WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Senin, 27 Agustus 2012

Halal bi Halal PK MAN Maninjau, Rajut kebersamaan di Tepian Danau Maninjau


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi  Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt telah menunjuki kami jalan hidayah Islam yang terang benderang, yang telah menyatukan ikatan batin kami sesama saudara se-Iman, yang telah menunjuki kami pada kebenaran yang hakiki, yang telah membimbing kami hingga tergabung dalam kafilah panjang pejuang para penegak risalah Islam.

Shalawat tercurah buat sang panutan kami, Rasulullah saw, tak ada satupun sosok yang lebih agung dari pada diri beliau, sosok yang telah mengantarkan kami hingga mengecapnya manisnya hidup dengan saudara seaqidah, sosok yang telah mengajarkan kami bagaimana mencintai sesama saudara, sosok keteladanan yang mana dari sisi manapun dari diri beliau berbuah keteladanan berharga yang tak ternilai dengan kesenangan apapun yang ditawarkan dunia ini. Allahumma Shalli’ala Muhammad wa ‘ala ali  Muhammad.



Ada semacam kebahagiaan tersendiri bagi Ana, kala mengungkapkan kesan-kesan yang ditimbulkan terhadap anak-anak didik Ana, khususnya jurusan Program Keagamaan ( PK ) MAN Maninjau, mereka adalah penawar jiwa kala gelisah, penyejuk mata yang perih, oase ditengah kegersangan hidup yang mendera. Kehadiran mereka dalam hidup Ana bak cahaya lentera ditengah gelapnya malam gulita. Ana selalu rindu dengan mereka, bercenggkrama tentang kisah sufi, dialog lepas seputar indahnya Islam, diskusi yang terkadang membuat kepala panas, berbagi ilmu, saling tukar pendapat, termasuk tukar makanan, ha…ha,,, ha…, balanjuang, hobi yang kami gemari, tentunya tetap dalam koridor manfaat, tak ada istilah bagi kami sesuatu yang sia-sia, selalu kami upayakan menghadirkan makna. Disanalah tautan hati itu terajut, ikatan kasih sayang terpatri kuat, rasa cinta yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Hanya jiwa kami yang dapat merasakan. Sungguh indah hidup dalam sebuah komunitas muslim yang sama-sama menyadari kemusliman, dan punya komitmen dalam memperjuangkan kemusliman tersebut. Ya, itulah kebersamaan kami, kebersamaan yang mengejewantah dalam bentuk Ukhuwah Islamiyah. Karena memang demikianlah yang diajarkan Rasulullah saw.


Hari ini, lagi-lagi kesan itu timbul, sebuah kegiatan tahunan yang telah mentradisi bagi kami, keluarga besar jurusan agama, baik kala bernama IAI maupun telah berubah wujud menjadi PK, kegiatan” HALAL BI HALAL “ dalam momentum mengambil nilai-nilai dari pada ‘Idul Fitri. Jika selama ini kami hanya melaksanakannya di lingkungan madrasah, hari ini agak beda, kami tunaikan di alam bebas, ditepian danau Maninjau yang permai.




Disaksikan pohon beringin  dengan daun  yang telah berguguran, air danau yang tenang, serta cahaya sinar matahari yang tidak terlalu membakar, perhelatan akbar itu kami gelar, dengan persediaan seadanya, kue rayo dibawa oleh beberapa anak PK, ditemani air minum gelas, ikatan persaudaraan menyeruak, kebersamaan yang telah dibangun semakin kental, jiwa-jiwa Islami seakan mengalir dalam tubuh kami. Disinilah persaudaraan itu terasa bermakna. Tak ada istilah strata sosial, yang ada saling menghargai dan mencintai sesama keluarga besar PK.  Tahukah antum, apa yang membuat kami bisa melakukan ini ? Tiada lain, karena apa yang kami lakukan adalah atas nama Islam, kami berjuang untuk Islam, kami berbuat untuk Islam, karena kami adalah seorang muslim. Maka lihatlah bagaimana balasan yang diberikan Allah swt. Kami selalu diberi keberkahan, apapun komentar orang terhadap kami, tak penting, karena bagi kami, karena kami adalah seorang muslim, maka kami akan berbuat untuk kemusliman kami.


