WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Selasa, 21 April 2015

Catatan Untuk Istriku Yang Tercinta (Laila Nisa) : Romantisme Kisah Cinta Kita

Istriku …

Ternyata segala sesuatu keindahan yang kita lihat dalam dunia ini, yang mungkin keindahan itu berada dalam ranah ide-ide atau dalam cerita dongeng, terutama tentang kisah-kisah romantisme, sekali lagi …ternyata, bukan kisah tak bermakna yang tak bisa diwujudkan apalagi dirasakan.

Jika …
Selama ini aku mungkin lebih banyak menemukan keindahan-keindahan kisah cinta yang bergelora dalam pahatan-pahatan kata para sastrawan ataupun penyair yang bisa jadi menurut sebagian hanyalah suatu khayalan imajinasi yang sulit diwujudkan dalam dunia nyata. Tapi …duhai…istriku …coba engkau dengar dan perhatikan apa yang hendak kuungkapkan padamu, tentang perasaan yang bergelora dalam kalbuku yang terdalam.  Aku ingin mengatakan padamu kisah romantisme itu ada dalam kehidupan kita, kehidupan kita yang seiring berjalannya waktu diluapi keindahan asmara yang begitu indah memukau.  Jiwaku merasa tenang kala berada didekatmu, kepulanganku untuk menemuimu adalah perasaan yang begitu indah, kerinduanku kala berada jauh darimu adalah mozaik-mozaik kehidupanku yang membuat aku merasakan buah pernikahan kita adalah buah terindah yang semoga bermaniskan taqwa.
Ketahuilah …godaan hidup bagi seorang laki-laki adalah kala dihadirkan kepadanya sosok perempuan yang cantik dan memukau, sehingga membawa pikiran dan jiwanya terbang pada angan-angan semu, jika tak sanggup menahan godaan itu, pikirannya akan terpedaya, hatinya akan rusak dan saksikanlah kesudahan orang-orang yang terpedaya dengan hal tersebut. Sungguh senjata ampuh bagi syetan untuk memperdayakan kaum lelaki adalah melalui pengaruh kaum hawa, karena memang dalam diri kaum hawa gambaran tentang keindahan begitu banyak dan memang sangat memperdaya.

Dan …
Aku laki-laki, dan tak mungkin akupun akan diperdaya oleh godaan itu, aku manusia yang tentunya juga menjadi musuh syetan. Tapi …duhai istriku …engkau telah melemahkan segala godaan itu, engkau telah menguatkan pondasi hidupku, bahkan engkau telah menjadi terdepan yang ikut meluluhlantakkan godaan tersebut hingga hancur berkeping-keping. Ya, kau hancurkan godaan itu dengan sikap dan caramu yang membuat aku tak tergoda dengan perempuan manapun, kau hadir dalam kehidupanku sebagai sosok istri yang begitu membuat aku harus mengakui engkau adalah perempuan terbaik yang memiliki harga diri yang takkan sanggup perempuan manapun untuk bercokol dalam hatiku.  Dengan demikian, engkau telah menjagaku dari godaan besar dalam hidup.

Duhaaa…iii…Lailaku…hanya engkau yang memenuhi relung-relung kalbuku, kau bangun kisah cinta kita layaknya kisah cinta dalam dunia sastra, kau goreskan tinta-tinta asmara kita dalam sastra keindahan kehidupan kita yang selalu membuat aku terkagum-kagum dengan dirimu.  Tak berlebihan jika aku memberikan contoh bagaimana kau begitu memukau diriku hingga tak mampu membuat aku terpedaya dengan perempuan manapun. Kala aku pulang, kau sambut dengan senyuman, kau ambil alih peralatan yang kubawa, sedikitpun, tak tampak dari rona wajahmu rasa berat untuk melakukannya bahkan pancaran keikhlasan yang menghiasi wajahmu yang memang harus aku akui, sangat cantik. Bukankah semua itu mungkin sering kita temukan dalam cerita-cerita dongeng atau novel yang jarang kita temukan dalam dunia nyata? Tapi kau telah mewujudkannya untukku.

