Berilmulah engkau dengannya, jangan hanya
sekedar mampu membaca dan menghafalnya, tapi amalkan segala kandungannya.
Inilah sumber utama dari segala macam ilmu yang harus kau kuasai. Jika kau
mengabaikan, niscaya kau akan tersesat. Berhati-hatilah dalam memahami
tafsirannya, maka kau harus mampu memilah dan memilih tafsiran yang bersumber
dari manakah yang layak kau pegang dari setiap penggal kalimat maupun hurufnya.
Jangan kau paksakan memahami hal-hal yang menjadi rahasianya, cukupkan dirimu
untuk mencontoh bagaimana cara para salafushshaleh (orang-orang shaleh)
terdahulu mempelajarinya. Hindarilah pemikiran filsafat ataupun mantiq yang
mencoba mengalihkannya dari hakikat makna yang sesungguhnya.
Ketahuilah al-Quran adalah wahyu, kalamullah
yang dijaga langsung oleh Allah s.w.t, ia berfungsi sebagai petunjuk, untuk
seluruh umat manusia. Ia akan menjadi petunjuk kala kau benar-benar
mempelajarinya, hingga kurus tubuhmu, hingga perih matamu menahan kantuk.
Bawalah al-Qur’an kemana saja kau pergi, ingat
pesannya dengan kesungguhan. Jangan kau pernah menganggap remeh aturannya,
walau terdapat hukum sunnah untuk ditunaikan, jangan mengabaikannya, karena
hukum sunnnah itu keutamaan, keutamaan yang memuliakanmu.
Jangan mencari alasan untuk tidak membacanya
karena engkau belum paham maknanya, sebab walaupun engkau belum paham tetap
bernilai ibadah. Inilah perbedaan al-Qur’an dibandingkan bacaan lainnya.
Gemarkan dirimu untuk selalu basah lisanmu dengan lantunan ayat al-Qur’an.
Ketahuilah …al-Qur’an tak cukup jika kau pahami
dengan terjemahannya. Sesungguhnya sifat al-Qur’an itu bahasa Arab, maka
menjadi keharusan bagimu belajar tentang bahasa Arab untuk berinteraksi dengan
al-Qur’an.
Jangan sekali-kali, jangan sekali-kali al-Qur’an
kau pahami menurut akalmu semata. Walaupun kau mengenal terdapatnya tafsiran
al-Qur’an berpola tafsir bir ra’yu (menafsirka ayat dengan akal), namun itu
bukan berarti dengan mudahnya kau menafsirkan al-Qur’an dengan akal
pemikiranmu. Jalan yang paling selamat adalah kau rujuk tafsiran ulama-ulama
yang berkompeten dibidangnya, menjadi pengikut dengan mengetahui dasar yang
jelas (ittiba’) pada mufassir terdahulu lebih menyelamatkan dibandingkan
kau menafsirkannya sendiri jika keilmuanmu tak memadai untuk itu.
Jika al-Qur’an dibacakan padamu, maka
dengarkanlah, perhatikan, khusyu’kan hatimu dalam mendengarkannya, keutamaan
mendengar sama dengan keutamaan membaca.
Dan jika kau membacakan al-Qur’an dihadapan
orang lain berhati-hatilah dalam bacaanmu, kesalahan baris satu huruf apalagi
kesalahan kalimat berakibat fatal bagi orang yang mendengar, tak kecuali bagi
dirimu. Kau telah berperan sebagai orang sesat dan menyesatkan. Na’udzubillah.
Jika kau tak yakin dengan hafalanmu yang kau
bacakan pada orang lain, lebih baik kau melihat teks bacaan, karena hal itu
lebih selamat dan menyelamatkan.
Untuk menjaga kesalahanmu dalam memahami bacaan
al-Qur’an, tidak bisa tidak kau harus belajar tentang ilmu membacanya, ilmu
tajwid yang telah diajarkan ahlinya. Karena al-Qur’an itu bukanlah bahasa biasa
yang mudah diucapkan asal orang mengerti. Tapi wahyu yang diturunkan Allah subhaanahuwata’ala.
Allah swt. sendiri yang menjaganya dari kesalahan, sekecil apapun. Maka suatu
kebodohan jika engkau membacanya tidak seperti yang diberikan padamu.