Bagi kami jurusan PK adalah jalan kami untuk mencapai tujuan, bukan sekedar pilihan semudah membalik telapak tangan, atau hanya sekedar iseng-iseng belaka.  Pilihan kami akan PK adalah pilihan hati yang tertambat jiwa ini untuk memperjuangkan Islam, walau mungkin kami tidak tahu, dan entah dari mana kami memulainya, namun yang jelas, pada titik tempat kami berpijak, kami telah bertekad, memperjuangkan Islam adalah sebuah kewajiban, diantaranya dengan mempelajari Islam itu dengan sungguh-sungguh.
Kami diajarkan, agama ini akan tegak kala kita mampu menunaikannya secara berjamaah, dengan kesatuan yang bulat dan semangat pantang menyerah. Maka disinilah kami mencoba merajutnya. Kalaupun ada diantara kami yang tersandung ( maleset ) dalam jalan ini, bahkan mungkin terkapar, itu hal yang tidak bisa dipungkiri, karena hidup itu tak selalu datar, hanya saja dalam hal ini, kami yakin Allah swt tidak akan sia-sia dalam urusan yang telah ditetapkannya. Karena kami yakin, ada hikmah yang tersembunyi dibalik semua itu.
Cacian dan hujatan merupakan pernak-pernik dan bunga-bunga yang akan membuat perjalanan perjuangan ini menjadi indah, bukankah dengan adanya tantangan itu perjuangan akan terasa mengesankan ? Oh, Subhaanallaah, sungguh Allah swt begitu Maha Luar Biasa mengatur jalannya roda kehidupan.

Thank's, untuk adik-adikku PK, kalian adalah jiwa-jiwa yang Ana banggakan, kalian adalah sosok yang dirindukan, kalian adalah mimpi-mimpi Ana, kalian adalah pemicu lahirnya tonggak peradaban Islam, berjuanglah, jaga hatimu agar tetap ikhlas, gemarkan diri dengan ibadah, belajar tentang Islam dengan penuh kesungguhan, niscaya, Insya Allah, Allah swt akan membentangkan pada kalian kenikmatan jalan yang tidak akan dirasakan oleh oran-orang yang lalai.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi  Wabarakaatuh

Sabtu, 25 Agustus 2012

Pelajaran Mahfuzhat : Kesungguh-sungguhan Itu Bermanfaat


Mahfuzhat :

اَلْاِجْتِهَادُ مُفِيْدٌ
(Kesungguh-sungguhan itu bermanfaat )

Penjelasan :

Hidup di dunia ini penuh dengan  tantangan dan rintangan, semakin kuat kita berjuang menghadapi nya  semakin kuat pula tantangan dan rintangan itu menghadang, hanya orang-orang yang bersungguh-sungguhlah yang akan mampu melaluinya.

Ketahuilah, akankah Allah swt akan membagi secara rata tentang apa yang diinginkan manusia ? Tidak, tapi apapun yang diinginkan oleh manusia hanya akan diberikan kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh memperolehnya. Disanalah letak keadilan Allah swt, yakni kemampuan Allah swt meletakkan sesuatu pada tempatnya secara adil. Tidak akan sama rezki yang didapat manusia yang bersungguh-sungguh mencarinya, dengan rezki manusia yang hanya bermalas-malasan dan berharap belas kasih orang lain. Memang rezki itu telah tercatat di Lauh Mahfuz, namun upaya pencapaian rezki itu berada dalam ikhtiar manusia, sejauhmana kesungguhan ia menggapainya, maka sejauh itulah yang ia dapat. Ini hanya sekelumit  contoh tentang makna kesungguhan. Untuk hal ini setiap kita mungkin paham, jadi tak perlu diperpanjang penjelasannya.