Lalu, jika pulang adalah tempat aku mendapatkan kebahagiaan, jika istriku adalah puncak kebahagiaan, dan rumah tempat kita berteduh penuh dengan kedamaian, bermanfaatkah segala godaan diluar sana? Bermanfaatkah jarring-jaring syetan serapat apapun untuk memperangkapku?

Pesonamu Laila-ku membumbung ke awan
Tinggi pada puncak ketinggian kemuliaan
Malamku adalah kerlipan bintang yang kau taburkan
Menghiasi keindahan munajat pada Tuhan Pemilik Alam


Catatan Untuk Istriku Yang Tercinta (Laila Nisa) : Peristiwa di Malam Jum'at Itu

Istriku…,

Thuesday, Malam Jum’at, 13 Jumadil Akhir 1436 H, adalah hari yang begitu membuat aku terpesona dengan dirimu. Mengapa tidak? Itulah hari yang membuat aku semakin yakin bahwa aku tidak salah memilihmu sebagai pendamping hidupku. Hari yang menjadi bukti bahwa penantianku bertahun-tahun untuk mendapatkan sosok penyejuk jiwa bukanlah penantian yang sia-sia dan hampa, tapi penantian berbuah kemanisan dalam puncak mahligai keindahan yang sulit dilukiskan dengan ungkapan apapun.

Mungkin kala itu engkau tidak menyadari bagaimana hatiku begitu berbunga, indah mekar ditaman-taman cinta penuh pesona. Sungguh aku terpesona, terpesona akan dirimu kala menyaksikan bagaimana engkau membimbing para generasi sebagai anak didikmu untuk melaksanakan shalat fardhu, dalam ruangan yang tidak begitu lapang, mushalla yang berada diantara persawahan dan rumah penduduk. Ya, malam itu, aku menyaksikannya karena aku hadir disana. Kau begitu piawai mendidik dan membimbing mereka, kau begitu mengagumkan, dalam upayamu mewujudkan cita-cita agar generasi kita kelak menjadi generasi yang shaleh.

Hati laki-laki muslim mana yang tidak merasa bahagia kala menyaksikan istrinya menjadi pejuang agama Allah swt., menjadi pelopor lahirnya generasi-generasi yang shaleh dengan ketenangan serta kelemahlembutannya? Dan aku …Alhamdulilllaah aku berada dalam lingkaran kebahagiaan itu. Sungguh …engkau telah mempersembahkan sesuatu yang terbaik untukku, engkau telah membuat hatiku sangat bahagia, bahagia, sungguh aku bahagia, tak cukup rasanya kata-kata ini untuk bisa mengungkapkan kebahagiaan yang begitu memuncak.

Tahukah engkau, duhai Laila-ku …,

Sesungguhnya kebahagiaan dari seorang suami sejati adalah ketika ia menyaksikan bagaimana istrinya mampu mempersembahkan keinginan dari hatinya. Dan hari itu …engkau telah mempersembahkan itu kepadaku. Engkau telah membuat hatiku merasakan sebuah kesempurnaan. Karena itulah keinginan hatiku. Ya, keinginan memiliki pendamping hidup yang dapat menguatkanku di jalan dakwah. Jika ada yang mengatakan suatu utopia untuk zaman ini jika berharap mendapatkan sosok perempuan yang shalehah untuk dijadikan istri, maka cukup aku yang akan membuktikannya, bahwa perempuan shalehah itu ada, ia ada bersamaku, pendamping hidupku, Ia telah menunjukkan keshalehan itu untukku, dialah Laila-ku, istriku yang tercinta.

Laila-ku …

Kebahagiaan yang selalu ingin kukejar dalam hidup adalah kala aku bisa mempersembahkan yang terbaik untuk agama kita ini, agama yang diturunkan sebagai rahmatallil’aalamiin dan ia harus diperjuangkan. Dalam memaknai perjuangan inilah maka aku mencoba untuk selalu berjuang dalam urusan agama ini. Walau harus pulang malam, bahkan pulang pagi untuk urusan agama ini, atau disibukkan dengan  aktifitas-aktifitas terwujudnya perjuangan ini, kucoba untuk menempuhnya. Jika selama ini aku berjuang dengan kesendirianku, tapi kala aku mendapati dirimu, dan mengetahui engkau adalah bagian dari pejuang agama ini sungguh aku seakan mendapat amunisi dan kekuatan yang berlipat ganda yang membuat aku semakin teguh serta semakin memperoleh hikmah-hikmah yang mendalam akan makna memperjuangkan agama Allah swt..

Padahal jujuuu….r aku sampaikan padamu, dulu, sebelum aku menikahimu, sebelum kita saling kenal mengenal, yang aku cemaskan dari sebuah pernikahan adalah kala mendapati istri yang akan menjadi penghalang dari tujuan perjuanganku. Tapi sungguh Allah swt. punya rencana untukku, dan rencana itu adalah rencana terbaik yang tak terukur. Allah swt. pertemukan aku dengan dirimu, dengan cara yang sesuai dengan syari’at kita, tak ada pacaran berlabel islami, tak ada khalwat dengan alasan ta’arufan, tak ada berdua-duaan untuk memenuhi kebutuhan resepsi pernikahan, akhirnya sampailah kita pada jenjang menyempurnakan separoh agama ini. Kitapun menikah. Kala kudapati engkau telah menjadi istriku, dengan apa yang kau persembahkan untukku,  maka pupuslah kecemasanku akan pernikahan yang dulunya kucemaskan akan menghalangiku dalam berjuang, malah sebaliknya, aku semakin teguh, aku semakin kuat, dan aku semakin kokoh dengan perjuanganku. Mengapa? Sebab dengan apa yang kusaksikan dari dirimu, dan apa yang telah engkau berikan padaku, engkau yang ternyata juga berada pada panji-panji perjuangan yang sama denganku walau caranya berbeda, sebagai pembuktian tak ada yang harus aku cemaskan dalam pernikahan. Sungguh Allah swt. itu Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati insan. Allah swt. tidak sia-sia dalam menetapkan urusan. Dan…Allah swt. telah memberikan imbalan dari kecemasanku itu dengan buah yang begitu memukau, indah dan mempesona, engkau Laila-ku, penyejuk jiwaku, yang kurindu dan kucintai, insya Allah sepenuh jiwaku.

Ooo…Laila-ku penyejuk jiwa
Jiwamu laksana purnama
Dalam keindahan malam yang merona
Aku terpedaya hingga tergila-gila

Kerinduanku padamu boleh kau tanya
Menyentak dada luluhkan rasa
Berada didekatmu laksana di surga
Apakah ini surga di dunia ?

Ya Allah Rabbul ‘Izzati
Pemilik dan pemenggam semua hati
Biarkanlah cinta kami ini tetap bersemi
Hingga ajal menjemput mati bahkan kelak dibangkitkan lagi
         


   

Catatan Untuk Istriku Yang Tercinta (Laila Nisa) : Istriku, Namamu Laila Nisa

Istriku ….kudapati namamu Laila Nisa …

Itulah pemberian nama dari orang tuamu. Jika sekilas orang mungkin heran, kenapa namamu Laila Nisa ? Ternyata engkaupun pernah mengadukan hal itu kepadaku, pengaduan tentang dirimu yang dianggap namamu itu kata orang maknanya kurang baik, perempuan malam, demikian kata mereka. Tunggu dulu istriku …jangan cepat-cepat kau maknai pandangan orang tersebut negatif. Apakah makna perempuan  malam selalu negatif? Sesungguhnya segala sesuatu itu sangat ditentukan dari sudut mana kita memandang. Jika kita selalu memandang sesuatu itu dari sudut negatif, maka negatif itulah yang tampak. Namun jika sebaliknya,  kala segala sesuatu kita pandang secara positif, segalanya akan termaknai secara positif. Demikianlah hakikatnya, mengapa agama kita mengajarkan agar kita selalu berprasangka baik. Agar energi kebaikan itu selalu menjalari tubuh dan sikap kita, sehingga apapun pandangan kita akan berbuah pada ha-hal yang positif.

Mari …mari kita mulai memaknai namamu dengan kacamata positif, disana engkau akan temukan nilai-nilai yang begitu dahsyat dari namamu. Yang jelas, namamu adalah suatu pemberian berharga dari orang tuamu. Pertanyaannya, apa kira-kira yang terlintas dan menjadi nawaitu dari orang tuamu untuk memilih nama itu? Mungkin secara sederhana jawabannya, karena engkau lahir diwaktu malam, maka diberilah nama Laila, dan karena engkau perempuan maka disemat Nisa, sehingga disebutlah kau perempuan malam, tepatnya perempuan yang lahir di waktu malam. Jika dari memaknai secara sederhana ini saja telah ditemukan tidak ada satupun makna negatif di dalamnya, lalu apa alasan untuk memaknai Laila Nisa sebagai perempuan malam yang dipahami sebagai sesuatu yang negatif ? Ini yang pertama.

Apakah seringkas itu tujuan orang tuamu memberi nama? Yang tahu jawaban pasti tentulah mereka. Tapi bukankah nama itu do’a atau hasrat keinginan mengandung harapan ? Lantas, apakah dengan memberi nama itu orang tuamu tidak punya pengharapan ? Yang jelas orang tuamu punya harapan kepadamu sebagai anaknya.

Terlepas dari apa pengharapan orang tuamu, jika engkau bersedia untuk mencoba mengambil pemakaian lafaz namamu; Laila dan Nisa, dari mana asal kata itu? Dari mana asal Bahasa itu? Ya …kata dan bahasa itu adalah Bahasa Arab, bahasanya Al-Qur’an, wajib bagi seorang muslim mempelajarinya. Jika dari bahasanya al-Qur’an diambil penggunaan namamu, bukankah itu isyarat orang tuamu ingin memberikan nama untuk putrinya yang tercinta dengan bahasa yang digunakan al-Qur’an? Jika bahasa al-Qur’an yang digunakan untuk sebuah nama yang didalamnya mengandung harapan, apakah mungkin aura negatif ada didalamnya?

Oooo…jika ada yang menyatakan namamu menyalahi kaedah ketatabahasaan untuk meletakkan makna namamu pada makna positif, maka ketahuilah wahai istriku …segala sesuatu itu terletak pada niat, niat itulah yang akan menyampaikannya pada tujuan, maka maknai namamu dengan niat apa orang tuamu memberi nama untukmu. Pahamilah …tak ada satupun niat negatif yang lahir untuk anaknya, apalagi untuk sebuah nama. Ini yang kedua.

Yang ketiga, izinkan aku memaknai namamu sesuai dengan apa yang kudapati tentang dirimu semenjak aku hidup bersamamu. Laila, yang bermakna malam. Mari …marilah kita pahami makna ini. Malam adalah waktu-waktu yang indah dan menakjubkan untuk beribadah, shalat malam disepertiga malam terakhir begitu besar keutamaannya, waktu malam adalah waktu keheningan dan ketenangan, do’a terasa nikmat dan khusyu’ di tengah malam nan sunyi, malam diciptakan agar kita bisa melepaskan kepenatan dan kelelahan di siang hari karena disibukkan dengan aktifitas, waktu istirahat yang ditunggu-tunggu adalah malam, yang berarti setiap manusia butuh dengan malam. Para sufipun menjadi malam sebagai waktu yang begitu indah untuk mencapai derajat ketinggian disisi Allah swt.

