Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menumbuhkan rasa kepada kita untuk peduli pada sebuah hakikat kebenaran, kalaupun ada yang memandang apa yang kita yakini adalah suatu hal yang aneh. Shalawat teruntuk Rasulullah SAW yang telah memberikan rambu-rambu untuk menepuh jalan yang di ridhai oleh Allah SWT.
Sumber Gambar : mutiara-mutiaracinta.blogspot.com
Dalam rangka " watawa shawbilhaq, watawa shawbishshabr ", nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran, beberapa hari yang lalu ana mengirim pesan nasehat melalui SMS kepada beberapa shahabat dan murid ana, nasehat tersebut ana kutip dari karya Zaprul Khan yang berjudul Kisah-kisah Penuh Hikmah Yang Sanggup Menumbuhkan IQ, SQ dan EQ, terbitan Mitra Pustaka, 2006. Intisari nasehat tersebut adalah : Adakah zaman sekarang seorang pemuda yang mempunyai sikap seperti Qais ? Bisakah kita temukan saat ini seorang pemuda yang meletakkan komitmen pilihannya pada keagungan dan kemuliaan akhlak seorang perempuan, bukan pada kekayaan, status, dan kecantikan semata ? Seandainya ada, saya kira diapun akan mengalami nasib yang sama dengan Qais : dia akan mendapat gelar " majnun " ( si gila ).
Subhaanallaah !!!
Ternyata nasehat kiriman tersebut mendapat tanggapan serius, diantara murid ana yang menerima pesan ini memberikan balasan jawaban yang intinya mengatakan tidak ada untuk hari ini pemuda seperti Qais tersebut, kemudian ada lagi yang memberikan balasan, inti balasannya dalam bentuk pertanyaan ; mengapa dia diberi gelar majnun, dianggap gila, bukankah komitmen yang dipegang Qais suatu yang hal yang benar ? Untuk pertanyaan ini telah ana jawab secara ringkas melalui balasan SMS.
Agar kita lebih bisa berbagi, dua tanggapan dari murid ana tersebut ingin ana bagi kepada kita semua secara lebih luas, terutama hal ini ana tujukan kepada para generasi Islam baik dari kalangan sahabat ana, murid-murid ana, dan pada umumnya saudara se Iman.
Selama ini mungkin diantara kita yang pernah membaca atau mendengar kisah cinta Laila dan Majnun, mendapatkan sebuah konsep pemahaman, bahwa Qais diberi gelar majnun karena dia begitu tergila-gila dengan asmara cintanya pada Laila. Namun dalam perspektif yang dijelaskan Zaprul Khan, ada sedikit hal yang mungkin kurang kita dapatkan atau kurang menjadi perhatian kita. Dalam penuturan Zaprul Khan kisah Laila dan Majnun dijelaskan dengan pemahaman bahwa Qais bergelar majnun dikarenakan dia mencintai sosok perempuan yang bernama Laila dengan tergila-gilanya, padahal Laila adalah sosok perempuan yang tidak berparas cantik, sehingga orang menjadi keheranan dengan sikap Qais tersebut yang bermuara dianggapnya Qais sebagai orang gila. Namun Qais menjelaskan dengan syair bahwa dia tidak mampu untuk menjelaskan alasannya kepada orang tentang apa yang menyebabkan dia mencintai Laila, karena dia mencintai Laila tidak memandang rupa, tapi karena akhlak kebaikan yang memancar dari diri Laila, sementara orang lain tidak mampu memandang hal tersebut. Demikian kira-kira yang dapat ana tangkap dari penuturan Zaprul Khan tentang kisah Laila dan Majnun serta ulasan yang diuraikannya.
Dari kata kunci yang dipaparkan Zaprul Khan, yakni isi pesan SMS yang ana kirimkan kepada beberapa sahabat dan murid ana tersebut dapat dipahami jika kita berpijak pada jalan kebenaran, mampu melihat sesuatu dari sisi hakikat kebenaran, dan berbeda dari orang kebanyakan walaupun hal tersebut tidak mampu dilihat dan dirasakan oleh panca indra serta tidak dirasakan oleh kebanyakan manusia, maka kita akan dianggap aneh yang berujung pada anggapan gila. Karena orang-orang yang memahami sesuatu yang berbeda dengan pemahaman orang kebanyakan, walaupun hal tersebut benar, maka orang-orang akan menganggap yang berbeda itu telah meyimpang dan gila.
Demikianlah halnya kita ... dalam menempuh perjuangan menegakkan kebenaran ajaran Islam, kita akan berbenturan dengan kebiasaan orang kebanyakan, karena kebiasaan terbentuk secara alamiah dan ditradisikan secara turun temurun sehingga mengakar dihati manusia, disaat telah menjadi kebiasaan dan mengakar dalam kehidupan, maka ia akan menjadi pembenaran dalam hidup walaupun hal tersebut hakikatnya salah. Maka Islam datang meluruskan kekeliruan tersebut, disinilah benturan itu akan terjadi, karena Islam datang dengan cara mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan dan tradisi, maka orang akan menganggap ajaran Islam itu aneh dan para pembawanya dianggap gila. Demikianlah yang dialami Rasulullah SAW dalam mendakwahkan Islam.
