WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Rabu, 30 April 2014

Catatan Kenangan Study Tour Ke Tanah Siak Jilid II, PK MAN Maninjau - Generasi Ash-Haby

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt. Shalawat buat Rasulullah saw.


Sabtu, 26 Jumadil Akhir 1435 H, hingga senin, 28 Jumadil Akhir 1435 H merupakan hari bersejarah bagi kami, keluarga besar PK MAN Maninjau – Generasi Ash-Haby (T.P. 2013-1014). Hari yang menjadi momentum bukan hanya sebatas menunaikan tugas pembelajaran, tapi mengembang dan mekar menjadi hari untuk merekat kekuatan ukhuwah, merajut simpulan kebersamaan dalam bingkai kecintaan keluarga besar Program Keagamaan (PK) MAN Maninjau.
Itulah masa-masa yang insya Allah menjadi kenangan yang begitu indah, sebuah catatan prasasti sejarah dalam memori yang mungkin kelak akan menjadi oase dalam menemori perjalanan hidup yang panjang dan terkadang melelahkan dengan tuntutan beban hidup yang berat. Itulah torehan kenangan yang semoga menjadi pemicu semangat bagi generasi kami selanjutnya bahwa berjuang dalam sebuah barisan panjang kafilah penempuh ilmu agama Islam bukanlah sepi dari keindahan, tapi mengandung pernah pernik yang mengharu biru, dahsyat luar biasa.
Hari bersejarah itu, hakikatnya adalah mata rantai dari apa yang telah ditempuh para pendahulu kami, hanya tempat dan atau waktu saja yang berbeda. Yakni Study Tour untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Memang materi inti Study Tour mata pelajaran SKI, namun dalam perjalanannya penuh dengan nuansa ukhuwah, kebersamaan dan kecintaan yang kami bangun dalam sebuah keluarga besar PK MAN Maninjau.
Tahun ini, Study Tour ke Kesultanan Siak Sri Indrapura Riau, merupakan Study Tour yang kedua dari beberapa generasi sebelumnya untuk lokasi yang sama. Hingga bolehlah kami sebut Study Tour tahun ini Study Tour Ke Tanah Siak Jilid II, Generasi Ash-Haby. Sedangkan yang pertama ditunaikan generasi kami sebelumnya, Generasi Haraki (PK T.P. 2012-2013) atau kalau boleh disebut dengan istilah Study Tour Ke Tanah Siak Jilid I.
Pagi itu, Sabtu, 26 Jumadil Akhir 1435 H, perjalananpun dimulai, ba’da dilepas kepala sekolah dilapangan MAN Maninjau, cuaca menunjukkan jiwa bershahabat, semburat cahaya pagi terasa menyegarkan tubuh seakan mengiringi keberangkatan kami dengan suhunya yang menyejukkan, sesejuk jiwa kami yang diluapi nuansa kebahagiaan. Lajunya kendaraan yang kami tumpangi kala menaiki kelok 44 membawa kami pada suasana yang kelak mengantarkan pada suatu kenyataan bahwa, kami dalam PK MAN Maninjau adalah keluarga besar yang penuh dengan ukhuwah, dilimpahi nikmatnya kebersamaan.
Perjalanan yang membutuhkan waktu cukup panjang itu, menyuguhkan pemandangan lukisan alam memukau, jalan berkelok dan bergelombang, suasana tata cara hidup masyarakat yang beragam, harmonisasi hutan dengan segala asesorisnya membuat kami ta’jub dan mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa alam dengan seisinya berada dalam pengaturan yang tidak serampangan.

Siapa yang tidak mengenal kelok 9? Kelok berliku pendek, mengancam dengan marabahaya itu? Namun dibalik itu terpampang keindahan pemandangan alam memukau. Itulah suguhan diantara jalan-jalan panjang yang kami nikmati. Apalagi kala kami berada di atas ketinggian, jalan bak jembatan panjang berliku disekitar kelok 9 itu menjadi pemandangan penuh sensasi.
Menjelang sore, kami sampai di sebuah prasasti sejarah, Candi Muara Takus. Candi yang masih tampak jauh dari campur tangan orang-orang belakangan itu berdiri kokoh meninggalkan kesan tentang kelihaian orang-orang dahulu dalam membangun peradaban. Karena layaknya candi bukanlah simbol dari Islam yang kami kenal, maka candi hakikatnya bukanlah tujuan utama kami, tapi hanyalah bagian dari perjalanan Study Tour yang tentunya hanya dapat dijadikan pelajaran berharga sebagai pengetahuan belaka. Setidaknya kami mendapat nilai pembelajaran dari hidup orang-orang terdahulu tentang corak mereka.

