WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Sabtu, 30 Maret 2013

Tarbiyah Ruhiyah : MABIT Rohis MAN Maninjau


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah s.w.t. Shalawat buat Rasulullah s.a.w.


Ehtahlah …sulit untuk dilukiskan dalam rangkaian kata-kata … suatu kenikmatan yang seakan jiwa ini merasakan limpahan karunia yang begitu luas atas karunia Allah swt, menyaksikan generasi dakwah yang tergabung dalam Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau dalam kegiatan MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)  yang baru saja usai ditunaikan (16-17 Jumadil Awwal 1434 H). Sungguh Allah s.w.t berkuasa penuh terhadap hati manusia, yang telah memancarkan cahaya hidayah terhadap mereka peserta MABIT walau dalam kondisi suasana malam liburan, tapi malam itu mereka relakan tubuh dan jiwa mereka untuk agama Allah s.w.t.
Maka saksikanlah, wahai para generasi Islam, lihatlah wahai pelanjut risalah Islam. Tidakkah diantara kalian jika ada yang lalai merasa iri kala melihat dan kenyataan yang menunjukkan bahwa diantara kalian ternyata ada sosok-sosok hebat dan penuh dedikasi yang tidak memiliki pemikiran yang sama dengan kalian. Mereka mungkin seumur dengan kalian, juga mungkin punya keinginan yang sama dengan kalian, punya kecendrungan nafsu seperti kalian, tapi ada yang membedakan mereka dengan kalian, kalian terlena dengan kelalaian kalian, tapi mereka terlena dengan ketundukan mereka pada Sang Khalik. Kalian yang lalai mungkin merasa damai dan bahagia dengan kelalaian kalian, mereka  mungkin dalam keadaan yang sulit dalam berjuang, tapi kelak kalian akan menyaksikan kala mereka tertawa dengan kemenangan mereka, kemenangan hakiki, saat itu kalian dalam keadaan menangis dan menyesali diri, maka bergunakah perkataan kalian : “ Seandainya …seandainya … dan seandainya saya mengikuti jalan mereka dahulu, niscaya saya tidak akan menjadi orang menyesal seperti ini ”. Oooo… malang sekali nasib kalian, kemalangan yang kalian pilih sendiri, kemalangan yang ingin  kalian menebus dengan sesulit apapun, tapi ketahuilah …sungguh itu tinggal angan-angan kalian, dan kalian tetap dalam kondisi menerima balasan atas kelalaian kalian.
Subhaanallaah !!!

Mereka peserta MABIT, terdiri dari beberapa orang siswa-siswi MAN Maninjau itu, sungguh indahnya gema lantunan tadarus mereka pada malam-malam terakhir menjelang shubuh. Sungguh dahsyatnya jiwa mereka yang rukuk dan sujud dalam tahajud yang mempesona. Duhai …lihatlah, inilah generasi Islam yang sesungguhnya, generasi yang tidak hanya lahir dari keturunan Muslim, tapi memang punya komitmen akan kemusliman mereka dan berupaya tetap istiqamah menjadi muslim. Bagi kalian yang mengaku muslim, mengaku sebagai umat Islam namun jika tidak mampu menunaikan ajaran kemusliman kalian, lantas apa makna kalian mengatakan kalian sebagai seorang muslim ? Apa alasan kalian mengaku sebagai muslim ? Mengapa kalian mengatakan kalian seorang muslim ? Tidakkah kalian tahu, jika hanya sekedar mengaku-ngaku semua orang juga bisa, tapi bermaknakah jika hanya sekedar pengakuan ? Apakah syarat seorang muslim cukup hanya dengan mengaku muslim ?
“ Ya Allah, sungguh Engkau berkuasa membolak-balikkan hati manusia, sungguh Engkau punya keputusan yang tidak akan mampu makhluk dipermukaan bumi ini untuk merubahnya, untuk itu ya Allah, berilah kekuatan Iman pada kami dan generasi kami, kekuatan  yang terhunjam dalam sebuah keyakinan yang kuat, bahwa hidup hanya untuk mengabdi pada-Mu. Amiin.”

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Rabu, 27 Maret 2013

Memmori Generasi Haraki : Hiking in Dama Gadang 1434 H


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah s.w.t, shalawat buat Rasullah s.a.w.

Ketahuilah … Islam agama yang membawa keselamatan dalam segala aspek kehidupan, dengan ber-Islam maka tertanam kewajiban untuk menunaikan segala kebajikan dalam bentuk apapun, jika ada yang mengatakan urusan Islam hanya urusan di Surau/Masjid, atau hanya untuk orang-orang tertentu, ooo… tidak. Ada tiga aspek yang harus dimiliki umat Islam, apabila ketiga aspek itu dapat dicover dengan cara yang bijak, maka nilai-nilai ke-Islaman seseorang akan nampak dalam kehidupannya, niscaya ia akan merasakan nikmatnya hidup dalam Islam, kala itu ia akan merasakan Islam benar-benar agama keselamatan.
Aspek tersebut berkolaborasi secara komprehensif dan tidak boleh mengambil satu aspek lalu mengabaikan aspek yang lain, dan semua itu akan diperoleh dengan upaya yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, yakni :


Pertama : Tarbiyah Fikriyah, bagaimana membentuk pola pikir yang matang dalam hidup, berfikir positif akan hal-hal kebajikan dan muatannya adalah ilmu. Maka umat Islam harus memiliki ilmu, baik ilmu yang berupa fardhu ‘ain maupun ilmu yang berupa fardhu kifayah. Ilmu yang tidak hanya bermanfaat untuk diri namun juga bermanfaat untuk orang lain. Selaku muslim, menuntut ilmu syari’at (agama) merupakan  fardhu ‘ain, berdosa jika ada yang mengabaikan, sementara untuk ilmu yang sifatnya fardhu kifayah juga jangan sampai diabaikan, agar mampu berinteraksi dengan segala kondisi dengan syarat nawaitu juga harus dikembalikan untuk membangun nilai-nilai ke-Islaman itu sendiri.

Kedua, Tarbiyah Ruhiyah, penanaman nilai-nilai kejiwaan mental spiritual yang matang, hati yang ikhlas, tawadhu’ dan tunduk serta patuh akan aturan syari’at hingga mampu merealisasikan dengan penuh kesungguhan. Ruh umat Islam haruslah selalu dibangun dengan selalu berupaya mensucikan diri, dengan mempelajari Islam dengan benar, mengamalkan sehingga nampak pengaruhnya dalam kehidupan, membentuk akhlakul karimah.

Ketiga, Tarbiyah Jasadiyah, yakni membina jasad yang kuat dan tangguh. Para ulama shalafusshaleh telah memberikan keteladanan dalam hal ini, pejuang-pejuang Islam yang telah menoreh catatan-catatan gemilang dalam berbagai penegakkan izzah Islam wal muslimin cukup menjadi contoh tak terbantahkan. Umat Islam harus kuat secara fisik, sehat dan tangguh dalam segala kondisi.

Dalam mewujudkan  upaya inilah, keluarga besar PK (Program Keagamaan) MAN Maninjau mencoba mewujudkannya. PK bagi kami merupakan ladang bagi segala kebajikan yang dituntut Islam, belajar Islam dengan benar (tarbiyah fikriyah),  hal tersebut telah kami coba mewujudkannya, dengan selalu berupaya mempelajari Islam : Tafsir, Hadits, Akhlak Tasawuf, Fiqh/Usuhul Fiqh, Ilmu Kalam, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab serta Tahfizh, tanpa mengabaikan kelimuan lainnya, seperti ilmu kebahasaan dan ilmu pasti, serta ilmu sosial.
Sedangkan tarbiyah ruhiyah, kami mencoba membina diri selain memahami ilmu-ilmu ke-Islaman, kami perkaya dengan kegiatan yang menurut kami dapat lebih menguatkan ruh ke-Islaman, seperti MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) dan Rohis.


Dan tepatnya 12 Jumadil Awwal 1434 H, Alhamdulillaah, kami telah menunaikan sebuah proses tarbiyah jasadiyah, menelusuri semak belukar, menaiki dan menuruni lembah hutan belantara, dalam sebuah kegiatan Hiking, berlokasi di seputaran Dama Gadang, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Banyak hikmah yang dapat dijadikan i’tibar, selain dapat membentuk fisik yang kuat, juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, memang demikianlah Islam mengajarkan kepada kami bahwa orang mukmin itu bersaudara (Lihat Q.s. Al0Hujurat : 10), kebersamaan yang membentuk persaudaraan dalam perjalanan Hiking yang cukup melelahkan telah mampu mengikat dan mengokohkan kami. Aduhai … sungguh ukhuwah yang lahir dari nuansa Aqidah yang kokoh, itulah kenikmatan yang sulit untuk menggoreskannya dengan tinta.


Semoga apa yang kami tanam, menjadi saksi kelak bahwa kami tidak salah memilih jalan, bahwa kami tidak salah dalam menentukan pilihan hidup, walau terkadang kami tahu, berjuang atas nama Islam, bukanlah perkara mudah dan  akan selalu menghadapi rintangan dan cobaan, apakah cemoohan, kedengkian para pendengki, namun semua itu semoga menjadi pernak pernik dan lebih menguatkan kami. Satu hal ada sebuah keyakinan yang terhunjam dalam jiwa kami, dan kami diajarkan untuk itu, selama sesuatu dibangun dengan kebersamaan, kokoh dalam satu jama’ah, saling menguatkan, terajut kuat dalam simpul Ukhuwah Islamiyah, takkan surut langkah ini, takkan tumbang dihantam badai, karena semua itu adalah sunnah dari perjuangan, jika memang berharap sebuah keberuntungan. Takbiir !!!
Gambar dibuat dengan : Micosoft Office Word 2007 © 2006 Microsoft Corporation. All rights reserved, Paint, Microsoft Windows Version 6.1 (Build 7600) Copyright © 2009 Microsoft Corporation. All rights reserved, JPEG picture

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh   

Kamis, 21 Maret 2013

Cinta di Atas Cinta ( Bagian 7 )


Ooooh … jiwa-jiwa yang masih saja dirundung keraguan … mengapa kau masih mencoba untuk tidak mengerti ... kala telah kuurai dengan cukup panjang lebar bahwa kau harus menggapai ilmu ma’rifat untuk meraih cinta hakiki dengan mengenali keadaan sekitarmu. Alasanmu malah :

“ Kalaku coba untuk memahami siapa yang mengatur segalanya, siapa yang pertama itu, yang membuat terpesona itu, yakni Allah s.w.t itu, tapi aku tidak bisa mengenalnya, tidak mampu memahami keberadaannya, sebab tidak kutemukan dimana keberadaannya, bagaimana aku bisa percaya dengan sesuatu yang tidak tampak ? ”

Ketahuilah … jiwamu dirundung keraguan, bukan keraguan sepantasnya, hanya saja kau mungkin belum terlalu memahaminya. Tapi biarlah, untuk tahap awal pencarianmu, jika terdapat keraguan ini pertanda kau mulai berupaya untuk menempuh jalan ini, walau jalanmu malah menimbulkan kegundahan.

