu yang telah ditentukan.
Siapa yang tidak pernah mengambil bagian dari kehidupan yang terindah, niscaya ia takkan merasakan keindahan abadi kelak di akhirat.
Sungguh !
Keindahan ukhuwah, kebersamaan, berbagi, dalam relung-relung jiwa saudara seperjuangan dalam iman adalah keindahan yang begitu dahsyat. Ia dapat meluluhlantakkan keegoan dan fanatisme, membungkam jiwa-jiwa para pendengki walau hanya untuk sekedar mengucapkan satu kata, menghancurkan tembok-tembok penghalang sekeras karang sekalipun, dan ketahuilah …ia merupakan suatu kekuatan yang sejarah telah membuktikan dapat menghancurkan keangkaramurkaan yang dibisikkan para Iblis la’natullah.
Untuk kita kawan,
Tidakkah engkau merasakan keindahan hidup telah menjalar dalam jiwa-jiwa kita ? Dalam komunitas besar yang kita bangun dari generasi-generasi. Ya, komunitas keluarga besar PK MAN Maninjau. Dalam simpul akidah yang begitu kokoh, belajar tentang Islam agar kita menjadi penuntut ilmu yang benar-benar mengamalkan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Belajar untuk saling mencintai dan saling menghargai, dan segala macam permasalahan kita atasi dengan dasar ukhuwah.
Tidakkah engkau merasakan kawan?
Bahwa, ternyata kita telah besar, jumlah kita semakin banyak, dan telah banyak diantara kita yang membuktikan bahwa kita layak menjadi yang terbaik, karena memang kita layak untuk itu. Layak karena kita telah berjuang, karena kita memang berjuang, dan karena kita yakin akan makna sebuah perjuangan. Satu hal, karena kita yakin bahwa kita berada dalam perjuangan titian yang benar, berjuang atas ridha yang Allah swt. berikan pada orang-orang yang bersedia meniti jalan-Nya.
Hari ini, ….
Kisah kita terekam, jejak kitapun terukir, mata rantai sejarah kita semakin panjang, dalam memori yang begitu indah, dalam kenangan yang mengharu biru, dalam decak kagum menyaksikan keindahan ciptaan Allah swt, dalam derai tawa ditengah peluh dan keringat yang membasahi badan, hiking di seputaran Dama Gadang, 31 Agustus 2014 ini adalah mata rantai mozaik kebersamaan kita yang terukir dalam pahatan-pahatan sejarah, dalam ukiran-ukiran dinding batu ukhuwah.
Tak tanggung-tanggung, tahun ini (1435 H), tiga generasi PK MAN Maninjau menyatu, menyatunya hati kita. Generasi yang kita sematkan sebagai bentuk upaya nawaitu agar kita mampu menjadi apa yang kita sematkan pada diri kita; Generasi Hadhari (X PK), Generasi Wira’i (XI PK), dan Generasi Ash-Haby (XII PK).
Kenanglah
…!!!
Pagi
itu, Minggu, 31 Agustus 2014, hujan megguyuri bumi, adakah keraguan dihati kita
kawan? Untuk menuntaskan nawaitu yang telah kita bangun ? Nawaitu untuk
menyusuri hutan dan perkampungan Dama Gadang hanya dengan berjalan kaki, Hiking
. Yang jelas, keraguan tidak akan dapat mengalahkan tekad, dan kita memilih
tekad itu.
Kesudahannya,
kala tekad kita telah bulat, jiwa kita telah kokoh, dan kita yakin bahwa yang
kita lakukan adalah suatu kebajikan, lihat bagaimana Allah swt. mengatur urusan
kita. Boleh saja pagi itu hujan, boleh saja keadaaan menghimpit menuntut membatalkan nawaitu. Tapi kita punya
Allah swt. yang mengatur segala urusan. Dan kita yakin urusan yang ditetapkan
Allah swt. terhadap kita tepat.
Dan
kitapun berangkat. Para kafilah tiga generasi dengan segala macam kegembiraan,
menuju hutan dan perkampungan Dama Gadang yang begitu asri. Jalan-jalan yang
berliku, berkelok, mendaki, terkadang menurun, dipayungi langit yang begitu
damai tak menyengat, menghadiahi kita perjalanan yang begitu indah sarat
kenangan.
Dimana
hujan tadi ???
Ia
seakan raib dihisab nawaitu kita yang menggelora, ia menyingkir dari cita-cita
kita, karena sesungguhnya ia patuh pada aturan Allah swt. yang telah memberi
kita izin untuk menuntaskan misi yang begitu hebat, merajut ukhuwah dalam
ikatan yang kokoh melalui agenda besar. Subhaanallaah !!! Indahnya jalan hidup
ini kala kita sikapi penuh kesyukuran.
Shahabat,
Seperti
itulah kita, diajarkan membangun kebersamaan, membangun cinta dan ukhuwah,
melalui alam sebagai bagian dari ayat-ayat Allah swt. Apa yang kita bangun
dalam perjalanan Hiking, saling tolong menolong, saling peduli, saling
menasehati, dan merasa kita satu bangunan yang kokoh, akan mampu membentuk kita
menjadi pribadi yang kuat, baik secara individual, maupun secara sosial.
Inilah
kita keluarga besar PK MAN Maninjau. Kita bersaudara, kita se-Iman, kita
seperjuangan. Apa yang hendak kita raih dalam jama’ah ini jelas, ilmu yang
hendak kita peroleh nyata, dan apa tujuan kita menjadi bagian ini tak
diragukan.
Sahabat,
Kita
diciptakan untuk beribadah, bukankah demikian Allah swt. mengajarkannya (Lihat
Q.s. Adz-Dzariyat : 6). Kita mengemban misi sebagai khalifah dipermukaan bumi,
pemegang amanah. Lantas dimana kita akan meraihnya kalau bukan pada komunitas
jama’ah yang mengajarkan untuk itu? Dan kita sadar, segala tujuan kita
diciptakan, misi kita, dan amanah yang kita emban berada dalam doktrin yang
begitu sempurna yakni Al-Qur’an dan Sunnah. Kenyataannya dalam komunitas ini,
dalam keluarga besar PK MAN Maninjau, itulah yang kita gali, kita pelajari, dan kita
amalkan. Siapa yang berani membantah kebenaran ini?
Kebersamaan
dalam hiking ukhuwah inipun bagian dari pembelajaran kita, bahwa kala hati kita
disatukan, maka segala sekat dan pernak-pernik yang menjadi batu penghalang
akan luluh dan lebur menjadi debu. Dalam Hiking kita rasakan indahnya kekuatan
kebersamaan, kala lemah kita merasakan kelemahan itu bersama-sama dengan saling
menguatkan, kegembiraan kita nikmati bersama, tidak ada kita yang lebih hebat,
namun kita menjadi hebat dengan kebersamaan kita. Inilah jama’ah, inilah
komunitas, dan inilah konsep perjuangan, karena sesungguhnya perjuangan itu
dibangun secara berjama’ah.
(Catatan memori hiking ukhuwah keluarga besar PK MAN Maninjau, 31 Agustus 2014 di seputaran Dama Gadang)
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh