Pagi itu, di seputaran Maninjau, cahaya mentari telah menyembul diufuk timur,
cahayanya yang kekuning-kuningan berpendar menyeruak menerpa tanah-tanah basah
dan tumpukan pasir berkerikil dan bebatuan yang tak beraturan, hasil dari
olahan air hujan yang memang lebat semalam. Hari itu Minggu, tanggal 15 Rabi’ul
Awwal 1434 H. Seperti biasanya jadwal libur anak sekolahan, mungkin diantara mereka
ada yang menggunakan kesempatan tersebut untuk ngenet, kumpul-kumpul sama
teman, atau bertamasya ke tempat-tempat indah penuh sensasi sekedar melepas
lelah dan mengencerkan otak yang dalam enam hari berturut-turut sebelumnya
telah disesaki berbagai macam muatan ilmu, baik teori maupun praktek.
Namun tidak untuk beberapa orang pelajar Islam
yang pada saat itu berkumpul di lingkungan sebuah institusi pendidikan
keagamaan tepatnya di tepian Danau
Maninjau itu, yakni MAN Maninjau. Tak ada acaran ngenet-ngenetan, apalagi
ngumpul-ngumpul sekedar ngerumpi, tentunya tidak juga untuk tamasya ria. Mereka
berkumpul untuk satu tujuan, bergabung dalam sebuah komunitas jaringan para
kafilah dakwah yang terdiri dari para remaja yang memiliki pemikiran yang layak
dibanggakan selaku muslim. Ya, disana sedang digelar sebuah acara akbar,
pertemuan para aktifis pelajar Islam, dalam suatu wadah yang mereka kenal
dengan sebutan Rohis. Kegiatan yang dirancang secara bulanan oleh Forum Rohis
se Kecamatan Tanjung Raya itu mengagendakan silaturrahim antar pelajar Islam
se-kecamatan Tanjung Raya yang pada waktu itu Rohis MAN Maninjau baik dari
kelompok Rohis Bina Remaja Islam maupun Rohis Forum Annisa’ bergabung sebagai
tuan rumah (panitia pelaksana).
Begitu banyak para pelajar Islam yang hadir,
seandainya kalau sekiranya ada orang-orang yang menganggap Rohis sebagai
kegiatan yang tidak bermanfaat dan tidak menarik, mungkin jika mereka
menyaksikan kegiatan yang digelar oleh pelajar Islam tersebut akan berubah
pikiran. Bahwa ternyata kegiatan Rohis diminati oleh pelajar, dan mereka
memiliki kesungguhan atas itu. Buktinya, hanya bermodal snack dan satu minuman
kecil, mereka mampu bertahan dalam waktu yang lama mengikuti kegiatan hingga
usai. Subhaanallaah !
Dalam kegiatan tersebut, hadir pemateri yang
memberikan tausyiah oleh Afni Lindra, S.Pd.I dan pemberian untaian-untaian
problematika remaja Islam serta pentingnya mengikuti kegiatan Rohis oleh ketua
Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau, Hendriko. Dengan protokol Sukmayeti (sekretaris Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), pembacaan ayat suci al-Qur'an oleh Abrar Kurniawan (departemen Syi'ar Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), sepatah kata dari Sepriyanto (ketua Forum Rohis se-Kecematan Tanjung Raya, siswa SMKN 1 Tanjung Raya), kata sambutan dari instansi keluarga besar MAN Maninjau (diwakili Bapak Noval Amri Hilal, S.Pd) selaku yang menyediakan tempat, dan ditutup dengan do'a oleh Febri Ramadhan (anggota Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), banyak hal-hal kebajikan yang
dapat dipetik dari kegiatan tersebut. Maka merugilah pelajar yang mengaku
muslim, sementara mereka mengetahui ada wadah yang mempersatukan mereka, namun
jangankan peduli, melirikpun tidak. Dan beruntunglah pelajar Islam yang telah
menggunakan potensi dirinya untuk kebajikan, berupaya bermenshalehkan diri dan
bercita-cita untuk meshalehkan orang lain.
Yang terpenting, yang ingin diungkapkan disini,
bahwa kehadiran mereka, para pelajar Islam di seputaran Tanjung Raya tersebut, merupakan
suatu pembuktian, bahwa masih ada harapan kekuatan Islam itu akan tersemai
indah melalui tangan-tangan mereka, masih ada harapan bahwa pelajar hari ini
bisa diharapkan menjadi pelopor kebangkitan umat, kekuatan umat yang kokoh,
sebagaimana para pendahulun mereka telah membuktikannya. Hal ini cukup menjadi
sebuah pembuktian, bahwa jika yakin akan suatu upaya yang dilakukan dengan kesungguhan,
Insya Allah harapan itu akan selalu ada. Sungguh yang paling merugi dalam hidup
ini adalah, kala ada orang-orang yang menyemai kebajikan dalam bentuk apapun,
tapi ternyata kita tidak tergabung dalam barisan itu, kita hanya menjadi
penonton yang pesimis, setelah itu akan terkurung dalam ketidakberdayaan, saat
menyaksikan orang-orang telah jauh melampaui kita dari segi potensi menggunakan
kesempatan hidup yang fana ini.