Maka kan kuurai lebih lanjut perihal ini, agar kau setelah ini memiliki sebuah keyakinan yang kuat. Kukutipkan sebuah anekdot:

Di sebuah sekolah dasar, ada seorang guru mengajukan pertanyaan kepada anak murid-murid kelas enam sekolah dasar,
“Apakah kalian melihat saya ?”
Mereka menjawab, “Ya”
“ Kalau begitu, berarti saya ada.” Kata sang guru.
“Apakah kalian melihat papan tulis?”
Mereka menjawab,”Ya”
“Kalau begitu, berarti papan tulis itu ada. “ Kata sang guru.
“Apakah kalian melihat meja?”
Mereka menjawab,”Ya”
“Kalau begitu, berarti meja itu ada.” Kata sang guru.
Nah sekarang, ”Apakah kalian melihat Tuhan?”
Mereka menjawab, “Tidak”
“Jika demikian, berarti Tuhan itu tidak ada.”
Melihat kejadian seperti itu, salah seorang murid yang cerdas berdiri dan bertanya, “Apakah kalian melihat akal guru kita?”
Mereka menjawab, “Tidak”
“Kalau begitu, akal guru kita tidak ada!.” (*)

Duhai hati … apa yang terbersit dalam pikiranmu dari anekdot tersebut ? Ya, sesuatu yang tidak tampak bukan berarti tidak ada. Walaupun kau tidak melihat Allah s.w.t dengan mata kepalamu, bukan berarti keberadaan-Nya tidak ada. Tapi apakah kau tidak merasakan keberadaannya dari hasil pencarianmu ? Dengan meyaksikan keberadaan yang ada disekitarmu termasuk dalam dirimu bahwa segala yang ada ini pasti ada yang mengaturnya, tidak mungkin ada dengan sendiri, dan yang mengatur itu adalah yang pertama, Al-Awwal.

Biar kuurai lagi agar kau paham, kala hatimu gelisah, terasa perih rasanya, keperihan itu sampai-sampai membuat tubuhmu terasa tidak nyaman, fisikmu terasa lemah. Coba kau renungkan mengapa ada keperihan ? Tanya pada dokter, dimana keperihan yang ada pada tubuhmu itu ? Apakah dokter dengan alat-alat kedokterannya mampu mencari dalam tubuhmu keperihan akibat kegelisahan yang mendera ? Oooo …tidak duhai hati, jangankan para dokter itu mampu menemukannya, pahampun tidak. Hanya kau sendiri yang merasakannya, rasanya tak tertahankan, kalaupun ada perasaan kasihan dari seseorang karena telah kau ceritakan padanya, belum tentu ia akan merasakan seperti kau merasakannya. Lalu karena tidak ditemukan bentuk keperihan itu dalam dirimu, lantas kau menganggap keperihan itu tidak ada ? Sementara kau merasakannya.
Perhatikanlah perkataan Rumi dalam kitabnya Matsnawi-i-Manawi :

“ Orang yang menolak kebenaran tetap saja berpegang pada dalil ini: “Jika ‘alam’ yang lain itu benar-benar ada, aku pasti melihatnya.”
“Jika karena seorang anak kecil tidak mengetahui dimana akal, apakah orang akan membuangnya?”
“Mata Musa melihat kayu, namun mata Yang Tak Terlihat melihat ular dan tongkat …”
“ Meski orang tidak mengetahui dimana cinta bersemayam, namun ia tidak akan pernah berkurang.”(**)

Oooh …hati, untuk itu, ketahuilah … ini memang rumit dan berat, namun kau harus menempuhnya, jika tidak, kau tidak akan mencapai pencarianmu dalam menggapai cinta hakiki. Cinta hakiki yang diperoleh memang bukan perkara mudah, makanya telah panjang lebar kuulas bahwa jalan ini memang bukan jalan mudah. Tapi jangan pernah menyerah, jika cinta itu ada, maka kau harus yakin untuk mampu menggapainya, dan memang cinta itu ada.

---------------------------

Keterangan :
(*) Said Hawwa, Diterjemahkann dari judul asli Allah Jalla Jalaalahu oleh Tim Sholahuddin Press dengan judul terjemahan Allah Jalla Jalaalahu Telaah Ilmiah Tentang Eksistensi Allah, (Jakarta Timur: Sholahuddin Press, 2003), Cet.1, Halaman 8

(**) Iqbal M. Ambara, Jalaludin Rumi Sang Sufi Humanis, (Yogyakarta: Lukita, 2010), Cet. 1, halaman : 64

     

Cinta di Atas Cinta ( Bagian 6 )


Wahai jiwa yang terasa gersang dan penuh keraguan …duhai jiwa yang semakin dihimpit kerinduan akan cinta hakiki …kau mungkin sudah tak sabar lagi untuk mengetahui …apa langkah-langkah yang harus kau tempuh untuk menggapai cinta yang telah membuat kau tak mampu melelapkan mata, walau sekilas telah kusampaikan harus dengan ilmu, tapi ilmu yang bagaimana ? Walau sudah kukatakan ilmu ma’rifat ? Tapi ma’rifat dalam bentuk apa ? Bagaimana memulainya ? Itulah mungkin pertanyaan yang bergulat dalam rongga pikiranmu, sementara dadamu sesak dengan penasaran yang membuncah.

Ketahuilah … duhai hati …kuingatkan kepadamu … takkan dapat sesuatu yang diinginkan kecuali dengan modal yang sungguh-sungguh, pemahaman yang kuat. Apalagi jika kau ingin meggapainya dengan cara instan, takkan pernah kau menggapainya. Namun untuk melepaskan dahagamu, biar biar kurangkai jalan-jalan ini dengan hati-hati, perlahan dan tidak tergesa, resapi maknanya dengan hati-hati dan jangan lanjutkan jika kau tak mengerti. Langkah awal yang hendak kau gapai dalam ilmu ma’rifat mencari cinta hakiki adalah :

Cobalah kau kembali mematut-matut kembali, mengingat-ngingat kembali, kala kau melihat seseorang, lalu muncul desiran halus dalam jiwamu, betapa cantiknya orang itu, sehingga kau terpesona, terucapkan kata rasanya kelu lidah ini, matamu enggan untuk beralih dan desiran gelora jiwamu terasa berat, hatimu dirundung rasa lain yang bahkan mampu mempengaruhi suhu tubuhmu, sampai-sampai mengalir peluh walau dalam cuaca dingin. Itulah cinta, kata mereka yang berfikiran dangkal, cinta yang lahir dari pandangan mata. Apa yang terserap oleh matamu kau alirkan dalam pikiran jiwamu, hingga melahirkan gelora yang tak terungkap, tapi kau merasakannya sangat hebat.
Ketahuilah, itu sebenarnya bukan cinta hakiki, tapi itu tanda-tanda dari sebuah cinta, ya, itu hanyalah tanda-tanda cinta, bukan cinta hakiki, jika boleh dikatakan salah satu jalan menggapai cinta hakiki,  sebab tak semua orang akan  dapat menikmatinya, apakah orang buta dalam hal ini akan mendapatkan kenikmatan tersebut ? Tentu tidak, padahal cinta hakiki itu meilik semua.

Namun jika ia menjadi anganmu, menjadi tumpuan harapan hatimu, dan sulit bahkan tidak mampu lagi kau memalingkan pikiranmu, sungguh kau telah terpesona. “KETERPESONAANMU “ itulah cinta hakiki. Jika kau telah terpesona, maka jiwa dan ragamu kau serahkan pada keterpesonaan tersebut, alam kasarmu akan hancur dan akan larut pada keterpesonaan itu, yang nampak bagimu hanyalah yang membuat kau terpesona tersebut, perkataanmu tidak keluar dari keterpesonaan tersebut, langkah dan tindakanmu mengiringi keterpesonaan tersebut, yang lain tidak. Dalam hal ini siapapun akan dapat merasakannya walau orang itu buta sekalipun, tuli sekalipun, bahkan tidak bisa bergerak sekalipun, kecuali jika memang ruh tidak lagi berada pada jasad.
Maka yang harus kau cari dalam hal ini adalah menggapai “ KETERPESONAAN ”. Mulailah melihat sekitarmu, dengan mata kepala dan mata batinmu, niscaya kau akan menemukan keterpesonaan tersebut. Tak perlu jauh-jauh, lihat dirimu sendiri, mengacalah, mengapa dirimu begitu indah, menarik dan menawan, tersusun dengan organ-organ yang saling memiliki sinergi antara yang satu dengan lain. Mampu digerakkan dan diperintahkan, jika satu sakit yang lain merasakan penderitaannya, refleks saling menjaga dan bantu membantu, kala debu berupaya menusuk matamu, kelopaknya langsung menghadang, kala kakimu tersandung batu kala dalam perjalanan, tubuhmu langsung menahan laju kakimu yang lain untuk meneruskan perjalanan, tanganmu refleks mengelus kaki yang sakit, mencoba memberi bantuan, saat matamu menyaksikan kakimu itu bengkak, pikiranmu langsung mengusulkan agar dibawa pada tukang urut, ia memberi analisa jika tidak cepat diobati maka akan berakibat fatal, maka hatimu menyetujuinya, sehingga sepakatlah tubuhmu untuk menuju tukang urut agar kakimu segera diobati, dengan harapan pulihnya kakimu, memang kakimu yang pulih, tapi seluruh jasadmu akan merasakan imbas kepulihan itu. Demikianlah sebuah kerajaan dalam dirimu yang saling bersinergi dan saling membutuhkan, ia tidak berdiri sendiri, ibarat satu bangunan yang tersusun dari berbagai macam elemen sehingga berdiri kokoh. Jika ada satu saja yang tidak berfungsi maka kau akan merasakan kekurangan, orang menyebutnya cacat, kebahagiaan hidup terasa kurang.

Renungkanlah, mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Apakah terjadi secara kebetulan ? Apakah dirimu yang mengatur semua itu ? Jika memang dirimu yang mengatur mengapa harus ada gerakan ketidaksengajaan, refleks, namun bermanfaat untuk dirimu, apakah kau mampu mengatur secara sempurna segala perbuatan-perbuatan tubuhmu, Oooo… tidak wahai hati, ia telah dirancang oleh Sang Maha Agung, Sang Maha Agung tersebut dengan Kemaha Agungan dan Segala Kemaha Kuasaannya ia lakukan hanya dalam “kun fayakun “ , Jadilah, maka jadilah ia. Maka hadapkanlah hatimu  kepada yang mengagumkan itu, siapakah ia ?
Kau mungkin  memulai untuk memikirkan, bahwa engkau bisa lahir, berdiri tegak, karena ada yang melahirkanmu, lalu mungkin kau akan mengira, yang melahirkanmu itulah yang mengagumkan, karena tanpa ada yang melahirkanmu niscaya kau tidak akan lahir, namun apakah sampai disana ? Bukankah yang melahirkanmu juga terlahir, dan yang terlahir itu juga terlahir ? Lantas dimana ujungnya ? Ya pada perhentian dari siapa yang melahirkan pertama, dan Ia telah ada tanpa ada yang mengadakan-Nya. Ialah Yang Pertama, Al-Awwal, Ia lah yang telah membuat segalanya, dan Ialah yang menetapkan urusan segalanya.
Jika pertama tentu satu, tidak berbilang. Mungkin hatimu terusik, lalu yang pertama itu siapa yang membuatnya ? Oooh … duhai hati, tidakkah kau tahu tidak ada sebelum yang pertama. Kalaupun dalam kajian angka-angka, disebut nol, kosong, tidak bernilai. Lalu muncul lagi pertanyaanmu , apakah yang pertama itu dari kekosongan ? Dangkal sekali cara berfikirmu, apakah mungkin kosong itu lebih tinggi dari yang pertama ? Kosong itu sesuatu yang sangat rendah dan tidak bernilai, hampa. Maka yang tertinggi adalah yang pertama.

Siapa yang pertama itu ? Tentunya Yang Memiliki Segala Kekuasaan, Memiliki Segala Kemampuan, Memiliki Segala Yang Tidak Dimiliki Yang Lain. Jika masih ada yang lain menandinginya, itu bukan  pertama namanya. Jadi yang pertama itu adalah Yang Tidak bisa ditandingi. Dialah Allah s.w.t., yang disebut namanya dalam al-Qur’an, lancar dalam lisan utusan-Nya.

Jika kau sudah sampai pada pemahamanmu, kau sudah memahaminya, bahwa ada yang mengatur urusanmu, dan membuat dirimu sedahsyat itu, tidakkah kau “TERPESONA” dengan yang mengatur dirimu itu ?
Renungkan kembali, kala kau melihat seseorang, lalu muncul desiran halus dalam jiwamu, betapa cantiknya orang itu, sehingga kau terpesona, terucapkan kata rasanya kelu lidah ini, matamu enggan untuk beralih dan desiran gelora jiwamu terasa berat, hatimu dirundung rasa lain yang bahkan mampu mempengaruhi suhu tubuhmu, sampai-sampai mengalir peluh walau dalam cuaca dingin. Maka kau harus melanjutkan pencarianmu, siapa yang telah membuat semua itu ? Jika hasil buatannya saja sudah membuat kau terpesona namun belum hakiki, lantas apakah kau tidak akan mencapai pesona di atas pesona kala kau menyadari Sang Pembuat pesona itu, yakni pesona hakiki ?

Pada tahap ini, keterpesonaanmu meyaksikan seseorang tidak akan lagi membuat kau terikat dengannya, karena kau telah melambung jauh tinggi pada keterpesonaan yang membuatnya. Orang tersebut hanyalah alat dan media bagimu untuk mencapai keterpesonaanmu yang sesungguhnya. Mana yang hendak kau pilih alat atau media tersebut atau Sang Pemiliknya ? Jawablah dengan nurani yang jujur dan hati-hati, niscaya engkau akan merasakan kenikmatan tersendiri dengan jawabannya, tak dapat disangkal orang yang berpikiran jernih akan memilih Sang Pemiliknya, yang tentu memiliki Segala Kemaha Pesonaan.
Maka kesanalah hendaknya keterpesonaanmu berlabuh, kesanalah angan dan citamu, kesanalah tumpuan hidupmu, dan kesanalah tempatmu menghambakan diri, ya, disanalah cintamu kau labuhkan,  Dialah Allah s.w. yang mempesona, pesona di atas pesona.

Sungguh jika kau mampu menggapainya, kau telah meraih cinta hakiki. Kau takkan kecewa, sebab urusan ada pada-Nya, Ia Maha Gagah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Memiliki Asma’ul Husna, nama-nama yang hanya kebaikan yang ada pada-Nya. Segala apa yang Ia tetapkan adalah kebaikan, segala keputusan-Nya berlandaskan cinta. Jika kau menemukan dalam hidupmu suatu urusan yang membebanimu dan membuat kau kecewa yang didatangkan-Nya. Itu hanya menurutmu, tapi hakikatnya terbaik menurut Ia, memahami terbaik menurut Ia itulah yang perlu kau gali lebih lanjut. Tak masuk dalam logika apapun,jika  Sang Pemilik Urusan mencelakakan urusannya sendiri.

Untuk tahap ini, cukup kau memahami sampai disini dulu, sebelum lebih jauh kau melangkah, jangan tergesa-gesa, pahami dengan hati-hati dan mawas diri. Kukira kau cukup paham, bahwa agar kau memperoleh cinta hakiki, sering-seringlah menyaksikan sekitarmu dengan mata kepala dan mata hati, tentang keindahan-keindahan dan segala ciptaaan yang telah ada, lalu kau cari jalan untuk memahami mengapa semua itu ada dan terjadi, hingga kau sampai pada putusan, segalanya berawal dari pemilik utama, sungguh mempesona pemilik utama itu. Dialah Allah s.w.t.
Ilmu ma’rifat itu adalah kenali, pelajari, gali dan pahami ilmu tentang penciptaan, segala apa yang ada dengan segala keteraturannya, niscaya kau akan mencapai hakikat dari semua itu, yakni ada sesuatu yang mengaturnya, hingga membuat kau “ TERPESONA”, hingga kau mencintainya.

Sesungguhnya dalam setiap penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (T.Q.S. Ali Imran : 190)




Senin, 18 Maret 2013

Cinta di Atas Cinta ( Bagian 5 )


Duhai hati … kau mungkin dalam kebimbangan dengan yang kumaksud (lihat tulisan bagian 4), bukankah cinta yang tumbuh dalam jiwa langsung dapat dirasakan, mengapa harus menggalinya lagi kearah yang lebih dalam, mengapa harus mencarinya lagi dengan cara yang rumit, jika dengan cara yang mudah sudah dapat dipahami, mengapa harus memperumit diri ? Bukankah banyak tanya semakin menyulitkan jiwa untuk menunaikannya ? Seperti umat Musa yang selalu mempertanyakan tentang suatu perintah, yang akhirnya menyulitkan mereka ? Biar kujawab:  Ooo… jiwa-jiwa yang rindu akan hakikat cinta … kau benar adanya, tak ada yang salah dari alasanmu … hanya saja aku tak ingin kau tertipu, apakah kau langsung percaya saat menyaksikan genangan air ditengah teriknya mentari ? Jika memang kau percaya, sungguh dangkal sekali azzammu untuk menggapai hakikat, tak usahlah kau berbicara lagi tentang pencarian cinta, tak perlu kau merindui cinta hakiki, sebab kau sebenarnya tak lebih dari pada jiwa yang tak punya tempat bagi Pemilik cinta hakiki.

Mengapa ? Sebab saat meilhat genangan air tersebut kau sudah terpesona, padahal akal yang dangkal sekalipun tak bisa menerimanya, mana bisa air menggenang ditengah teriknya mentari ? Lantas engkau ? Malah percaya dengan sesuatu hingga terpesona tanpa punya keinginan untuk melihat dan meneliti lebih jauh apakah benar apa yang kau lihat. Seandainya kau coba untuk mendekat pada air yang mempesona itu, benarkah air yang engkau dapatkan ? Tidak, itulah fatamorgana, air itu sebenarnya tidak ada, tapi ia akan menipu orang-orang yang tidak pernah mencoba mengetahuinya lebih dekat. Inilah yang kumaksud dangkalnya azzammu untuk mengenal hakikat, kau hanya terpesona melihat yang sekilas tapi enggan memahami secara mendalam. Pada tahap ini apakah kau bisa menerima pernyataanku tadi, tak usahlah kau berbicara lagi tentang pencarian cinta, tak perlu kau merindui cinta hakiki, sebab kau sebenarnya tak lebih dari pada jiwa yang tak punya tempat bagi Pemilik cinta hakiki. Mengapa ? Karena kau tak punya azzam untuk mereguk cinta hakiki itu sendiri. Apakah mungkin cinta hakiki itu diberikan kepada jiwa-jiwa yang sama sekali sebenarnya tidak merindui cinta hakiki tersebut ?

Untuk itu, janganlah kau ragu dan bimbang akan pencarian cinta yang harus dikejar dengan kelelahan, ini bukanlah masalah memperumit diri, ini bukan masalah banyak tanya, tapi ini masalah pencarian hakikat dan mengeluarkan diri dari ketertipuan. Maka dalam hal ini ingin kuungkapkan padamu wahai jiwa … tentang pengajaran Jalaludin Rumi, simaklah, renungkan dan resapi maknanya dalam-dalam secara perlahan-lahan :

Rumi berkata : Siapapun yang dicintai adalah cantik, tetapi tidak semua yang cantik dicintai. “Ada gadis yang lebih cantik dari Laila,” mereka selalu berkata kepada Majnun “ Biarkan kami membawa beberapa kepadamu.”

Majnunpun menjawab “Aku tidak mencintai Laila karena bentuknya, ia seperti sebuah piala ditanganKu. Aku minum anggur dari piala itu. Aku jatuh cinta kepada anggur itu. Kalian hanya mengetahui piala itu, tetapi kalian tidak mengenal anggur itu. Sebuah piala emas bertaburan batu-batu mulia, tetapi hanya hanya mengandung cuaka, apa gunanya bagiku ? Sebuah labu pecah tua dengan anggur lebih baik dimataku ketimbang seratus piala emas.

Hal ini serupa dengan seseorang yang sedang lapar, yang belum makan selama sepuluh hari, dan seorang yang lainnya telah makan lima kali dalam sehari. Lalu keduanya melihat seiris roti. Orang yang kenyang hanya melihat semata-mata hanya seonggok makanan, sedangkan orang yang lapar tentu melihat seiris roti tersebut bagaikan melihat kehidupan itu sendiri.

Bagi orang lapar tersebut, roti ini adalah sebuah piala, dan kehidupan dibawanya tersebut adalah anggurnya. Anggur tersebut memang  tidak akan diketahui kecuali melalui rasa lapar dan kerinduan. Dapat selera makan ini …! Agar kamu tidak hanya melihat penampakan bentuk, melainkan menemukan Sang Kekasih dimana-mana.

Bentuk dunia ini adalah piala-piala. Ilmu pengetahuan, seni dan pengetahuan lainnnya merupakan tulisan-tulisan diatas tubuh piala. Tapi ketika piala itu pecah, maka tulisan tersebut pun pasti menghilang. Oleh karena itu, mereka yang minum anggur melihat “ realitas abadi, perbuatan-perbuatan kesucian.(1)

Ya, kejarlah anggur itu, jangan kau terpesona dengan pialanya, kejarlah ma’rifat itu jangan kau berhenti pada awal jalan, hati-hati dalam ketertipuan, waspadalah, dan lanjutkan pencarianmu. Kuingatkan kembali, sebagaimana telah kuingatkan sebelumnya (lihat bagian 4), harus dengan ilmu.
----------
Referensi :
(1) Dikutip dari karya Iqbal M. Ambara, Jalaludin Rumi Sang Sufi Humanis, (Yogyakarta: Lukita, 2010), Cet. 1, halaman : 50-51.   

Minggu, 17 Maret 2013

SMPN 1 Tanjung Raya gelar MABIT dalam Rangka Pembinaan Mental Spiritual


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Segala puji hanya milik Allah swt, shalawat buat Rasulullah saw.

Subhaanallaah ! Allah swt telah membuka hati manusia, memberi kekuatan menunaikan  sebuah nawaitu agung, dalam rangka pembinaan mental spiritual generasi penerus risalah Islam, yakni kegiatan keagamaan yang populer dengan istilah MABIT, Malam Bina Iman dan Taqwa. Dikala mungkin  ada diantara generasi-generasi di bumi ini terlelap dalam mimpi, terbuai angan-angan dunia, menghabiskan umur dalam urusan dunia yang tak kunjung memberi kepuasan, namun Alhamdulillaah, beberapa siswa laki-laki SMPN 1 Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat, Indonesia menyerahkan diri mereka untuk agamanya, berkorban dan menanam  tekad, mengejar asa yang terhunjam, menepis segala iming-iming dunia yang melenakan, mencoba menyibak dan merobek-robek gemerlapnya indah malam minggu. Mereka menundukkan diri, menyerahkan jiwa untuk urusan akhirat mereka, berupaya menggemarkan diri untuk beribadah, mendengar tausyiah, mencoba mengalirkan nasehat kedalam jiwa, menggali ilmu hikmah dan keutamaan, disebuah masjid yang berdiri kokoh menjulang membelah senyapnya malam, Masjid Ummil Qura Bancah,  mulai Sabtu Maghrib, 04  Jumadil Awwal 1434 H hingga ba’da Shubuh, Minggu 05 Jumadil Awwal 1434 H.

Dinginnya malam, sepertinya tak menjadi halangan mereka, beratnya mata yang dibuai rayuan syetan untuk lebih mencintai berlayar kepulau mimpi sama sekali tak membuat mereka terbuai. Dalam rentang waktu yang panjang, dengan berbagai materi ke-Islaman  yang disampaikan pemateri, tentang pentingnya berbuat kebaikan yang disampaikan oleh Aktivis Rohis MAN Maninjau yang sekarang duduk dibangku pendidikan kelas XII Program Keagamaan (PK), Abrar Kurniawan. Tentang akidah, kengerian neraka, yang disampaikan  Wendri Naldi Khatib Bandaro, S.Pd.I, guru Madrasah Diniyah Wustha (MDW) SMPN 1 Tanjung Raya, pembina Rohis SMPN 1 Tanjung Raya, MAN Maninjau dan MTsS Maninjau, dan Tentang akhlak yang disampaikan oleh Zulfiyandri, S.Pd, guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tanjung Raya dan sekaligus pembina Rohis SMPN 1 Tanjung Raya, guru Bahasa Indonesia MAN Maninjau dan MTsS Maninjau, mereka peserta MABIT , mampu bertahan walau dalam keadaan yang mungkin terasa sulit.

Duhai …jiwa-jiwa yang lemah
Perkuatlah ikatan jiwamu pada kebajikan
Apa yang kau harapkan dari harta yang melimpah …
Harta yang bisa jadi menjadi silang sengketa generasi sepeninggalmu
Harta yang malah sering membuatmu lalai dalam keta’atan
Harta yang membuatmu tak mampu lagi membedakan antara halal dan haram
Ooo… jiwa yang gersang,
Berbenahlah dari keterpurukanmu yang telah dalam …
Selagi kesempatan itu masih ada
Selagi harapan itu masih terbentang luas
Masihkah kau tak merasa takut
Kala nyawa telah berada dipengujungnya
Kala taubat tak lagi bermakna
Sementara kau masih menunggu-nunggu masa untuk memperbaiki diri
Sungguh … sungguh malang jiwamu
Namun apakah kemalangan ini akan menyelamatkanmu ???
Aduhai …takutlah … takutlah ….

Semoga hal ini menjadi suatu kenyataan sejarah dan tercatat sebagai amal kebajikan, bahwa yang dilakukan bukanlah suatu hal yang biasa, tapi luar biasa yang akan dapat dipetik hasilnya diakhirat. Bagi  jiwa yang tertaut hatinya pada kebajikan ada sebuah asa yang tertanam, dan sebuah keyakinan yang terhunjam dalam jiwa, serta keyakinan yang tak tergoyahkan, bahwa kala mencoba melakukan sesuatu kebaikan, Allah swt tidak akan menyia-nyiakan urusan tersebut. Hanya kepada Allahlah tempat menyerahkan segalanya.

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh


Cinta di Atas Cinta ( Bagian 4 )


Dengarlah …dengar …pasang telingamu … dengan hati, hati yang bersih, dengar kalimat berikut : “ Jika kau golongan Hawa, apa yang kau lihat dari sosok seorang laki-laki yang membuat kau terpesona, jika kau golongan Adam, apa pula yang menarik bagimu bagi kaum perempuan.” Jawablah dengan jujur, jangan dustai dirimu sendiri. Bukankah kau merasa perih kala kau mengetahui kau didustai orang lain, lalu bagaimana perihnya jika mendustai diri sendiri ? Maka jujurlah, jawab pertanyaan tersebut, agar kau mampu mengukur kekuatan hatimu yang sesungguhnya.

Jika sekilas kau menyaksikannya maka jawabanmu sudah dapat diterka, fisiknya. Namun jika kau lebih dituntut untuk menjawab lebih lanjut setelah mengenal orang tersebut, mungkin akan muncul jawaban barumu, sikapnya. Dan jika terus kau dituntut dengan lebih diberi kesempatan untuk lebih mengenalnya maka jawabanmu akan berbeda-beda, sejauhmana kau mengenalnya, sedalam itu pulalah perasaannmu kepadanya.

Ketahuilah …perasaan yang lahir itulah cinta,  cintamu akan tumbuh sebatas puncak pengenalanmu pada sesuatu. Maka berbedalah cinta seseorang yang mengenal suatu benda dengan cinta orang lain terhadap benda yang sama. Kala kau telah terlanjur melabuhkan cinta pada sesuatu ternyata tempat labuhan tersebut kau baru sedikit mengenalnya, maka kau akan kecewa, percayalah …! Mengapa ? Sebab kala kau sudah bertambah mengenalnya kau baru menyadari bahwa ternyata kau tidak mencintainya. Sederhana logikanya, jika kau kaum Hawa, kau terbuai oleh keindahan fisik seorang laki-laki, namun kau enggan mengenalnya lebih lanjut, tapi kau telah menghentikan pengenalanmu sampai disana, lalu kau labuhkan cinta padanya,  kala cinta kau telah berlabuh, ia sulit untuk ditarik (hati jika telah terikat dengan sesuatu maka sulit untuk mengurainya), namun ternyata secara tidak langsung dalam labuhan cintamu yang telah terhunjam, kau semakin mengenalnya, bukan lagi sebatas fisiknya, ternyata, ia memiliki suatu hal yang tidak membuat kau mencintainya, malah sesuatu yang kau benci, saat itulah duhai hati, betapa malangnya nasibmu, kau telah tertipu, kau telah terpedaya, apa muara dari semua itu kalau tidak kekecewaan, apa dampaknya kalau tidak penyesalan ? Kala hati telah kecewa, saat hati telah menyesal adakah keperihan yang melebihi hal ini ?

Untuk itu ketahuilah duhai hati … menapak jalan menuju cinta bukan semata soal suka dan kesenangan, bukan soal memuaskan keinginan, bukan semata menyenangkan hati. Tapi menapak jalan mencapai suatu puncak kebahagiaan. Dan ketahuilah tak ada puncak yang tinggi dapat didaki dengan cara yang mudah, bahayanya berat, rintangannya bukan main-main, selama perjalanan banyak keindahan yang menipu. Bukankah ketinggian itu kemuliaan ? Ketinggian itu derajat yang mengangkat keutamaan ? Apakah mungkin kemuliaan dan keutamaan dapat diperoleh dengan cara yang mudah ? Jika mungkin, tidak perlu ada janji-janji tentang keutamaan kemuliaan, toh semua orang  juga mampu melakukannya. Namun karena tidak semua yang mampu melakukannya, hanya jiwa-jiwa tangguh yang berupaya mengejarnya pantang menyerah, maka diberikan janji. Janji itu harapan, harapan itulah yang membakar semangat, dan harapan itulah yang akan menyampaikan pada keutamaan.

Maka pengenalanmu pada sesuatu hendaklah jangan hanya sebatas tahu, jangan hanya sebatas pernah melihat, jangan hanya sebatas kau terbuai, tapi telitilah, pelajarilah, dalamilah. Demikianlah hakikat cinta yang harus kau pahami, saat kau merasakan desiran lembut cinta yang membakar jiwamu, jangan terlalu cepat kau labuhkan, pelajarilah makna cinta itu, mengapa cinta itu tumbuh, apa itu cinta yang telah tumbuh, mengapa ia harus hadir dalam kondisi demikian ? Banyak yang harus kau pahami, banyak yang harus kau telusuri. Siapa pemilik cinta itu ? Siapa yang telah menghembuskannya dalam jiwamu ? Jika kau bersedia menelusuri hal ini, maka kau telah mulai mencoba menelusuri tangga-tangga awal dalam menggapai cinta, yakni jalan untuk sampai pada hakikat cinta hakiki yang akan membawa kedamaian dalam hidup dan kau takkan mencari lagi cinta-cinta yang lain. Inilah bagian yang harus kau tancapkan dalam ilmu mengenal dan mengejar hakikat cinta.


Sabtu, 16 Maret 2013

Cinta di Atas Cinta ( Bagian 3 )


Ooo… jiwa yang rindu akan cinta hakiki,  rindu akan cinta yang takkan pernah berujung pada kemeranaan … rindu  akan cinta yang dapat melabuhkan kehausan  jiwa yang terasa semakin kering kerontang, jiwa yang berharap percikan-percikan kasih yang mempesona.

Ketahuilah … cinta itu memang ada, dan ketahuilah, ia berada dekat  dalam dirimu, dalam jiwamu, yang kau bawa dalam naluri kehidupanmu, hanya saja kau belum mampu menggalinya. Engkau mungkin sudah tak sabar menggapainya. Mungkin sudah kau tempuh jalan yang panjang, berliku dan melelahkan, namun kau mungkin merasa semakin gersang.

Aduhai … ketahuilah tangga-tangga untuk menggapai cinta sedahsyat  itu tak mudah wahai hati. Jurangnya dalam, ranjaunya tak terduga, godaannya tak biasa. Hanya nawaitu, pemahaman, mujahadah (kesungguhan) dan riyadhah (latihan) yang akan dapat mengantarkannya, dan semua itu bermuara pada tawakkal. Pancangkanlah dalam jiwamu bahwa engkau siap untuk menyerahkan jiwamu untuk memperoleh cinta itu, jika memang engkau mendambakannya. Siap bukan hanya dengan semangat, tapi diiringi dengan azzam (tekad), maka bersiaplah, rintangan yang akan kau lalui beribu-ribu, jalan yang akan kau tempuh tak cukup ukuran mil, disana kau akan dihadang, dicerca, dimaki, dirayu, dijatuhkan, tersungkur bahkan hingga terkubur, jika kau sanggup untuk berupaya bangkit, bangkit, dan bangkit, maka kau mungkin akan jatuh lagi.

Apa yang hendak kau persiapkan ? Ilmu, Ilmu,dan  Ilmu. Bukankah kau mengetahui bahwa ayat yang pertama dihamparkan kepermukaan bumi adalah perintah menuntut ilmu, Iqra’, bacalah, bismirrabbikalladziikhalaq, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Berangkatlah dari tempat asalmu, arungi samudra luas yang entah dimana tepinya, dakilah gunung berbatu, bertanjak dan licin, carilah kesudut-sudut dan hamparan yang luas, walau hanya sebesar zarrah keutamaan ilmu tersebut, namun ingat, semua itu haruslah dalam rangka bismirabbikalladziikhalaq, ilmu yang kau cari, haruslah ilmu yang mengantarkanmu pada pemahahaman akan tujuan kau diciptakan, “ dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdi padaku (T.Q.S. Adz-Dzariyat:56). Ya ilmu untuk pengabdian itulah yang harus kau jajaki, kau gali, kau analisa, kau tanya pada ahlinya, hingga kau sampai pada penghujung.

Duhai hati, perdalamlah pemahahamanmu tentang sumber cinta itu, Dialah sang pemilik cinta sejati. Cinta yang takkan usang dimakan zaman, cinta yang takkan pernah kecewa, cinta yang takkan kenal perselingkuhan, cinta yang membawa kenikmatan di atas kenikmatan, Allah Sang Pemilik Cinta. Dengan cinta engkau diciptakan, dengan cinta kau diberi kekuatan untuk hidup, dengan cinta dilimpahkan rezki padamu, dengan cinta mulia kehidupanmu. Dengan cinta pula kau mendambakan cinta yang hakiki.

Jika memang kau mencari-cari cinta hakiki itu, jika kau tak rela kecewa pada cinta yang kau dambakan, jika kau ingin mereguk manisnya cinta, nawaitu kesungguhanmu yang dipertanyakan, nawaitu untuk mengenal cinta itu dan memahaminya, benarkah kau rindu dengan cinta hakiki tersebut, dan semuanya kembali pada konsep kau harus berilmu tentang itu, kau harus mengerti seluk beluknya, kau harus paham hakikatnya. Maka carilah ilmu itu, perdalamlah, resapilah, dan amalkanlah, niscaya kau akan menggapai jalan permulaan untuk menggapai kerinduanmu akan memperoleh hakikat cinta yang takkan pernah mengecewakanmu. Itulah ilmu ma’rifatullah, ilmu mengenal siapa sesungguhnya Allah Sang Pemilik Cinta. Ilmu yang akan mengantarkan kau pada kemuliaan cinta yang sesungguhnya.