Sekarang, malam menjadi namamu.  Aduhai …apa yang kutemukan dari dirimu malamku? Kau benar-benar menjadi malamku yang terindah, Lailaku, yang membawa ketenangan pada relung-relung hatiku, yang membuat aku terpesona dengan keindahan yang engkau persembahkan untukku. Betapa tidak …kehadiranmu disisiku sebagai istriku menjadi penyejuk hati, aku merasa tenang berada didekatmu, dan kalau jauh engkau begitu kurindui. Ketenangan itu lahir kala aku menyaksikan apa yang kudapati dari dirimu …engkau hadir kala hatiku merindui yang sangat aku cintai …aku mencintai dan berharap pendamping hidup yang teguh dengan agamanya, shalehah, dan tha’at dalam beribadah, ternyata semua itu kau hadiahkan untukku. Engkau kudapati sebagai perempuan yang lurus agamanya, shalehah, dan Subhaanalllaah ! ternyata engkau ahli ibadah. Hal ini membuat aku  terlepas dari suatu kewajiban besar, bahwa tugas seorang suami adalah mendidik dan menshalehkan istrinya. Kenyataannya, sebelum engkau dididik dan  dishalehkan, engkau telah hadir sebagai perempuan terdidik yang shalehah disisiku. Ini bukan berarti aku tidak lagi punya amanah terhadapmu, lalu berlepas diri dari tanggungjawab. Tidak …sama sekali tidak. Tapi ini adalah kesyukuranku bahwa aku telah diberi anugrah oleh Allah swt. dengan anugrah yang begitu mulia yang seandainya diberikan kepadaku segunung emas dan melimpahnya harta kekayaan sama sekali sangat tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaanmu. Gunung emas dan harta kekayaan itu sangat tidak berharga dan pupus godaannya disebabkan kemuliaanmu nan memukau.

Sungguh engkau malamku, engkau Laila-ku, penyejuk hatiku.
Dan …kemuliaan itu semakin tampak kala namamu tidak cukup dengan kata Laila, tapi juga nisa. Anisa artinya jinak atau tidak liar, yang berarti bisa mengendalikan diri dan dikendalikan, itulah secara luas yang dapat digambarkan dari makna ini. Makhluk yang patuh dan mampu mengendalikan serta dikendalikan akan selamat. Sebab ia berada dalam koridor aturan yang telah digariskan yang apabila menyimpang akan menimbulkan  kekacauan serta membinasakan diri sendiri. Bukankah penyebab kesesatan dan kekacauan disebabkan tidak adanya kepatuhan dan keluar dari ketentuan?

Laila-ku …

Untuk kepatuhan itulah kita diciptakan kepermukaan bumi ini, patuh untuk mengabdi kepada Allah swt. Dan …kita dikatakan patuh kala kita mengikuti aturan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Kepatuhan itu akan mengantarkan kita menjadi hamba yang shaleh, kelak dijanjikan dengan kemuliaan di akhirat, yang mana kala itu setinggi apapun kemuliaan yang bersifat keduniaan yang kita saksikan hari ini tidak bermanfaat sedikitpun.

Namamu memang Nisa, bukan Anisa. Aku kira maksud orang tuamu maknanya kepada Anisa. Yakni perempuan yang patuh. Dan …kenyataannya, makna Anisa (Nisa) itu mewujud dalam kehidupanmu …ini menurut apa yang kulihat, rasakan dan perhatikan sebagai suamimu. Engkau kutemui sebagai sosok yang patuh, tha’at pada suami dan mampu memposisikan diri sebagai istri,  serta mengerti beban amanah. Engkau istri yang begitu memahami bahwa kala menjadi istri seseorang maka engkau punya kewajiban baru untuk melayani suami, dan engkau wujudkan hal tersebut semua itu sebagai bukti kepatuhan. Sungguh …engkau perempuan yang mulia.


Senin, 20 April 2015

Cattan Untuk Istriku Yang Tercinta (Laila Nisa) : Aku dengan Segala Kekuranganku

Isitriku …, ada yang mengatakan indah dan manisnya pernikahan itu hanya diawal-awal, tapi aku tak begitu yakin dengan ucapan itu. Bukankah pernikahan itu membuat kita tenang, dan itu adalah janji dari Allah swt. yang tak mungkin diragukan. Memang …kita mungkin sama-sama menyadari tak selamanya hidup itu datar, ia bergelombang, ibarat iman yang terkadang menanjak naik dan suatu saat jatuh menurun.

Dalam bahtera hidup yang kita bangun atas dasar iman ini, mungkin saja kita akan menghadapi badai, gelombang yang membuat kita terombang-ambing, tapi, janji Allah swt. akan ketenangan yang dijanjikan dalam pernikahan cukup menjadi landasan dan perisai bagi kita untuk bertahan dalam mewujudkan kehidupan penuh cinta dan kasih sayang yang diridhai Allah swt.

Aku begitu percaya, dan sangat optimis, kala mendapati kenyataan tentang dirimu, kau yang diawal-awal kukenal sebagai sosok perempuan mulia …hingga pernikahan yang kita jalani ini tetap kau sosok mulia, akan mamahami apa yang kumaksud dan kuyakini tentang ketenangan pernikahan yang dijanjikan Allah swt.  Ketenangan itu akan dapat kita reguk, ya…sakinah, sebagaimana do’a-do’a orang yang telah meridhai kita menempuh hidup bersama. Tentunya kala kita menyatukan  hati dengan cita-cita yang kuat bahwa kita memang berniat pernikahan ini hanyalah untuk ibadah.

Istriku …

Sakinah itu akan terwujud kala kita mampu untuk memahami bahwa kita bukanlah makhluk sempurna, kita saling membutuhkan, dan yang terpenting dari itu kita mampu menghargai sebuah kekurangan.
Boleh saja alasanmu untuk bisa menerimaku sebagai pendampingmu karena urusan agama yang menjadi prioritas untuk menentukan pilihan hidup hingga berani menempuh kehidupan berumah tangga, berharap bagi seorang perempuan mendapatkan laki-laki yang shaleh dan tha’at agama. Tapi apakah dipungkiri, bahwa keinginan perempuan selain hal tersebut tentu saja memiliki suami yang mapan secara finansial dan fisik mempesona sebagai naluriah manusia akan kecintaan pada keindahan ? Dan jika engkaupun menginginkan dua hal terakhir terebut, sama sekali tidak salah.

Jujuuu…r, ini bukan aku tidak menerima takdir tentang diriku, dan juga bukan karena aku meratapi nasib. Hanya saja aku menyadari sepenuhnya tentang diriku, sebagai takdir yang Allah swt. tetapkan bagi diriku bahwa untuk dua yang terakhir (finansial dan fisik yang didambakan) yang menjadi kebutuhan kaummu bagi diriku hal tersebut cukup jauh dari yang didambakan manusia umumnya. Aku mungkin lemah dalam hal tersebut, setidaknya dalam pandangan sebagia  orang,  dan aku sama sekali tidak menyalahkan tentang diriku ini, karena aku yakin Allah swt. punya rencana yang terindah untukku.

Dengan segala kekuranganku ini, yang mungkin bisa membuat seseorang berfikir ulang untuk menempuh kehidupan berumah tangga,  dengan keteguhan hati, aku bawa kekurangan ini mempersuntingmu menjadi permaisuriku, biarlah Allah swt. kelak yang akan memberikan takdir kehidupan kita.

Subhaanallaah ! Ternyata …disanalah kutemukan mutiara kemuliaan jiwamu berpendar …kau mampu menerima aku apa adanya, lebih dari itu ….kau malah menguatkanku sehingga aku semakin kokoh dengan keyakinanku bahwa kala pernikahan ditempuh dengan niat ikhlas karena Allah swt. maka segala yang membuat jiwa ini berat akan terbang dan hilang dengan sendirinya.

Aku merasa berada dalam lingkaran hidup yang menanjak naik pada puncak keindahan istana kemegahan cinta, dengan menara dan gedung-gedung tinggi menjulang yang ditata dengan pernak-pernik pualam berkilau, jiwaku terbang pada tingkat ketinggian, aku merasa tersanjung, yang melahirkan kesyukuran, hingga tersingkapnya hijab yang selama ini belum aku pahami, mengapa Allah swt. mentakdirkan kekurangan itu untukku. Ternyata kekurangan itu yang membuat aku merasa memiliki kelebihan, didalamnya ada anugrah, di dalamnya keindahan, di dalamnya ada pesona, di dalamnya ada cinta, ya cinta yang lahir dari seorang perempuan yang begitu aku cintai dan mencintaiku dengan kebersihan jiwa, cinta dari seorang perempuan yang membalikkan kekurangan diriku menjadi sebuah kelebihan. Maka pantas jika aku lebih gila dari pada Majnun dalam lukisan kata Nizami. Aku telah tergila-gila kepada Lailaku, yang memiliki jiwa laksana kaca bening memancarkan cahaya dahsyat memukau berkilku. Kilauan itu Allah swt. takdirkan untukku, agar aku lebih menyadari bahwa Allah swt. ingin memberikan yang terbaik bagi diriku melalui segala kekurangan yang aku rasakan.
Biarkan aku menggubah beberapa penggalan rangkaian kalimat untukmu :

Sungguh jiwamu bijak laksana sufi
Memancar aroma atasi minyak bidadari
Jiwaku terbakar bak sulutan api
Api cinta nan suci penuh sensasi




Catatan Untuk Istriku Yang Tercinta (Laila Nisa) : Mitsaqan Ghaliza

Demikianlah serpihan-serpihan hidup kita mulai membentuk sebuah bongkahan cinta yang terukir indah laksana dipahat dipuncak bukit kemuliaan … Inilah jalan-jalan kemuliaan kita yang mengantarkan pada puncak kebahagiaan hakiki …

Jujuu…r, sebelumnya, aku tak pernah mengenalmu …bahkan mendengar namamupun tak pernah, sama sekali tak pernah … tapi bukankah kita meyakini bahwa jodoh berada dalam catatan lauh mahfuzh yang tak terbantahkan. Dan …akhirnya jodoh itu menggeliat dan menampakkan keagungannya dengan dipertemukan kita dalam sebuah proses yang bernama ta’aruf, yang jelas tak ada hubungan tanpa status diantara kita, apalagi konsep pacaran yang digembor-gemborkan kaum hedonis …Kita mulai dengan cara yang baik …dan lihatlah kebaikan yang kita rasakan.

Hanya sekali, ya…cukup sekali dalam ta’arufan yang mengesankan itu …maka terjadilah apa yang telah terjadi… sangat singkat sekali,  akhirnya kita disatukan dalam sebuah ikatan suci nan agung, mitsaqan ghalizha, pernikahan yang mempesona, menunaikan Sunnatullah dan Sunnah Rasulullah saw, maka sempurnalah separo agama kita. Disaksikan oleh orang-orang yang kita cintai, kerabat, saudara bahkan shahabat-shahabat kita, perjanjian yang terikrar di depan penghulu menggelegar dahsyat dalam kehidupan kita, bahwa kita telah halal untuk hidup secara bersama, menempuh hidup penuh cinta dan kasih sayang  dalam istana cinta yang berpendar cahaya-cahaya kristal kemuliaan iman.  Subhaanallaah ! Sungguh rencana Allah swt. adalah suatu rencana terbaik.

Fabiayyi aalaa irabbbikumaa tukadzdzibaan ! (T.Q.S. Ar-Rahman : 61)
Saat itu,  kala engkau telah halal untukku, aku layak mengatakan kepadamu, duhai pujaan hatiku : “Aku mencintaimu karena Allah swt”. Sungguh ungkapan yang membuat aku merasa sempurna dan sekaligus untuk membuktikan kepada murid-muridku, orang-orang banyak, bahwa ungkapan tersebut adalah ungkapan terindah yang layak diucapkan seorang muslim dan hamba yang menyadari bahwa hidup adalah untuk ibadah.

Dan …


Inilah yang kurasakan …dalam kebersamaan denganmu … dirimu begitu mulia dan mempesona …Subhaanallaah, engkau laksana bidadari yang begitu membuat aku lebih gila dari pada Qais si Majnun yang dilukiskan Nizami. Jika Majnun harus kandas mahligai cinta yang diperjuangkannya di dunia ini, maka aku, dengan azzam terpatri insya Allah akan membuktikan bahwa cinta dibawah naungan panji Ilahi yang kita bangun akan berbuah keindahan surga dunia yang kelak juga hendaknya mengantarkan pada surga yang abadi.