Perjalanan panjang menuju Siak memang menggiurkan, pada salah satu lintasan jembatan yang cukup panjang, kami mencoba menikmati suasana alam yang begitu indah, kala itu sore, sudah mendekati maghrib. Di atas jembatan panjang itu, kami saksikan semacam danau yang begitu luas, nun jauh di ujung danau, pandangan dibenturkan dengan perbukitan hijau yang tidak begitu tinggi, indah menakjubkan.
Luapan kegembiraan memancar dari wajah-wajah kami yang sudah kelelahan, rasa kebersamaan terasa semakin kuat dan indahnya persaudaraan semakin mempertajam keyakinan kami akan makna pentingnya sebuah ukhuwah dalam sebuah komunitas besar PK MAN Maninjau. Harus dikaui, terkadang kita butuh momen-momen tertentu yang dapat dijadikan sebagai batu loncatan untuk menumbuhkan kebersamaan dan rasa saling mencintai.

Beginilah cara kami membangun mozaik-mozaik kehidupan kami, garis-garis hidup yang harus kami lalui, jalan-jalan panjang yang harus kami semai dengan kekuatan rasa saling menghargai dan saling memahami. Disanalah keegoan akan luntur, disanalah jiwa individualisme terkikis, pupus dan bahkan akan terbang menjadi serbuk, dihembus angin kebajikan yang memancar dari jiwa-jiwa kami.

Tak terasa, perjalanan satu hari itu telah mengantarkan kami pada kesan hidup yang berharga. Malampun menjelang, mentari telah enggan beraktifitas disekitar kami, kembali keperaduannya. Malam bangkit dari tidur, melaksanakan tugas agung, menyelimuti bumi dengan cahaya gemerlap bintang dari langit. Cuacapun beralih, suhu berubah peran. Dan kami menikmati malam dengan segala keindahannya, menunggu esok, melanjutkan perjalanan menuntaskan nawaitu yang telah tertanam, menuju Siak.

Minggu, 27 Jumadil Akhir 1435, dengan kesegaran baru, perjalananpun dilanjutkan, memasuki Siak membawa kami pada suasana lain dari apa yang sering kami temukan, jalan panjang luas sesekali bergelombang seakan tak berujung itu, serta hamparan perkebunan sawit yang menghijau, luasnya bukan main, plus lepasnya jarak pandang kami hingga seakan melihat kaki langit, sekonyong-konyong mengantarkan kami pada suasana alam lain yang begitu menggemparkan. Ya, seakan kami dibawa pada alam padang mashsyar yang luas tak berujung. Tempat dikumpulkannya manusia menunggu pengadilan yang Maha Adil dari pemilik segala apa yang ada dilangit dan di bumi. Jika di dunia saja kita mampu menyaksikan kondisi alam yang luas dan lapang seakan tak berujung itu, lalu apakah yang membuat kita ragu atas keberadaan padang mashyar yang dijanjikan? Sungguh Allah SWT. Maha Bijaksana dalam mengenalkan ajaran-Nya pada umat manusia. Lantas siapa lagi yang masih enggan untuk mengambil pelajaran? Hanya orang-orang bodoh dan tertutup mata hatinya saja yang masih saja engkar kepada Allah swt.

Siak, Masya Allah, begitu indahnya, sunga-sungai yang panjang dan luas, tatanan bangunan yang begitu mempesona dengan segala kekayaannya yang melimpah, merupakan suasana yang bagi siapapun memiliki keinginan untuk menyaksikan akan sebuah tanah yang kaya dan mempesona layak untuk datang ke sana. Lebih dari itu ada hal menarik yang tak terbantahkan, nuansa Islami sangat kental dari peradaban yang dibangun. Goresan-goresan tulisan Arab Melayu menghiasi jalan-jalan yang tertata rapi. Lantunan zikir ba’da shalat berkumandang. Corak bangunan masjid dibangun dengan ukiran tangan-tangan seni tingkat luar biasa. Aduhai…, sungguh sebuah tanah yang syi’ar Islamnya terasa kental dalam sebuah wilayah yang dulunya berada dalam pengaruh kekuasaan Islam Kesultanan Siak Sri Indrapura, RIAU.

Akhirnya, kami sampai pada tujuan yang dijanjikan, Lokasi istana Kesultanan Siak Sri Indrapura, Riau. Sesampainya di sana, kami disuguhi taman-taman indah semerbak, tertata rapi dihiasi jalan-jalan yang terjaga kebersihannnya. Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura berdiri kokoh, tidak jauh dari sana, terdapat kumpulan makam-makam yang dulunya memilki pengaruh besar pada Kesultanan Siak Sri Indrapura, dan sebuah masjid megah dengan sarana yang aduhai.

Kondisi ini mengingatkan akan masa-masa`kejayaan Islam periode klasik, terutama dalam bidang arsitektur dan taman-tamannya. Baik dari corak istana, masjid, taman-taman dan pengairan, seakan membawa kami pada sejarah silam kegemilangan Islam masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan kegemilangan Islam Andalusia. Ternyata dinegri kami, tak kalah dahsyatnya kemegahan arsitektur tersebut.
Kemegahan Istana Siak Sri Indrapura tersebut diselingi dengan pesona hamparan sungai yang begitu luas dan panjang, di sana melintas kapal-kapal. Sungguh kami sangat menikmati keadaan alam diseputaran Istana.


Dalam pelaksanaan Study Tour, Generasi Ash-Haby, mencoba untuk menggali informasi hal-hal yang berkaitan dengan Kesultanan Siak Sri Indrapura, baik melalui wawancara dengan nara sumber, maupun melalui prasasti-prasasti yang terdapat dalam istana ataupun pada makam yang mana di sana terdapat keterangan-keterangan tentang keberadaan prasasti masing-masing. Antusiasme  dalam melaksanakan kegiatan ini sangat tinggi, apalagi nara sumber yang memberi keterangan bersikap ramah dan kooperatif terhadap Generasi Ash-Haby. Mereka, para nara sumber, tampaknya sangat bersemangat sekali memberikan informasi-informasi berharga bagi Generasi Ash-Haby, sehingga proses pelaksanaan Study Tour dalam menggali hal-hal yang berkaitan dengan Kesultanan Siak Sri Indrapura berjalan dengan lancar, tentunya menyenangkan.







Sulit, rasanya untuk menggambarkan keindahan-keindahan yang kami dapatkan dalam kegiatan berkaitan erat dengan Study Tour ini, keindahan sepanjang jalan, kenikmatan melaksanakan shalat dari masjid ke masjid sepanjang perjalanan, keramahan nara sumber di Kesultanan Siak Sri Indrapura, Riau, serta kondisi alam yang mempesona, dan kondisi masyarakat yang bershahabat menjadi suatu hal yang harus kami akui, bahwa perjalanan dan kegiatan Study Tour Ke Siak, MENYENANGKAN, INDAH DAN BERKESAN. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.



Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

(Ash-Haby Generation - PK MAN Maninjau - Dalam memori terindah penuh kenangan ukhuwah - Study Tour Ke Tanah Siak - 1435 H )

Jumat, 25 April 2014

Mozaik Generasi Haraki PK MAN Maninjau

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt., shalawat buat Rasulullah saw.



Seiring perputaran waktu, harus diakui bagaimanapun  kita dalam jejak-jejak hidup selalu mencoba untuk bersatu, suatu saat perpisahan akan menyambangi, namun ini bukan berarti putusnya mata rantai ukhuwah Islamiyah, sebab dalam Ukhuwah Islamiyah yang menyatukan kita adalah hati. Memang terasa berat kala kita harus dicerai beraikan oleh jarak yang tak penting untuk diukur. Kita dibatasi tembok yang tak perlu dibayangkan bentuknya. Sekali lagi itu hanyalah kondisi yang sama sekali tidak merusak tatanan Ukhuwah Islamiyah, karena lagi-lagi hati tak bisa dipisahkan.



Bermula dari suatu harapan besar, agar menjadi generasi penggerak dan  terlibat dalam gerakan Islam, sehingga dalam rentang waktu yang relatif singkat masa-masa pendidikan di MAN Maninjau, tahun pejaran 2012-2013 disemai sebuah harapan dahsyat, hebat dan menggetarkan, yakni menjadi  Generasi Haraki. Berbagai kenangan indah tertanam bak mutiara indah yang memancarkan cahaya berpendar dalam etelase agung kebajikan jiwa. Dan semoga kelak ….apa yang dirasakan dalam jiwa selama dalam kebersamaan ukhuwah akan menjadi prasasti keluhuran budi, membawa kebaikan dan menebar semerbak keseantero jagad raya dalam bingkai peradaban yang menjulang tinggi.

Jika selama ini baru menanam dan menempuh jalan cita-cita, sekarang… adalah langkah untuk berkarya dalam menorehkan pesan-pesan dan peta kosnsep mengikuti mozaik-mozaik takdir kehidupan masing-masing. Tapi …ada satu hal yang harus dipancangkan, dan ini suatu pemahaman yang hendaknya menjadi pemahaman bersama, bahwa segala karya yang dicoba untuk melukiskan dalam mengambil andil membangun kegemilangan peradaban Islam, berupayalah untuk saling menguatkan dan saling berbagi hingga kelak dipertemukan lagi dalam suatu muara cita-cita besar seluruh keluarga besar PK MAN Maninjau.

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh