Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur kepada Allah swt. Shalawat buat Rasulullah saw.
Sabtu,
26 Jumadil Akhir 1435 H, hingga senin, 28 Jumadil Akhir 1435 H merupakan hari
bersejarah bagi kami, keluarga besar PK MAN Maninjau – Generasi Ash-Haby (T.P.
2013-1014). Hari yang menjadi momentum bukan hanya sebatas menunaikan tugas
pembelajaran, tapi mengembang dan mekar menjadi hari untuk merekat kekuatan
ukhuwah, merajut simpulan kebersamaan dalam bingkai kecintaan keluarga besar
Program Keagamaan (PK) MAN Maninjau.
Itulah
masa-masa yang insya Allah menjadi kenangan yang begitu indah, sebuah catatan
prasasti sejarah dalam memori yang mungkin kelak akan menjadi oase dalam
menemori perjalanan hidup yang panjang dan terkadang melelahkan dengan tuntutan
beban hidup yang berat. Itulah torehan kenangan yang semoga menjadi pemicu
semangat bagi generasi kami selanjutnya bahwa berjuang dalam sebuah barisan
panjang kafilah penempuh ilmu agama Islam bukanlah sepi dari keindahan, tapi
mengandung pernah pernik yang mengharu biru, dahsyat luar biasa.
Hari
bersejarah itu, hakikatnya adalah mata rantai dari apa yang telah ditempuh para
pendahulu kami, hanya tempat dan atau waktu saja yang berbeda. Yakni Study Tour
untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Memang materi inti Study
Tour mata pelajaran SKI, namun dalam perjalanannya penuh dengan nuansa ukhuwah,
kebersamaan dan kecintaan yang kami bangun dalam sebuah keluarga besar PK MAN
Maninjau.
Tahun
ini, Study Tour ke Kesultanan Siak Sri Indrapura Riau, merupakan Study Tour
yang kedua dari beberapa generasi sebelumnya untuk lokasi yang sama. Hingga
bolehlah kami sebut Study Tour tahun ini Study Tour Ke Tanah Siak Jilid II,
Generasi Ash-Haby. Sedangkan yang pertama ditunaikan generasi kami sebelumnya,
Generasi Haraki (PK T.P. 2012-2013) atau kalau boleh disebut dengan istilah
Study Tour Ke Tanah Siak Jilid I.
Pagi
itu, Sabtu, 26 Jumadil Akhir 1435 H, perjalananpun dimulai, ba’da dilepas
kepala sekolah dilapangan MAN Maninjau, cuaca menunjukkan jiwa bershahabat,
semburat cahaya pagi terasa menyegarkan tubuh seakan mengiringi keberangkatan kami
dengan suhunya yang menyejukkan, sesejuk jiwa kami yang diluapi nuansa
kebahagiaan. Lajunya kendaraan yang kami tumpangi kala menaiki kelok 44 membawa
kami pada suasana yang kelak mengantarkan pada suatu kenyataan bahwa, kami
dalam PK MAN Maninjau adalah keluarga besar yang penuh dengan ukhuwah, dilimpahi
nikmatnya kebersamaan.
Perjalanan
yang membutuhkan waktu cukup panjang itu, menyuguhkan pemandangan lukisan alam
memukau, jalan berkelok dan bergelombang, suasana tata cara hidup masyarakat
yang beragam, harmonisasi hutan dengan segala asesorisnya membuat kami ta’jub
dan mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa alam dengan seisinya berada dalam
pengaturan yang tidak serampangan.
Siapa
yang tidak mengenal kelok 9? Kelok berliku pendek, mengancam dengan marabahaya
itu? Namun dibalik itu terpampang keindahan pemandangan alam memukau. Itulah
suguhan diantara jalan-jalan panjang yang kami nikmati. Apalagi kala kami
berada di atas ketinggian, jalan bak jembatan panjang berliku disekitar kelok 9
itu menjadi pemandangan penuh sensasi.
Menjelang
sore, kami sampai di sebuah prasasti sejarah, Candi Muara Takus. Candi yang
masih tampak jauh dari campur tangan orang-orang belakangan itu berdiri kokoh
meninggalkan kesan tentang kelihaian orang-orang dahulu dalam membangun
peradaban. Karena layaknya candi bukanlah simbol dari Islam yang kami kenal,
maka candi hakikatnya bukanlah tujuan utama kami, tapi hanyalah bagian dari
perjalanan Study Tour yang tentunya hanya dapat dijadikan pelajaran berharga
sebagai pengetahuan belaka. Setidaknya kami mendapat nilai pembelajaran dari
hidup orang-orang terdahulu tentang corak mereka.
Perjalanan
panjang menuju Siak memang menggiurkan, pada salah satu lintasan jembatan yang
cukup panjang, kami mencoba menikmati suasana alam yang begitu indah, kala itu
sore, sudah mendekati maghrib. Di atas jembatan panjang itu, kami saksikan
semacam danau yang begitu luas, nun jauh di ujung danau, pandangan dibenturkan dengan
perbukitan hijau yang tidak begitu tinggi, indah menakjubkan.
Luapan
kegembiraan memancar dari wajah-wajah kami yang sudah kelelahan, rasa
kebersamaan terasa semakin kuat dan indahnya persaudaraan semakin mempertajam
keyakinan kami akan makna pentingnya sebuah ukhuwah dalam sebuah komunitas
besar PK MAN Maninjau. Harus dikaui, terkadang kita butuh momen-momen tertentu
yang dapat dijadikan sebagai batu loncatan untuk menumbuhkan kebersamaan dan
rasa saling mencintai.
Beginilah
cara kami membangun mozaik-mozaik kehidupan kami, garis-garis hidup yang harus
kami lalui, jalan-jalan panjang yang harus kami semai dengan kekuatan rasa
saling menghargai dan saling memahami. Disanalah keegoan akan luntur, disanalah
jiwa individualisme terkikis, pupus dan bahkan akan terbang menjadi serbuk,
dihembus angin kebajikan yang memancar dari jiwa-jiwa kami.
Tak
terasa, perjalanan satu hari itu telah mengantarkan kami pada kesan hidup yang
berharga. Malampun menjelang, mentari telah enggan beraktifitas disekitar kami,
kembali keperaduannya. Malam bangkit dari tidur, melaksanakan tugas agung,
menyelimuti bumi dengan cahaya gemerlap bintang dari langit. Cuacapun beralih, suhu
berubah peran. Dan kami menikmati malam dengan segala keindahannya, menunggu
esok, melanjutkan perjalanan menuntaskan nawaitu yang telah tertanam, menuju
Siak.
Minggu,
27 Jumadil Akhir 1435, dengan kesegaran baru, perjalananpun dilanjutkan,
memasuki Siak membawa kami pada suasana lain dari apa yang sering kami temukan,
jalan panjang luas sesekali bergelombang seakan tak berujung itu, serta
hamparan perkebunan sawit yang menghijau, luasnya bukan main, plus lepasnya
jarak pandang kami hingga seakan melihat kaki langit, sekonyong-konyong
mengantarkan kami pada suasana alam lain yang begitu menggemparkan. Ya, seakan
kami dibawa pada alam padang mashsyar yang luas tak berujung. Tempat
dikumpulkannya manusia menunggu pengadilan yang Maha Adil dari pemilik segala
apa yang ada dilangit dan di bumi. Jika di dunia saja kita mampu menyaksikan
kondisi alam yang luas dan lapang seakan tak berujung itu, lalu apakah yang
membuat kita ragu atas keberadaan padang mashyar yang dijanjikan? Sungguh Allah
SWT. Maha Bijaksana dalam mengenalkan ajaran-Nya pada umat manusia. Lantas
siapa lagi yang masih enggan untuk mengambil pelajaran? Hanya orang-orang bodoh
dan tertutup mata hatinya saja yang masih saja engkar kepada Allah swt.
Siak,
Masya Allah, begitu indahnya, sunga-sungai yang panjang dan luas, tatanan
bangunan yang begitu mempesona dengan segala kekayaannya yang melimpah,
merupakan suasana yang bagi siapapun memiliki keinginan untuk menyaksikan akan
sebuah tanah yang kaya dan mempesona layak untuk datang ke sana. Lebih dari itu
ada hal menarik yang tak terbantahkan, nuansa Islami sangat kental dari
peradaban yang dibangun. Goresan-goresan tulisan Arab Melayu menghiasi
jalan-jalan yang tertata rapi. Lantunan zikir ba’da shalat berkumandang. Corak
bangunan masjid dibangun dengan ukiran tangan-tangan seni tingkat luar biasa.
Aduhai…, sungguh sebuah tanah yang syi’ar Islamnya terasa kental dalam sebuah
wilayah yang dulunya berada dalam pengaruh kekuasaan Islam Kesultanan Siak Sri
Indrapura, RIAU.
Akhirnya,
kami sampai pada tujuan yang dijanjikan, Lokasi istana Kesultanan Siak Sri
Indrapura, Riau. Sesampainya di sana, kami disuguhi taman-taman indah semerbak,
tertata rapi dihiasi jalan-jalan yang terjaga kebersihannnya. Istana Kesultanan
Siak Sri Indrapura berdiri kokoh, tidak jauh dari sana, terdapat kumpulan
makam-makam yang dulunya memilki pengaruh besar pada Kesultanan Siak Sri
Indrapura, dan sebuah masjid megah dengan sarana yang aduhai.
Kondisi
ini mengingatkan akan masa-masa`kejayaan Islam periode klasik, terutama dalam
bidang arsitektur dan taman-tamannya. Baik dari corak istana, masjid,
taman-taman dan pengairan, seakan membawa kami pada sejarah silam kegemilangan
Islam masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan kegemilangan Islam Andalusia.
Ternyata dinegri kami, tak kalah dahsyatnya kemegahan arsitektur tersebut.
Kemegahan
Istana Siak Sri Indrapura tersebut diselingi dengan pesona hamparan sungai yang
begitu luas dan panjang, di sana melintas kapal-kapal. Sungguh kami
sangat menikmati keadaan alam diseputaran Istana.
Dalam
pelaksanaan Study Tour, Generasi Ash-Haby, mencoba untuk menggali informasi
hal-hal yang berkaitan dengan Kesultanan Siak Sri Indrapura, baik melalui
wawancara dengan nara sumber, maupun melalui prasasti-prasasti yang terdapat
dalam istana ataupun pada makam yang mana di sana terdapat
keterangan-keterangan tentang keberadaan prasasti masing-masing.
Antusiasme dalam melaksanakan kegiatan
ini sangat tinggi, apalagi nara sumber yang memberi keterangan bersikap ramah
dan kooperatif terhadap Generasi Ash-Haby. Mereka, para nara sumber, tampaknya
sangat bersemangat sekali memberikan informasi-informasi berharga bagi Generasi
Ash-Haby, sehingga proses pelaksanaan Study Tour dalam menggali hal-hal yang berkaitan
dengan Kesultanan Siak Sri Indrapura berjalan dengan lancar, tentunya
menyenangkan.
Sulit,
rasanya untuk menggambarkan keindahan-keindahan yang kami dapatkan dalam
kegiatan berkaitan erat dengan Study Tour ini, keindahan sepanjang jalan,
kenikmatan melaksanakan shalat dari masjid ke masjid sepanjang perjalanan,
keramahan nara sumber di Kesultanan Siak Sri Indrapura, Riau, serta kondisi
alam yang mempesona, dan kondisi masyarakat yang bershahabat menjadi suatu hal
yang harus kami akui, bahwa perjalanan dan kegiatan Study Tour Ke Siak,
MENYENANGKAN, INDAH DAN BERKESAN. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
(Ash-Haby Generation - PK MAN Maninjau - Dalam memori terindah penuh kenangan ukhuwah - Study Tour Ke Tanah Siak - 1435 H )