Untuk itu jangan heran ... kalau kita mengajak teman-teman kita untuk mengikuti kegiatan bernuansa ke Islaman, apakah itu namanya pembekalan ilmu untuk diamalkan seperti kegiatan dakwah sekolah misalnya, atau wirid remaja di masjid atau mushalla, mereka enggan dan menolak, karena mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut. Tapi coba, ajak mereka untuk mengikuti konser nyanyian-nyanyian setan, goyangan mengundang nafsu syahwat, mereka akan bersegera untuk mengikutinya, karena kebiasaan semenjak dahulu kalanya yang ditanamkan oleh para penggoda agar kita mendurhakai Allah SWT adalah mencintai hiburan dan kecendrungan pada pemuasan nafsu syahwat. Hal tersebut telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Maka bagi siapa yang menolak tradisi tersebut dianggap aneh, maka akan muncullah statemen yang merendahkan terhadap kelompok orang-orang yang menentang tradisi tersebut " sok alim , sok suci," yang berujung pada " majnun. "
Disinilah ranting-ranting serta duri-duri jalan dakwah ini menyembul dan membelintang ditengah jalan. Untuk itu dibutuhkan ketegaran, semangat, optimisme, dan selalu yakin akan pertolongan Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjanjikan, siapa yang menolong agama Allah SWT, maka Allah SWT akan menolongnya dan menguatkan pijakan kakinya ( Baca surat Mummad ayat 7 ). Bersiap-siaplah untuk mendapatkan gelar Majnun disaat kita telah memutuskan diri untuk bergabung dalam barisan panjang para kafilah dakwah. Dan ... tahukah antum disinilah nikmatnya perjuangan ini, karena perjuangan tanpa rintangan akan menimbulkan kebosanan, tapi rintangan adalah tanjakan agar kita selalu berhati-hati dalam meniti jalan kebenaran dan membuat kita tidak ngantuk dalam perjalanan karena membosankan ? Bukankah dalam sebuah taman yang luas, akan tampak indah dan semerbak dikala ditumbuhi oleh bunga-bunga mekar yang memiliki aneka warna, jika taman tersebut hanya ditumbuhi bunga satu warna, adakah keindahan taman tersebut ???
Renungkanlah wahai saudaraku yang berfikir !!!
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah menumbuhkan rasa kepada kita untuk peduli pada sebuah hakikat kebenaran, kalaupun ada yang memandang apa yang kita yakini adalah suatu hal yang aneh. Shalawat teruntuk Rasulullah SAW yang telah memberikan rambu-rambu untuk menepuh jalan yang di ridhai oleh Allah SWT.
Sumber Gambar : mutiara-mutiaracinta.blogspot.com
Dalam rangka " watawa shawbilhaq, watawa shawbishshabr ", nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran, beberapa hari yang lalu ana mengirim pesan nasehat melalui SMS kepada beberapa shahabat dan murid ana, nasehat tersebut ana kutip dari karya Zaprul Khan yang berjudul Kisah-kisah Penuh Hikmah Yang Sanggup Menumbuhkan IQ, SQ dan EQ, terbitan Mitra Pustaka, 2006. Intisari nasehat tersebut adalah : Adakah zaman sekarang seorang pemuda yang mempunyai sikap seperti Qais ? Bisakah kita temukan saat ini seorang pemuda yang meletakkan komitmen pilihannya pada keagungan dan kemuliaan akhlak seorang perempuan, bukan pada kekayaan, status, dan kecantikan semata ? Seandainya ada, saya kira diapun akan mengalami nasib yang sama dengan Qais : dia akan mendapat gelar " majnun " ( si gila ).
Subhaanallaah !!!
Ternyata nasehat kiriman tersebut mendapat tanggapan serius, diantara murid ana yang menerima pesan ini memberikan balasan jawaban yang intinya mengatakan tidak ada untuk hari ini pemuda seperti Qais tersebut, kemudian ada lagi yang memberikan balasan, inti balasannya dalam bentuk pertanyaan ; mengapa dia diberi gelar majnun, dianggap gila, bukankah komitmen yang dipegang Qais suatu yang hal yang benar ? Untuk pertanyaan ini telah ana jawab secara ringkas melalui balasan SMS.
Agar kita lebih bisa berbagi, dua tanggapan dari murid ana tersebut ingin ana bagi kepada kita semua secara lebih luas, terutama hal ini ana tujukan kepada para generasi Islam baik dari kalangan sahabat ana, murid-murid ana, dan pada umumnya saudara se Iman.
Selama ini mungkin diantara kita yang pernah membaca atau mendengar kisah cinta Laila dan Majnun, mendapatkan sebuah konsep pemahaman, bahwa Qais diberi gelar majnun karena dia begitu tergila-gila dengan asmara cintanya pada Laila. Namun dalam perspektif yang dijelaskan Zaprul Khan, ada sedikit hal yang mungkin kurang kita dapatkan atau kurang menjadi perhatian kita. Dalam penuturan Zaprul Khan kisah Laila dan Majnun dijelaskan dengan pemahaman bahwa Qais bergelar majnun dikarenakan dia mencintai sosok perempuan yang bernama Laila dengan tergila-gilanya, padahal Laila adalah sosok perempuan yang tidak berparas cantik, sehingga orang menjadi keheranan dengan sikap Qais tersebut yang bermuara dianggapnya Qais sebagai orang gila. Namun Qais menjelaskan dengan syair bahwa dia tidak mampu untuk menjelaskan alasannya kepada orang tentang apa yang menyebabkan dia mencintai Laila, karena dia mencintai Laila tidak memandang rupa, tapi karena akhlak kebaikan yang memancar dari diri Laila, sementara orang lain tidak mampu memandang hal tersebut. Demikian kira-kira yang dapat ana tangkap dari penuturan Zaprul Khan tentang kisah Laila dan Majnun serta ulasan yang diuraikannya.
Dari kata kunci yang dipaparkan Zaprul Khan, yakni isi pesan SMS yang ana kirimkan kepada beberapa sahabat dan murid ana tersebut dapat dipahami jika kita berpijak pada jalan kebenaran, mampu melihat sesuatu dari sisi hakikat kebenaran, dan berbeda dari orang kebanyakan walaupun hal tersebut tidak mampu dilihat dan dirasakan oleh panca indra serta tidak dirasakan oleh kebanyakan manusia, maka kita akan dianggap aneh yang berujung pada anggapan gila. Karena orang-orang yang memahami sesuatu yang berbeda dengan pemahaman orang kebanyakan, walaupun hal tersebut benar, maka orang-orang akan menganggap yang berbeda itu telah meyimpang dan gila.
Demikianlah halnya kita ... dalam menempuh perjuangan menegakkan kebenaran ajaran Islam, kita akan berbenturan dengan kebiasaan orang kebanyakan, karena kebiasaan terbentuk secara alamiah dan ditradisikan secara turun temurun sehingga mengakar dihati manusia, disaat telah menjadi kebiasaan dan mengakar dalam kehidupan, maka ia akan menjadi pembenaran dalam hidup walaupun hal tersebut hakikatnya salah. Maka Islam datang meluruskan kekeliruan tersebut, disinilah benturan itu akan terjadi, karena Islam datang dengan cara mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan dan tradisi, maka orang akan menganggap ajaran Islam itu aneh dan para pembawanya dianggap gila. Demikianlah yang dialami Rasulullah SAW dalam mendakwahkan Islam.
Untuk itu jangan heran ... kalau kita mengajak teman-teman kita untuk mengikuti kegiatan bernuansa ke Islaman, apakah itu namanya pembekalan ilmu untuk diamalkan seperti kegiatan dakwah sekolah misalnya, atau wirid remaja di masjid atau mushalla, mereka enggan dan menolak, karena mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut. Tapi coba, ajak mereka untuk mengikuti konser nyanyian-nyanyian setan, goyangan mengundang nafsu syahwat, mereka akan bersegera untuk mengikutinya, karena kebiasaan semenjak dahulu kalanya yang ditanamkan oleh para penggoda agar kita mendurhakai Allah SWT adalah mencintai hiburan dan kecendrungan pada pemuasan nafsu syahwat. Hal tersebut telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Maka bagi siapa yang menolak tradisi tersebut dianggap aneh, maka akan muncullah statemen yang merendahkan terhadap kelompok orang-orang yang menentang tradisi tersebut " sok alim , sok suci," yang berujung pada " majnun. "
Disinilah ranting-ranting serta duri-duri jalan dakwah ini menyembul dan membelintang ditengah jalan. Untuk itu dibutuhkan ketegaran, semangat, optimisme, dan selalu yakin akan pertolongan Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjanjikan, siapa yang menolong agama Allah SWT, maka Allah SWT akan menolongnya dan menguatkan pijakan kakinya ( Baca surat Mummad ayat 7 ). Bersiap-siaplah untuk mendapatkan gelar Majnun disaat kita telah memutuskan diri untuk bergabung dalam barisan panjang para kafilah dakwah. Dan ... tahukah antum disinilah nikmatnya perjuangan ini, karena perjuangan tanpa rintangan akan menimbulkan kebosanan, tapi rintangan adalah tanjakan agar kita selalu berhati-hati dalam meniti jalan kebenaran dan membuat kita tidak ngantuk dalam perjalanan karena membosankan ? Bukankah dalam sebuah taman yang luas, akan tampak indah dan semerbak dikala ditumbuhi oleh bunga-bunga mekar yang memiliki aneka warna, jika taman tersebut hanya ditumbuhi bunga satu warna, adakah keindahan taman tersebut ???
Renungkanlah wahai saudaraku yang berfikir !!!
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh