Materi Kultum Wendri Nalki Khatib Bandaro :
“Mari Luruskan Tujuan Hidup Kita”
Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Pernahkah kita mendengar dana pelaksanaan
haji ditilap? Atau pelaku suap untuk lolos menjadi PNS orang-orang yang
berlatar pendidikan agama Islam? Atau pejabat korup terhadap dana
percetakan Kitab al-Qur’an sebagai kitab
suci? Atau dilembaga pendidikan yang katanya bercirikan khas Islam, taruhlah
misalnya madrasah, tapi pola pendidikannya jauh dari nilai-nilai Islam? Seperti
acara perpisahannya menggunakan music dengan nyanyian-nyanyian syair yang tidak
mendidik, lomba class meeting futsal
antar kelas dengan diiringi musik sambil joged, dan bangga dengan siswanya yang
menjuarai lomba nyanyi sambil menggerak-gerakkan tubuh penuh syahwat?
Jika pernah, inilah fenomena sebagian umat
Islam hari ini. Inilah fenomena kita yang umat Islam jumlahnya banyak tapi sama
sekali tidak menunjukkan karakteristik Islam dalam kehidupan. Kita hari terombang-ambing
oleh zaman, terperosok dan larut di
dalamnya. Jika kita tidak mengikutinya, kita akan ketinggalan, kata mereka yang
telah tertipu dengan dunia ini dan telah kalah dalam perang pemikiran yang
dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan Islam. Inilah zaman yang
disinyalir oleh Rasulullah saw. dalam hadits dari Tsauban yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan Ahmad, bahwa hampir saja, umat Islam berada dalam jumlah
yang banyak, tapi terombang-ambing tak tahu arah, Allah menghilangkan rasa
takut dari hati musuh-musuh kalian dan menimpakan pada kalian penyakit wahn,
yakni “hubbuddunya wa karahiyatulmaut
“, cinta dunia dan takut akan kematian. Na’udzubillah.
Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Fenomena apa sebenarnya ini? Ya, fenomena
kita yang hakikatnya tidak memahami untuk apa kita diciptakan, tidak mengerti
apa yang harus dilakukan di permukaan dunia ini, dan fenomena tipisnya
keyakinan bahwa hidup di dunia ini bukanlah untuk selama-lamanya. Semua itu
telah diajarkan oleh Islam, hanya kita tidak mengerti atau tidak mau mengerti.
Sehingga yang terpatri dalam jiwa bahwa kita hidup dipermukaan bumi ini
bagaimana cara hendak menyelamatkan diri semata agar tetap bertahan hidup, agar
hidup mendapatkan kebahagiaan hari demi hari, sehingga kita lupa bahwa ada
hidup setelah kehidupan ini. Jika demikian, apa bedanya kita dengan hewan? Yang
hidup hanya bagaimana untuk bertahan hidup?
Ketahuilah !
Islam telah mengjarkan, kita diciptakan
untuk beribadah,
“ wamaa
khalaqtuljinna walinsa illaa liya’buduuni”, Dan tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”, demikianlah Allah swt.
menegaskan, terdapat dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 56. Maka segala aktifitas
kita hendaklah dalam rangka menunaikan ibadah tersebut.
Untuk itu tempuhlah kehidupan untuk
menunaikan ibadah. Silahkan kais rezki, cari kedudukan, cari keamanan diri,
tapi haruslah dalam rangka agar ibadah kita kokoh, sebab ibadah tanpa rezki
tidak akan terwujud, ibadah tanpa kedudukan dan keamanan tidak akan berjalan
dengan baik.
Dari ibadah inilah akan memancar
nilai-nilai Islam yang hakiki, segala macam penyimpangan yang menggiring kita
tentu akan terhindar, karena ibadah tidak akan diterima melalui
penyimpangan. Tidak akan mungkin kita
akan melakukan apalah namanya korupsi, menilap uang rakyat, atau mencari mata
pencaharian dengan cara yang gelap, mengumbar hawa nafsu dan mengikuti syahwat
dunia karena kita tahu semua itu bertolak belakang dari konsep ibadah. Maka
kesadaran kita akan ibadah akan membawa kita pada jalan-jalan lurus yang
diridhai oleh Allah swt. Mari kita luruskan tujuan hidup kita.
Jika ini kita pahami dengan baik, dan
seluruh umat Islam memahaminya, insya Allah takkan ada istilah pelaku-pelaku kemaksiatan,
kemungkaran dan segala macam tindakan amoral dimotori oleh umat Islam. Seberapa
kita baru yang memahaminya? Wallahua’lam.