Siapa yang menyangka dan siapa pula yang menduga, tak
ada yang tahu apa yang akan terjadi esok dan esok. Sebab ia berada dalam garis
takdir genggaman Allah swt. Yang terpenting apa yang kita perbuat hari ini…kelak
kita akan menuai hasilnya.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin …demikianlah jalan-jalan
yang kami tempuh yang pada akhirnya membuat kami tersenyum …senyum yang
menyemburat dari jiwa-jiwa kami kala menyaksikan dan memperoleh apa yang telah
kami tanam, sekarang kamipun menuainya …
Hari bersejarah yang membuat kami tersenyum itu; Jum’at
, 27 Maret 2015. Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau disambangi oleh dua sosok
yang menjadi sentral perhatian para jama’ah dakwah sekolah tersebut. Hari itu
kami menyaksikan suatu pencapaian hasil yang gemilang, ternyata apa yang kami
tanam selama ini, bertahun, hari itu kami memetik hasilnya.
Yap, dua sosok itulah hasilnya, mereka adalah para
alumni Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau yang sekarang menggeliatkan diri
dalam kancah dahsyatnya mereguk ilmu ke-Islaman di perguruan tinggi negri IAIN
Bukittinggi, dan Jum’at itu mereka datang menyambangi Rohis Bina Remaja Islam
MAN Maninjau bukan untuk sebagai peserta sebagaimana dulu mereka lakoni saat
menjadi pelajar MAN Maninjau. Tapi datang sebagai pemberi pencerahan, membuka
cakrawala berfikir dan seakan mengumandangkan serta mengajak bahwa dakwah harus
dilanjutkan, dakwah harus tetap dipertahankan dan jangan pernah berhenti untuk
dakwah.
Hari itu mereka memberi tausyiah, wejangan, nasehat dan
semangat dengan untaian materi yang menitikberatkan bagaimana pentingnya
membangun dan menjaga Ukhuwah Islamiyah, dengan maraaji’ O.Solihin. Landasan
yang mereka gunakan untuk menyerukan pentingnya Ukhuwah Islamiyah diantaranya
adalah surat al-Hujurat ayat 10 yang menyatakan orang mukmin bersaudara. Dalam
tausyiahnya digambarkan bagaimana fenomena-fenomena gerakan dakwah yang jauh
dari Ukhuwah Islamiyah, perang dingin antar aktivis dakwah, hingga suatu harapan
akan bersatunya para aktivis dakwah.
Inilah yang kami maksud kami memetik hasilnya. Mereka
adalah bukti sejarah tentang eksistensi Rohis Bina Remaja Islam yang tak terbantahkan.
Bahwa sekarang mereka, alumni itu, telah paham dengan dakwah, dan berjuang di
dalamnya, bukankah itu hasil dari apa yang ditanam selama ini dalam Rohis Bina
Remaja Islam MAN Maninjau?
Saksikanlah … mereka menelurkan dan memperjuangkan
dakwah untuk generasi selanjutnya. Sekarang mereka datang tidak lagi sebagai
peserta dakwah yang menerima nutrisi dakwah sebagaimana dulu, tapi telah meniti
tangga sebagai pejuang dakwah serta mengajak pada dakwah. Inilah mata rantai dakwah yang seharusnya, dan inilah
hakikat dakwah, yakni dakwah membutuhkan mata rantai yang tidak boleh putus.
Kaderisasi, demikianlah konsepnya. Mereka adalah hasil
kaderisasi, itulah mereka Liza Fitriyani dan Nur’aini, dua sosok yang telah
membuktikan bahwa Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau bukanlah sekedar
kegiatan ekstrakurikuler belaka, namun aktifitas jama’ah Islam yang berjuang
untuk menanamkan Islam, mengamalkan Islam dan mendakwahkannya. Sekarang ….mereka
telah berada pada tangga mendakwahkan …siapa yang menyusul ???