Namun, ada hal penting tentang kesungguhan yang sering terlupakan, dalam hal mengejar dan menghadapi kerasnya hidup di dunia, kita mampu mewujudkan kesungguhan untuk menaklukkan keduniaan kita. Banting tulang mencari nafkah, siang malam belajar menuntut ilmu, namun semua itu hanya untuk keduniaan semata. Mencari nafkah tak lebih dari pada menumpuk –numpuk harta dan berbangga-bangga dengan manusia, menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kedudukan dan kemuliaan dimata manusia. Ketahuilah, sungguh, kesungguhan tersebut hanyalah akan membuat diri payah, sementara harta yang ditumpuk tidak pernah merasa cukup, ilmu yang dituntut tidak akan mendapatkan kemuliaan. Sebab, baik harta maupun ilmu, jika tidak ditujukan untuk fungsinya untuk apa Allah swt menciptakan, maka kecelakaanlah bagi yang menggunakannya.

Sadarilah, bukan kesungguhan demikian yang dituntut dalam hidup, tapi kesungguhan untuk mengenali diri, hingga mampu mengenali siapa yang menciptakan diri, dan untuk apa diri ini diciptakan. Semua itu hanya dapat diperoleh dengan ilmu, maka tujuan menuntut ilmu hendaklah untuk mengenali diri, mengenali siapa yang menciptakan diri dan untuk apa diri ini diciptakan. Jika menuntut ilmu itu tidak bisa diperoleh kecuali dengan perjalanan jauh, mendatangi tempat-tempat yang membutuhkan harta untuk mencapainya, maka untuk itulah harta dicari, karena harta itu alat untuk mencapai tujuan. Kesungguhan mencari harta dalam tataran ini, merupakan jalan kemuliaan.

Berpayah-payah dalam urusan kesungguhan mencapai kebenaran hakiki dalam hidup, mengenali diri, mengenali siapa yang menciptakan diri, dan untuk apa diri ini diciptakan, akan dapat mendatangkan manfaat yang begitu dahsyat pada diri. Tujuan hidup akan jelas, apa yang akan dilakukan tidak ngambang, upaya-upaya yang dilakukan memiliki orientasi yang pasti. Disaat dipahami apa tindakan yang harus dilakukan dalam hidup, jelas arah dan tujuannya, saat itu, setiap tindakan yang akan dilakukan terasa nikmat dan mudah, karena jelas petunjuk arahnya. Bukankah yang memotivasi kita untuk melakukan tindakan adalah kala tindakan yang akan kita tunaikan memiliki orientasi yang jelas ?

Seperti saat hendak wudhu’, bagi orang-orang yang tidak memahami  hakikat yang terkandung dalam wudhu’, saat melaksanakan wudhu’ tidak ada terbetik sedikitpun semangat dan perasaan yang bergelora untuk menunaikan, tak lebih hanya sekedar karena wudhu’ itu wajib jika hendak mendirikan shalat, maka jadilah wudhu’ hanya ritual rutin belaka tanpa nilai dan kenikmatan rasa yang diraih. Akankah kita rindu dengan wudhu’ jika wudhu’ hanya dipahami sebatas ini ? Sama sekali tidak, bisa jadi wudhu’ malah dianggap beban. Ujungnya, karena terasa beban bermuara pada pelaksanaan wudhu’ tidak dengan kesungguhan, asal-asalan, asal beban telah tertunaikan. Hilanglah hakikat wudhu’, sama sekali tidak terasa manfaatnya. Ini adalah akibat dari tidak adanya kesungguhan mengenali hakikat hidup yang menyebabkan hilangnya manfaat.

Tapi, bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh memahami hakikat hidup, kala hendak berwudhu’, ia berupaya bersungguh-sungguh memahami hakikat wudhu’, bahwa wudhu’ bukan sekedar ritual cuci muka , tangan, mengusap kepala, dan cuci kaki. Tapi ada petunjuk syari’at yang menjelaskan, bahwa dalam ritual tersebut terkandung suatu makna pembersiha n jiwa. Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw, bahwa air wudhu’ bukan sekedar mencuci lahirnya fisik, tapi juga mencuci bathin dengan mensucikannya dari dosa-dosa. Seperti air yang mengalir pada tangan dapat mencuci atau menggggugurkan dosa-dosa yang dilakukan pada tangan. Jika kita memahami hal ini, tentulah wudhu’ akan terasa nikmatnya, sehingga wudhu’ akan dilaksanakan dengan khusyu’ penuh kesungguhan. Sebab kita mengetahui besarnya manfaat  yang diperoleh dari wudhu’.

Jadi, semua itu berpangkal dari kesungguhan.  Karena kesungguhan itulah yang akan mendatangkan manfaat pada diri. Jangan heran, jika engkau melihat mengapa ada orang yang mampu menunaikan ibadah siang dan malam tanpa sedikitpu merasa terbebani ?Aapalagi kalau bukan karena kesungguhan ? Mengapa para ulama-ulama terdahulu mampu menembus luasnya dunia untuk menuntut ilmu sehingga kita orang belakangan dapat mereguk kenikmatan ilmu tersebut ? Tiada lain itu karena kesungguhan.  Mengapa kita temukan adanya orang-orang yang mampu hidup secara fakir, namun tak pernah mengeluh, malah bersyukur ditengah-tengah kefakirannya ? Ya, jelas karena kesungguhan. Kok, kebanyakan orang-orang miskin yang kita temukan, dalam sebuah keluarga yang bahkan berada di bawah standar kecukupan, tapi masih mampu tertawa, bercengkrama dengan keluarga dalam segala kekurangannya. Sekali lagi, semua itu karena kesungguhan memaknai hidup.   

Benarlah mahfuzhat : “ Kesungguh-sungguhan itu bermanfaat “. Dengan kesungguhanlah kita akan mencapai manfaat yang hakiki. Renungkan saudaraku.

Keterangan :
Sumber Mahfuzhat : K.H. Aslam Zakaria dan Abd. Halim Manaf B.A, Buku Pelajaran Mahfuzhat I (Bandung: C.V Sulita, 1971 ), Cet. Ke-2

Penulisan Format Tulisan Arab : Freeware Arabic Unicode text editor ©2007 by Ebta Setiawan


Pelajaran Mahfuzhat : Murah Hati Itu Terpuji


Mahfuzhat :

اَلْحَلِمُ مَحمُوْدٌ

( Murah Hati Itu Terpuji )
Penjelasan :

Kita diberikan nafas untuk hidup, diberikan panca indra untuk melangsungkan tugas di permukaan bumi sebagai khalifah, diberikan akal untuk mencerna apa yang harus dilakukan, di utus Rasul sebagai penunjuk jalan, pada Rasul itu diberikan pedoman hidup berupa al-Quran.  Siklus hidup kita berputar diantara hal tersebut dan semuanya terletak pada hati.

Kala nafas dihembuskan, panca  indra berjalan normal, akal telah sempurna (baligh), telah sampai risalah Rasul, maka jatuhlah beban hidup pada kita. Setiap pelaksanaan beban melahirkan konsekwensi ( akibat ), segala tingkah laku akan dinilai, hasil nilai akan mendapatkan balasan, surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai ataukah neraka yang apinya menyala-nyala.

Ketahuilah semua itu berporos pada hati. Setiap yang dilakukan berpangkal dari hati. Kala seseorang bertindak, berbuat dan melakukan segala aktifitas hakikatnya adalah akibat dari perintah hatinya. Kecuali hal dilakukan tanpa sengaja, maka hati berlepas diri dari padanya. Jika perbuatan seseorang itu baik, pertanda hatinya baik, namun jika sebaliknya, demikianlah hatinya.

Dapatlah kita pahami, dalam konsep hablumminannas ( merajut hubungan sesama manusia ), kedudukan manusia dimata manusia yang lain berada pada hatinya, walaupun hati itu sendiri tidak tampak, tapi orang bisa menilai hati seseorang melalui perbuatannya, sebab perbuatan itu lahir dari perintah hati. Sehingga ada ungkapan yang sering kita dengar “ orang tersebut baik hati ”, padahal orang yang berbicara tidak mampu melihat hati orang yang diibicarakannnya. Ini bukti bahwa hati manusia itu dapat diketahui melalui perbuatannya.

Untuk membuktikannya, rasakan saja pada diri kita sendiri, kala kita hendak melakukan sesuatu apa yang pertama kali menggerakkan perintahkan perbuatan kita tersebut ? Jelas, hatilah yang memerintahkannya. Makanya kala kita tidak hendak melakukan sesuatu namun dipaksa oleh sesuatu hal, maka terasa sakit dalam hati kita, karena hakikatnya hati kita tidak hendak melakukannya, namun dilakukannya juga, sehingga terasa sakit.

Ini pengertian makna hati secara sederhana dan normal, diluar itu, bukan disini pembahasan yang kita maksud, seperti adanya orang yang lain dihati, lain pula dimulut. Butuh pembahasan tersendiri masalah ini. Cukup kita ambil pengertian secara normal tadi.

Mengingat hati seseorang itu dapat diketahui melalui perbuatannya, maka bersihkanlah hati dari segala keinginan yang tidak baik, agar melahirkan perbuatan yang baik, kala perbuatan itu baik, maka akan diterima hati itu dihati manusia, kala hati memiliki kedudukan di hati manusia, maka manusia itu akan menjadi terpuji dalam lingkungannya, kala terpuji dalam lingkungan manusia, berarti kita telah mewujudkan konsep hablumminannas ( hubungan sesama manusia ) dengan baik, sebagai konsep ajaran Islam yang begitu mulia. Inilah kiranya makna Mahfuzhat “ MURAH HATI ITU TERPUJI ”


Keterangan :
Sumber Mahfuzhat : K.H. Aslam Zakaria dan Abd. Halim Manaf B.A, Buku Pelajaran Mahfuzhat I (Bandung: C.V Sulita, 1971 ), Cet. Ke-2

Penulisan Format Tulisan Arab : Freeware Arabic Unicode text editor ©2007 by Ebta Setiawan

Kamis, 09 Agustus 2012

Dialog di Shubuh Buta


Mengapa kau berkokok sepagi buta ini wahai Ayah
Tanya si anak Ayam heran
Tidakkah kau tahu untuk ini kita diciptakan
Oh ya, untuk membuat keributan dipagi buta ?
Sang Ayah tertawa
Ya, ya, keributan untuk orang yang lalai
Untuk orang yang lalai ?
Lalai dalam memaknai hidup
Tapi berkah untuk orang yang ta’at
Aku tak mengerti
Suatu saat kau akan mengerti
Inilah kewajibanmu kelak
Berkokok dipagi buta ?
Ah aku tak bersedia
Bukankah tanda kebaikan membawa manfaat untuk alam sekitar ?
Berkokok dipagi buta hanya merusak suasana Alam
Memang engkau belum mengerti Anakku
Tercenung
Allaahu Akbar Allaahu Akbar
Suara azan itu mengagetkan si anak
Aduhai
Benar kata ayah
Hanya untuk orang lalai kokokan membuat keributan
Tapi tidak untuk yang taat
Jikalau tidak berkokok siapa yang akan membangunkan muazin itu ?
Hanya untuk yang taat
Bukan untuk yang lalai
Sudah kukatakan suatu saat kau akan mengerti

Terkadang
Banyak mereka itu yang tidak mengerti
Dan memang tidak mau mengerti
Tentang kita
Mengapa kita harus berkokok tiap subuh buta

Maninjau, 07 Jumadil Akhir 1433 H
Oleh : W. Khatib Bandaro

Surau Tuo dan Masjid Jami’


Mewangi taman-tamanmu menghamparkan kesturi
Sosokmu teguh menjulang tinggi membelah cakrawala
Tubuhmu biaskan keindahan seni peradaban masa lalu
Tiang-tiangmu kokoh laksana terhujam kedasar bumi
Sajadah turki, mihrab agung, pesona akan segala keindahan
Untuk menara itu, kau hamparkan kumandangkan azan bertalu-talu
Menggema, menghantam, dan menghujam jiwa-jiwa insan

Namun, segala kemegahanmu itu
Tak lebih dari simbol peradaban yang menangis
Terisak diantara kepedihan yang mengiris pilu

Dulu kau tak semegah itu
Hanya sosok renta, lemah dan tak berdaya,
Wajahmupun enggan dilirik, kusam dan tak menggoda
Tapi kau dicintai sepenuh jiwa
Aromamu menarik jiwa untuk selalu hadir dalam segala keterbatasanmu

Tapi kala kemegahan hari ini kau raih
Kau tak lebih seperti permata yang tidak bermakna
Kau dibanggakan, namun tidak dicintai
Kau mempesonakan, tapi tidak membakar api cinta
Kau selalu dijaga, tapi kau tak dibela

Sungguh, peradaban telah menggilasmu dengan cara mengerikan
Kemegahanmu ternyata bukan isyarat akan keindahan
Senimu ternyata tak selalu melahirkan rasa
Kau menangis di atas segala ketercukupanmu
Kau kelaparan diantara lingkaran makanan yang lezat dan bergizi

Aduhai, adakah kesedihan diatas ini
Kesedihan di atas kesedihan

Kala diri hanyalah bermakna secara simbol
Tapi jauh dari kekuatan substansi

Lebih baik kau seperti dulu
Hanya bernama Surau Tuo ( surau tua ) yang lapuk
Namun kau dicintai sepenuh jiwa
Dari pada hari ini
Namamu yang megah Masjid Jami’
Tapi tidak membuat dirimu merasa besar

Maninjau, 07 Jumadil Akhir 1433 H

Oleh : W. Khatib Bandaro

Rabu, 08 Agustus 2012

SMPN 1 Tanjung Raya Programkan Kegiatan Musabaqah Materi Ke-Islaman antar siswa pada Ramadhan 1433 H


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kepada Allah swt, shalawat buat Rasulullah saw

Mengakhiri kegiatan pemebelajaran di bulan Ramadhan 1433 H, SMPN 1 Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat, lahirkan program kegiatan Musabaqah keagamaan, seperti musabaqah shalat jenazah, hafalan ayat-ayat pendek pada juz ‘amma, adzan dan jawabannya serta do’a ba’da adzan, dzikir dan do’a ba’da shalat, etc. 

SMPN 1 Tanjung Raya merupakan salah satu sekolah yang mendapat proyek penerapan pendidikan keagamaan yang melebihi SMPN lainnya di kecamatan Tanjung Raya dalam bentuk MDW ( Madrasah Diniyah Wustha ) terdiri dari tiga mata pelajaran berupa al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak, dan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah ( ABS-SBK ). MDW ini merupakan program Pemda Agam  yang penerapannya baru pada setiap SMPN 1 yang ada di Kabupaten Agam.

Untuk itu, wajar kiranya, jika SMPN 1 Tanjung Raya harus mampu menggelar kegiatan-kegiatan berbasis keagamaan lebih ekstra dibanding SMPN lainnya yang ada di kecamatan Tanjung Raya. Diantara kegiatan yang menonjol dibidang keagamaan  baik yang telah maupun sedang berjalan adalah Shalat Berjamaah di sekolah, pesantren kilat, Malam Bina Iman dan Taqwa dengan mengambil lokasi masjid dan mushalla  yang ada di sekitar Maninjau, kultum, serta rohani Islam dalam bentuk Bina Remaja Islam, termasuk didalamnya penerbitan Buletin Bina Remaja Islam.