Kuatkanlah tekad dan semangatmu untuk
mempelajari makharijul hurufnya, hukum-hukum bacaannya, hingga keluar
dari lisanmu dengan cara yang sempurna. Jika lisanmu atau apa yang keluar dari tenggorokanmu
tidak mampu menunaikannya dengan sempurna karena memang kau diciptakan dengan
segala kekuranganmu, maka cukup kau berupaya untuk membenarkannya semampumu
melalui lisan dan tenggorokanmu, walau ia keluar tidak sesempurna yang dituntut
secara ideal. Jika hatimu teguh dan memang itu yang kamu maksud, maka
sesungguhnya kau telah menyempurnakan bacaannya. Inilah yang dimaksud membaca
al-Qur’an dengan sempurna. Allah swt. tidak membebanimu untuk sesuatu yang kau
tak sanggup menunaikannya. Allah swt. memandang sejauhmana kekuatan niatmu.
Jangan kau terpedaya membaca al-Qur’an dengan memfokuskan irama atau lagu sehingga
enak didengar karena senandungnya. Walaupun tuntutan itu juga suatu kenyataan
yang memang harus dilakukan untuk menunjukkan bahwa al-Qur’an memang pantas
mendapat kemuliaan tersebut. Tapi jika kau terfokus dengan irama dan lagunya
dan melupakan makna dan tujuan untuk apa al-Qur’an diturunkan, sungguh kau tertipu.
Al-Qur’an diturunkan bukanlah untuk nyanyian,
bukan pula untuk pertunjukan, ataupun musbaqah (lomba) membaca
al-Qur’an. Tapi ia diturunkan sebagai hudallinnaas (petunjuk bagi
manusia). Petunjuk hanya bisa dirasakan kala kau memahaminya. Petunjuk hanya
bisa ditunaikan kala kau paham dengan rambu-rambunya. Maka tugas engkau
sesungguhnya adalah mempelajari al-Qur’an, menggali makna-maknanya, agar kau
mengetahui rambu-rambunya sehingga kau mampu mengamalkan sepanjang hidupmu.
Jangan kau mengira untuk sampai pada tahap itu
cukup hanya duduk dibangku sekolah, lima atau sepuluh tahun, apalagi kau merasa
cukup mendengar pengajian dimajlis ta’lim satu kali seminggu. Ooo…tidak, kau
harus menggunakan sisa-sisa umurmu untuk selalu mempelajarinya, jika tidak, kau
tidak lebih hanya memahami al-Qur’an sangat sedikit, sangat sedikit.
Al-Qur’an semakin digali akan semakin terkuak
kedalaman ajarannya, lantas bagaimana bisa kau mengatakan hanya dengan caramu
itu kau telah memahami al-Qur’an, menggalinya saja sedikit dan upayamupun tidak
menunjukkan kesungguhan, apakah mungkin akan mampu menguak kedalaman makna
al-Qur’an yang semakin digali semakin dalam ???
Sesungguhnya al-Qur’an itu turun secara mujmal
ataupun global, ia butuh penjelasan lebih lanjut yang membutuhkan
keterangan-keterangan. Ini suatu kenyataan yang tak terbantahkan bahwa
al-Qur’an tidak terbatas dalam kalimat-kalimat yang ada, tapi memiliki nilai
dan pelajaran berupa petunjuk bak bola salju yang bergulir di atas salju,
semakin digulirkan semakin besar. Ia akan terasa semakin berkembang kala ia
semakin digali dan digali. Petunjuknya akan semakin berpendar, bercabang,
beranting kala terus dipelajari makna-maknanya. Maka tak cukup ruang dan waktu
untuk menjelaskan hakikat maknanya. Tidak cukup beratus, beribu, berjuta buku
untuk menjabarkan hakikat maknanya.
Karena luasnya makna yang dikandung itulah, maka
ia turun secara mujmal atau global. Agar dapat menggali maknanya yang
begitu banyak dari berbagai sudut macam pandangan. Dan ketahuilah …penafsiran
yang paling benar untuk menjelaskan
makna-makna al-Qur’an adalah hadits Rasulullah saw. Untuk itu tidak boleh
mengabaikan hadits Rasulullah saw. dalam kehidupan.
Jangan terpedaya dengan pendapat-pendapat yang
menyatakan al-Qur’an sudah sempurna, maka tidak perlu hadits Rasulullah saw.
Benar al-Qur’an sempurna, dan kau harus yakin itu, tapi itu bukan berarti tidak
butuh penjelasan dalam memahaminya, sebab al-Qur’an bukan langsung diturunkan
kepada engkau dengan maknanya secara jelas. Apakah kau mampu memahami al-Qur’an saja
tanpa petunjuk penjelas sebagai bayan ?
Sungguh …kau perlu penjelasan tentang al-Qur’an,
dan itulah fungsi hadits Rasulullah saw. Demikianlah tujuan rasul diutus,
sebagai penjelas dari makna-makna al-Qur’an. Maka hadits Rasulullah saw. wajib
kau pelajari.
Mempelajari hadits Rasulullah saw. tidak cukup
hanya engkau membaca dan mendengar hadits lalu selesai begitu saja. Ia keluar
dari lisannya sang utusan, ia mendapat bimbingan wahyu. Maka kau harus berilmu
tentangnya.
Ketahuilah …jangan kau anggap remeh urusan
mempelajari hadits Rasulullah saw., dengan menganggap sama dengan mempelajari
kata-kata hikmah atau sya’ir. Walaupun keluar dari lisannya sosok manusia, tapi
manusia itu manusia mulia, berprediket Rasul. Posisikanlah hadits itu pada
tempatnya, disana engkau akan menyadari bahwa hadits bukan kalimat-kalimat
mutiara, bukan sya’ir, puisi atau prosa. Tapi ajaran yang mengandung
konsekwensi hukum;wajib, sunnah, makruh dan haram.
Jangan gegabah dalam memahami hadits Rasulullah
saw. dan terlalu cepat mengatakan ini dari beliau jika kau tidak yakin akan hal
itu. Tahukah engkau, beliau sendiri yang mengancam siapa yang menyandarkan
sesuatu pada beliau, sementara beliau tidak pernah mengucapkannya atau
melakukannya, maka tempat duduknya di neraka (H.R Bukhari dan Muslim).
Lalu, dengan ini, apakah kau mengira mudah
belajar hadits ? Belajar hadits butuh perjuangan dan kesungguhan. Apalagi ia
telah berada dalam wilayah yang terkontaminasi perkembangannya oleh pihak-pihak
pengingkar agama dengan memunculkan hadits-hadits maudhu’ (palsu). Sangat sulit untuk memilah apakah sesuatu itu
hadits atau bukan.
Untuk itu kau butuh keilmuan yang dalam tentang ini, kau harus memahami ilmu sanad
(periwayatan hadits), matan (muatan hadits) serta perawi-perawi
hadits yang telah teruji kredibilitasnya dalam memurnikan dan menjaga
keotentikan hadits. Maka kau harus belajar ilmu hadits, tidak cukup hanya
mendengar dan membaca lalu mengatakan ini hadits dengan mencukupkan berpedoman
pada perkataan orang bahwa ini hadits.
Jalan ini panjang dan berat, dan jalan itu telah
ditempuh oleh para pendahulumu, muhadditsin, semoga Allah swt. merahmati
mereka. Belajarlah dari keilmuan mereka. Baca buku-buku dan karya-karya mereka,
tela’ah apa yang mereka wariskan padamu. Berterimakasihlah pada mereka dengan
mempelajari ajaran yang mereka tulis bersama tinta kesungguhan. Disana akan kau
temui hadits yang layak kau pedomani hingga menjadi pengamalan.
Jangan kau sampaikan ini hadits kepada seseorang
tapi kau sendiri tidak mampu menjelaskan apakah benar hadits atau bukan. Aduhai
…berbahaya sekali apa yang kau lakukan. Lebih baik kau dikatakan orang yang
tidak mengetahui apa-apa tentang hadits dari pada kau dianggap ahli hadits tapi
sebenarnya kau penipu besar dan tukang palsu hadits.
Ketahuilah …tidak pantas kau menganggap dirimu
ahli ibadah, atau ahli ilmu jika kau tidak paham dengan hadits, apalagi
berharap dan merasa yakin kelak kau akan masuk jannatun na’aim dengan
amal ibadahmu, sementara pemahamanmu tentang hadits begitu minim.
Maka suatu kebodohan bagi orang-orang yang
melalaikan urusan menuntut ilmu tentang hadits Rasulullah saw. karena sama saja
ia melalaikan memahami al-Qur’an, dan ketahuilah ….ibadahnya perlu
dipertanyakan.