Sesungguhnya jalan untuk menegakkan risalah Islam itu banyak dan sangat luas, hanya tergantung bagaimana cara kita menelusurinya dan menyiapkan bekal mengarunginya. Semua kegiatan keagamaan SMPN 1 Tanjung Raya tersebut, tidak akan terlaksana jika hanya ditunaikan oleh beberapa orang guru agama dan guru MDW, tapi karena kerjasama, dan bekerjasamalah cita-cita itu dapat dibangun. Sungguh benar janji Allah swt, siapa yang menolong agama-Nya, niscaya Ia akan menolong hamba-Nya dan menguatkan  pijakan kakinya ( Lihat Q.s. Muhammad ayat 7 ).

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Selasa, 07 Agustus 2012

Ifthar Jama'i ( Buka Bersama ) PK MAN Maninjau : Kebersamaan dalam Karupuak Ndak Badaruak


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Catatan Bersama orang-orang yang ana cintai di jalan Dakwah

Puji syukur kepada Allah swt, shalawat teruntuk Rasulullah saw.

Hari itu diseputaran MAN Maninjau, cuaca siang terasa panas menyengat, dalam suasana Ramadhan ke- 18  tahun 1433 H, terasa sekali haus dan lapar cukup menggoda iman. Mungkin menurut standar ukurannya, jika panas cukup kuat disiang hari, sore akan dihiasi dengan cahaya keemasan sinar sang surya, tampak  indah kala menerpa riak-riak air Danau Maninjau tepat disebelah Barat bangunan pendidikan yang telah melahirkan diantaranya sosok –sosok ulama. Namun sore ini agak lain. Beranjak sore hujan turun cukup deras, Madrasah Aliyah Negri ( MAN ) Maninjau tampak agak memutih disirami curahan hujan, bagaikan bangunan bersejarah dihinggapi bulir-bulir salju, beberapa sosok tampak sangat serius dibeberapa lokasi, sibuk dengan aktifitas masing-masing.


Yo, hari itu adalah hari membangun sebuah peradaban, membangun keberasamaan atas dasar iman, membangun cita-cita dalam satu konsep ukhuwah. Kegiatannya biasa, tapi nilai yang hendak dicapai, disanalah kedahsyatannya. Ya, hari itu keluarga besar Program Keagamaan ( PK ) MAN Maninjau kelas XI dan XII menggelar hajatan Ukhuwah, “ IFTHAR JAMA’I “ atau buka bersama ala PK. Kala waktu mulai beranjak sore, mereka telah sibuk dengan segala persiapan.

Subhaanallaah !, sungguh Islam itu sangat indah mengajarkan rasa cinta sesama muslim, karupuak yang sudah tidak lagi badaruak tidak menjadi alasan untuk kegiatan ini tidak menjadi nikmat, karena disanalah rasa kebersamaan itu terasa indah, kala sesuatu yang terasa tidak nyaman, tapi dengan kebersamaan semua terasa menjadi enjoy, melalui karupuak ndak badaruak  mudah-mudahan menjadi alarm ( pengingat ) dimasa yang akan datang, bahwa hakikatnya Keluarga Besar PK MAN Maninjau yang merupakan generasi penerus dari IAI dan PK sebelumnya, masih mampu melanjutkan perjuangan meniti Islam dalam sebuah ikatan kebersamaan yang terikat dalam Ukhuwah Islamiyah yang tentunya terorganisir dengan rapi.
Ketahuilah, Ifthar Jama’i kali ini memiliki kesan yang mendalam, sebagaimana tahun-tahun lalu juga memiliki kesan tersendiri, kesan Ifthar Jama’I kali ini adalah : Sungguh rasa cinta sesama mereka anak-anak PK MAN Maninjau dalam sebuah keluarga besar  yang terikat karena mereka merasa bersaudara patut daicungi jempol. Subhaaanallaah !


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh