WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Minggu, 27 Januari 2013

Rohis Kecamatan Tanjung Raya, Gelar Silaturrahim di MAN Maninjau


Pagi itu, di seputaran Maninjau,  cahaya mentari telah menyembul diufuk timur, cahayanya yang kekuning-kuningan berpendar menyeruak menerpa tanah-tanah basah dan tumpukan pasir berkerikil dan bebatuan yang tak beraturan, hasil dari olahan air hujan yang memang lebat semalam. Hari itu Minggu, tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1434 H. Seperti biasanya jadwal libur anak sekolahan, mungkin diantara mereka ada yang menggunakan kesempatan tersebut untuk ngenet, kumpul-kumpul sama teman, atau bertamasya ke tempat-tempat indah penuh sensasi sekedar melepas lelah dan mengencerkan otak yang dalam enam hari berturut-turut sebelumnya telah disesaki berbagai macam muatan ilmu, baik teori maupun praktek.

Namun tidak untuk beberapa orang pelajar Islam yang pada saat itu berkumpul di lingkungan sebuah institusi pendidikan keagamaan  tepatnya di tepian Danau Maninjau itu, yakni MAN Maninjau. Tak ada acaran ngenet-ngenetan, apalagi ngumpul-ngumpul sekedar ngerumpi, tentunya tidak juga untuk tamasya ria. Mereka berkumpul untuk satu tujuan, bergabung dalam sebuah komunitas jaringan para kafilah dakwah yang terdiri dari para remaja yang memiliki pemikiran yang layak dibanggakan selaku muslim. Ya, disana sedang digelar sebuah acara akbar, pertemuan para aktifis pelajar Islam, dalam suatu wadah yang mereka kenal dengan sebutan Rohis. Kegiatan yang dirancang secara bulanan oleh Forum Rohis se Kecamatan Tanjung Raya itu mengagendakan silaturrahim antar pelajar Islam se-kecamatan Tanjung Raya yang pada waktu itu Rohis MAN Maninjau baik dari kelompok Rohis Bina Remaja Islam maupun Rohis Forum Annisa’ bergabung sebagai tuan rumah (panitia pelaksana).

Begitu banyak para pelajar Islam yang hadir, seandainya kalau sekiranya ada orang-orang yang menganggap Rohis sebagai kegiatan yang tidak bermanfaat dan tidak menarik, mungkin jika mereka menyaksikan kegiatan yang digelar oleh pelajar Islam tersebut akan berubah pikiran. Bahwa ternyata kegiatan Rohis diminati oleh pelajar, dan mereka memiliki kesungguhan atas itu. Buktinya, hanya bermodal snack dan satu minuman kecil, mereka mampu bertahan dalam waktu yang lama mengikuti kegiatan hingga usai. Subhaanallaah !


Dalam kegiatan tersebut, hadir pemateri yang memberikan tausyiah oleh Afni Lindra, S.Pd.I dan pemberian untaian-untaian problematika remaja Islam serta pentingnya mengikuti kegiatan Rohis oleh ketua Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau, Hendriko. Dengan protokol Sukmayeti (sekretaris Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), pembacaan ayat suci al-Qur'an oleh Abrar Kurniawan (departemen Syi'ar Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), sepatah kata dari Sepriyanto (ketua Forum Rohis se-Kecematan Tanjung Raya, siswa SMKN 1 Tanjung Raya), kata sambutan dari instansi keluarga besar MAN Maninjau (diwakili Bapak Noval Amri Hilal, S.Pd) selaku yang menyediakan tempat, dan ditutup dengan do'a oleh Febri Ramadhan (anggota Rohis Bina Remaja Islam MAN Maninjau), banyak hal-hal kebajikan yang dapat dipetik dari kegiatan tersebut. Maka merugilah pelajar yang mengaku muslim, sementara mereka mengetahui ada wadah yang mempersatukan mereka, namun jangankan peduli, melirikpun tidak. Dan beruntunglah pelajar Islam yang telah menggunakan potensi dirinya untuk kebajikan, berupaya bermenshalehkan diri dan bercita-cita untuk meshalehkan orang lain.

Yang terpenting, yang ingin diungkapkan disini, bahwa kehadiran mereka, para pelajar Islam di seputaran Tanjung Raya tersebut, merupakan suatu pembuktian, bahwa masih ada harapan kekuatan Islam itu akan tersemai indah melalui tangan-tangan mereka, masih ada harapan bahwa pelajar hari ini bisa diharapkan menjadi pelopor kebangkitan umat, kekuatan umat yang kokoh, sebagaimana para pendahulun mereka telah membuktikannya. Hal ini cukup menjadi sebuah pembuktian, bahwa jika yakin akan suatu upaya yang dilakukan dengan kesungguhan, Insya Allah harapan itu akan selalu ada. Sungguh yang paling merugi dalam hidup ini adalah, kala ada orang-orang yang menyemai kebajikan dalam bentuk apapun, tapi ternyata kita tidak tergabung dalam barisan itu, kita hanya menjadi penonton yang pesimis, setelah itu akan terkurung dalam ketidakberdayaan, saat menyaksikan orang-orang telah jauh melampaui kita dari segi potensi menggunakan kesempatan hidup yang fana ini.
     

Jumat, 25 Januari 2013

Materi LDKS : Sirah Nabawiyah



Kegiatan :
LDKS MAN Maninjau T.P. 2012/2013

Materi :
Sirah Nabawiyah

Hari/Tanggal :
Jum’at, 13 Rabi’ul Awwal 1434 H/25 Januari 2013.

Penyaji/Pemateri :
M. Nur Akhiar, S.Ag, ( Kepala KUA Kecamatan Tanjung Raya ), Tempat/Tanggal Lahir : Koto Malintang/17 Januari 1978, Pendidikan : Ushuluddin, Aqidah Filsafat

Intisari Materi (ini berdasarkan hal yang ditangkap dari pemaparan penyaji ) :

Rasulullah saw  sosok yang luar biasa, beliau dibesarkan  oleh alam, berbeda dengan pemimpin-pemimpin dunia yang terkenal, Alexander Yang Agung misalnya, tokoh yang begitu terkenal namun ia dibesarkan oleh didikan Aristoteles, ada sosok yang membesarkannya. Sementara Rasulullah saw tidak ada sosok yang membesarkan, tapi alam yang membesarkan, dalam artian beliau dihidupkan oleh Allah SWT dalam keadaan kehidupan alam yang sulit . Saat dalam kandungan ayah beliau telah meninggal, saat kecil diasuh sang kakek, dididik sebagai pengembala. Demikianlah cara Allah SWT mendidik Nabi SAW dengan cara hidup yang keras. Pelajaran pertama yang dapat diambil :

“ Biasakanlah hidup keras, hidup yang sulit, karena hidup itu memang memiliki tantangan yang keras “

Rasulullah saw hidup dengan tantangan yang besar. Namun Allah SWT telah menggariskan, Allah SWT tidak akan memberi beban sesuatu yang tidak mampu kita memikulnya (lihat Q.s al-Baqarah : 286). Sebagaimana sejarah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW menghadapi kejamnya Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Sofyan dan berbagai tantangan. Namun dalam tantangan itu, sikap Nabi SAW membuat orang hormat, sebab dalam menyikapi semua itu, Rasulullah SAW selalu memaafkan. Membalas boleh dalam Islam, tapi dengan yang setimpal, namun lebih diutamakan memaafkan. Jika menyangkut masalalah pribadi, Rasulullah SAW lebih memilih memaafkan, namun tidak berlaku dalam masalah Aqidah, Rasulullah SAW tegas jika aqidah dilecehkan, begitu juga jika masalah syari’a, jika fathimah yang berbuat kesalahan, beliau siap menerapkan hukuman, disini tidak berlaku kemaafan. Pelajaran kedua yang dapat diambil :

“Berjiwa pemaaflah”

Rasulullah SAW sangat rendah hati (tawadhu’), jika bertemu dengan anak kecil, beliau dulu yang menyapa. Rendah hati inilah yang membuat baik dan banyak hubungan kita dengan orang lain. Jika kita merasa lebi dari orang lain maka hal ini akan menimbulkan jarak antara kita dengan orang lain. Rendah hati yang ditonjolkan Rasulullah SAW menyebabkan siapa saja bisa bersahabat dengan beliau. Seandainya beliau ingin sombong hal itu mudah saja, bukankah beliau Nabi, dosa beliau diampuni, namun beliau tidak menunjukkan sikap sombong. Maka pelajaran yang ketiga :

“Rendah hatilah !”

Hendaklah mampu menunda kesenangan sesaat yang diinginkan untuk masa depan yang datang, itulah kesabaran. Disinilah keunggulan Rasulullah SAW.. Jika beliau sebenarnya ingin mendapatkan kesenangan, beliau bisa saja hidup bersama pamannya beliau yang kaya, yakni Abbas, namun beliau malah memilih pamannya yang miskin. Maka pelajaran yang keempat :

“ Hendaklah mampu menunda kesenangan sesaat“



Kamis, 24 Januari 2013

PK MAN Maninjau Gelar Kegiatan MABIT


Alhamdulillaah, shalawat teruntuk Rasulullah saw. Akhirnya sebuah cita-cita yang telah tertanam dengan azzam yang kuat, pelaksanaan pembinaan mental spiritual pelajar MAN Maninjau Program Keagamaan (PK) kelas XI dan XII akhirnya terwujud. Kegiatan yang populer dengan sebutan MABIT ( Malam Bina Iman dan Taqwa) tersebut terkesan sangat luar biasa. Dikatakan luar biasa, karena mulai dari perencanaan hingga usai walau dalam waktu yang relatif singkat, kesan yang di dapat sangat menimbulkan bekas. Yang jelas, hal ini bagi kami keluarga besar PK MAN Maninjau lebih dapat merekatkan jalinan ukhuwah dan rasa saling mencintai semoga karena Allah SWT, sebagaimana yang telah kami tanam secara turun temurun dengan harapan dapat membentuk sebuah komunitas besar kelompok orang-orang yang berjuang untuk tegaknya ‘Izzah Islam wal Muslimin.

Pelaksanaan kegiatan dimulai hari Rabu tepatnya 11 Rabi’ul Awwal 1434 , mulai waktu shalat maghrib hingga berakhir hari Kamis pagi, 12 Rabi’ul Awwal 1434 H dengan agenda kegiatan yang begitu padat, seperti Shalat berjama’ah, berdo’a dan zikir, tilawah al-Qur’an, tausyiah, muzakarah, Quiz Game, Qiyaumulullail, kultum, pembelajaran do’a dan zikir al-Ma’tsurat. Kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Sekolah bapak Erman Rahman, S.Ag dan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Bapak Taufiq, S.Pd.I, dengan guru pembimbing Bapak Wendri Naldi, S.Pd.I selaku wali kelas kelas XI Program Keagamaan (PK) dan Bapak Zulfiyandri, S.Pd, dan tausyiah serta muzakarah oleh Ustadz Ridmu Hendri, S.H.I, yang berlokasi di Mushalla dekat MTs S Maninjau berjalan dengan khidmat.


Kegiatan ini lebih mengedepankan aspek amaliah dalam menggemarkan diri untuk beribadah, menyadari hakikat ilmu bukanlah untuk diketahui semata tapi lebih menuntut pengamalan yang sungguh-sungguh. Betapa banyak orang-orang yang paham akan ilmu tapi belum tentu mereka mampu mengamalkannya. Maka merugilah orang-orang yang berilmu tapi ilmunya sama sekali tidak teraplikasi nyata dalam kehidupan. Apalagi ilmu tersebut tidak membawa pengaruh pada aspek perilaku. Sungguh …sungguh … sangat tertipu orang tersebut dengan ilmunya.


Kami tahu, dan kami menyadari, jalan yang kami tempuh adalah jalan berliku, jalan yang sangat sulit ditembus kecuali dengan kekuatan kesabaran dan mujahadah. Tapi kami diajarkan, kala semua itu diupayakan dengan sungguh-sungguh dan dilaksanakan secara berjama’ah, insya Allah seberat apapun rintangan yang mencoba menggoyahkan azzam kami, semuanya akan berguguran dan hancur lebur. Kami sangat yakin dengan pertolongan Allah SWT, kami begitu yakin janji Allah SWT, bahwa Allah SWT akan menolong hamba-Nya, jika sang hamba menolong agama-Nya.

Bagi kami yang terpenting hari ini, tanamkan azzam, kuatkan tekad, jalin persaudaraan yang kokoh, bergerak secara bersama-sama, maka hasilnya, lihat saja nanti, tak penting apakah kami akan memanen hasilnya, atau kami menyaksikan keberhasilan apa yang telah kami usahakan, tapi yang terpenting bagi kami, berbuat, bertindak, dan buktikan dengan perilaku bahwa belajar tentang Islam, memperjuangkan Islam, merupakan keharusan bagi kami yang mengaku Islam sebagai agama kami. Kami akan membela, kami akan berjuang, kami akan buktikan, inilah agama kami, inilah jalan hidup kami, inilah petunjuk hidup kami, dan inilah kami, bahwa kami adalah “ SEORANG MUSLIM ”  

Sang Guru Kena Batunya


Konon guru itu telah puluhan tahun menjadi menjadi tenaga pengajar pada sekolah yang sudah tua tersebut, berbagai macam ilmu ia kuasai; mantiq, hadits, fiqh, tafsir hingga ilmu akhlak. Tak terkecuali ilmu hayat, astronomi dan ilmu bumi dan seabrekm keilmuan lainnya. Sehingga ia menjadi guru yang paling disegani, sebab selain sarat dengan pengalaman juga dikarenakan kedalaman ilmunya. Namun ada satu sifat beliau yang terkenal kurang menyenangkan, merasa selalu benar dan pantang disalahkan jika berbicara masalah keilmuan. Suatu perilaku yang tidak layak disandang ahli imu.

Suatu ketika, “ Guru, apakah tidak salah letak baris huruf tersebut ? Bukankah barisnya kasrah, bukan fathah sebagaimana yang guru tulis ? ” Salah seorang muridnya protes kala menyaksikan tulisan sang Guru di papan tulis yang memberi baris fathah ( di atas ) pada salah satu huruf ayat al-Qur’an saat ia memberi pelajaran tafsir, padahal seharusnya memang kasrah ( di bawah).

Ooo …iya, memang itu maksud saya ! ” Kata beliau tanpa merasa bersalah. “Saya hanya bermaksud menguji kalian, apakah kalian jeli atau tidak ? ” Ujarnya membela diri. Benar-benar merasa benar sendiri, pantang sekali untuk disalahkan, walau telah nyata-nyata terbukti salah.

Tak lama berselang, saat beliau menjelaskan makna ayat demi ayat, lalu sang guru mencoba mengkorelasikan pelajaran yang beliau terangkan dengan pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu. Saat itu topik pembelajaran tafsiran ayat surat al-Ankabut ayat 45, mengenai shalat yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Tentunya shalat berkaitan erat dengan wudhu’. Tafsiran ayat tentang wudhu’ telah dijabarkan minggu lalu. Beliau mencoba untuk kembali menguji muridnya apakah pelajaran minggu lalu masih berbekas bagi muridnya,
Shalat  tidak akan sah tanpa berwudhu’, minggu lalu kita telah pelajari surat al-Maidah ayat enam, bagaimana tata cara wudhu’ yang diajarkan al-Qur’an. Apabila hendak shalat maka cucilah wajahmu, siapa yang bisa melafazkan redaksi ayat yang menjelaskan hal tersebut ?

Wamsahuu biru uu sikum, ” Teriak salah seorang murid dari bagian belakang.

Salah ! ” Teriak sang guru. “ Baru minggu lalu dipelajari kalian telah lupa dengan materi pelajaran, bagaimana kalian ini ? Dasar murid bodoh ! ”  Sang Guru mencak-mencak.

Apa yang benarnya ? ” Beliau kembali memberikan pertanyaan.

Tidak ada satupun yang menjawab, seluruh murid tampak ketakutan, sebab jika salah jawab siap-siap saja kena gebrak.

Faghsiluu wujuu hakum ! Itu yang benar ! ”. Akhirnya beliau sendiri yang menjawab.

Ooo …iya itu maksud saya guru ! ” Teriak murid yang tadi memberikan jawaban  salah dan dicap bodoh oleh beliau.

Sang guru terlongo. Kemarahannya naik pada puncak tertinggi, ia merasa  telah dipermainkan, namun kemarahan itu tak terlampiaskan, saat menyadari, jawaban itu sama dengan jawaban yang ia berikan saat muridnya meluruskan kesalahannya dalam pemberian baris salah satu ayat al-Qur’an.


Selasa, 22 Januari 2013

Pak Tua Sang Mantan Guru


Pak tua yang sudah renta dengan sepotong tongkat penyangga tubuhnya itu datang tiba-tiba dan mencak-mencak diruang kantor majlis guru di sebuah sekolah menengah, disebelahnya anaknya dengan sesekali mengusap matanya yang basah, ““ Dasar ! Guru sekarang tidak layak diteladani, bicaranya kasar, lihat ! Anak saya sampai menangis akibat dari ucapan guru di sekolah ini ! ”

Saat itu jam istirahat. Beberapa orang guru yang ada dalam ruangan terkejut mendapat dampratan yang datang tiba-tiba. “ Sabar pak ! Silahkan duduk dulu, baru Bapak jelaskan permasalahannya ! ” Salah seorang guru mencoba mengkondisikan suasana.

“ Aaah … tak perlu basa-basi, mana guru yang telah menyakiti anak saya ? ” Pak tua itu masih berdiri dengan kemarahan yang meletup-letup.

“ Siapa pak ? ” Tanya salah seorang guru.

Tiba-tiba dari ruang sebelah muncul sosok guru muda, “ Itu beliau pak ! ” Teriak anak Pak Tua tersebut sembari menunjuk pada guru muda yang barusan datang.

“ Ooo… ini gurumu yang tidak berpendidikan ini ? ” Pak Tua itu menatap garang pada guru muda tersebut sambil mengacungkan tongkatnya.
“ Siapa namamu anak muda ? Kau tahu tidak ! Saya ini mantan guru, belasan tahun saya mendidik anak orang, belum pernah saya menyakiti perasaan murid-murid saya hingga sampai menangis seperti yang kau lakukan pada anak saya ! Kau baru anak kemarin sore, tapi sikapmu sok jagoan jadi guru ! ”

Guru muda itu hanya tersenyum, lalu dengan santai ia berujar, “ Ooo… ini anak bapak ya ? Saya tidak tahu. Tapi Saya tahu bapak mantan guru, tentunya bapak masih ingat dengan murid bapak yang bernama Muhammad Fauzi  ? Siswa kelas dua yang dulu bapak tuduh mencuri uang koperasi, sampai ia mengis-nangis menyatakan bahwa ia tidak melakukannya, namun bapak tidak menghiraukan, ternyata belakangan terbukti ia tidak melakukannya ? ”

“ Oh, ya ? Apa urusannya denganmu, mengungkap kejadian masa lalu yang sepele itu ? ”

“ Saya Muhammad Fauzi, murid bapak itu ! ” Suara guru muda itu menggelegar. Membuat tubuh pak tua itu menggigil. Cepat-cepat ia menarik tangan anaknya dan meninggalkan ruangan itu dengan muka memerah.

Petuah Sang Kiyai


“ Anak-anakku, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini berada dalam pantauan Allah SWT, maka segala yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Kala kita melakukan kebaikan, maka Allah SWT akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik, yakinlah itu ! Sebaliknya, kala kita melakukan keburukan maka kita akan mendapatkan balasan yang setimpal akibat keburukan yang kita lakukan. Yang membuat kita ini sering lupa dengan keburukan yang pernah kita lakukan adalah kala kita menganggap remeh sebuah keburukan yang kita anggap kecil dan kita anggap hal tersebut suatu hal yang biasa. Namun, jangan lupa, sekecil apapun keburukan yang pernah kita lakukan niscaya kita akan mendapatkan balasannya, berhati-hatilah. ”

Demikian untaian pesan Sang Kiyai pengasuh pondok pesantren itu dengan kharismatiknya menasehati dua orang santri yang kedapatan melakukan kesalahan, menyembunyikan kitab kuning temannya yang hendak mengikuti ujian membaca kitab kuning, sehingga temannya tidak lulus ujian.

Seperti biasa, setiap pagi, menjelang matahari terbit, sang Kiyai yang sudah dipenghujung usia itu berjalan-jalan ditaman untuk menyegarkan tubuh. Pada jalan setapak yang ditumbuhi rumput yang tidak terlalu tinggi, tiba-tiba kakinya terasa tertahan saat hendak melangkah, namun ia paksakan, akibatnya malah beliau tersungkur jatuh, hingga menyebabkan hidungnya berdarah terbentur kerikil. Beliau meringis, seraya mengusap darah yang mengalir.

Kemudian beliau melakukan pemeriksaan apa yang menyebabkan kakinya tertahan. Berulangkali beliau istighfar kala menyaksikan, ternyata yang menahan kakinya adalah rumput yang terikat membelintang di tengah jalan. Hati beliau berdebar, menyadari, itulah rumput yang pernah diikatnya dulu kala masih jadi santri di pondok pesantren yang sekarang ia asuh, kala itu ia hanya iseng-iseng untuk menjahili santri yang lain, namun sekarang ia menuai akibatnya. Entah sudah berapa orang yang menjadi korban akibat perbuatan masa lalunya yang dianggap sepele. Hari ini Allah SWT membuktikan petuahnya kepada dua santri yang melakukan kesalahan.      

Sang Khatib Kehilangan Sandal


“ Ketahuilah kaum muslimin ! Bahwa setiap musibah yang menimpa kita, apakah penyakit, kehilangan sesuatu yang kita cintai, semuanya berada dalam kekuasaan Allah SWT, yakinlah semua itu mengandung hikmah yang luar biasa. Kita harus yakin apapun yang Allah SWT timpakan pada kita itulah yang terbaik untuk kita, maka tetaplah bersyukur dalam segala himpitan hidup, bersyukur karena Allah SWT masih menganugerahkan kebaikan pada kita. Agar kita mampu menjadi hamba yang bersyukur kala ditimpa musibah, maka ambillah hikmah atas musibah yang menimpa kita, seperti kala kita ditimpa penyakit, ketahuilah, jika penyakit itu kita pahami sebagai penebus dosa-dosa kita sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW, maka penyakitpun akan terasa nikmat, nikmat yang melahirkan kesyukuran. Jika kita mampu mengambil hikmah-hikmah dari setiap musibah, niscaya kita akan bersabar kala ditimpa musibah. Subhaanallaah ! Begitu agung ajaran agama kita ini.  Untuk itu, kala kita ditimpa musibah, maka ucapkanlah Alhamdulillaah. ”

Demikianlah Sang Khatib itu dengan khidmatnya memberi petuah dalam khutbah Jum’at pada sebuah masjid. Jama’ah Jum’at terpesona mendengar untaian kata penuh makna tersebut. Sang Khatib kala menyaksikan petuahnya seakan mendapat tempat dihati jama’ah Jum’at merasa besar hati dan bangga akan upayanya menyadarkan umat agar memaknai musibah hidup bukan sebagai beban, tapi malah mensyukurinya sebagai bagian dari hikmah yang telah digariskan Allah SWT.

Kala pelaksanaan shalat Jum’at usai, beberapa jama’ah sudah mulai meninggalkan masjid. Lalu Sang Khatib juga keluar hendak meninggalkan masjid, kala sampai di tempat meletakkan sandal, Sang Khatib kebingungan mencari sandalnya yang tidak ada di tempat, ia berputar-putar disekitar masjid mencari-cari, kalau-kalau sandalnya pindah posisi, namun sampai jama’ah Jum’at tidak ada lagi yang tinggal di masjid Sang Khatib masih belum menemukan sandalnya.

“ Ada apa ustadz ? ” Tanya penjaga masjid yang telah berdiri di sampingnya.

“ Sandal saya hilang ! ” Seru Sang Khatib dengan suara tak rela.

“ Alhamdulillaah ! ” Penjaga masjid menimpali dengan tersenyum.

Muka Sang Khatib memerah karena marah, seakan dilecehkan oleh penjaga masjid, bukannya simpati malah penjaga masjid itu bersyukur.

Namun cepat-cepat Sang Khatib menelan kemarahannya, kala ia menyadari barusan ia telah memberi petuah pada jama’ah Jum’at bagaimana mensyukuri musibah. “ Ternyata mengamalkan apa yang dibicarakan lebih sulit dari pada mengamalkan apa yang di dengar. “ Batin Sang Khatib. 

Jumat, 18 Januari 2013

Cinta Di Atas Cinta (Bagian 2)


Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Oooo…jiwa-jiwa yang dirundung cinta, jiwa-jiwa yang bergelora kerinduan, mungkin kau telah lelah untuk mencari dimana kesucian  cinta itu sesungguhnya, tapi kau tak kunjung menemukannya. Sampai-sampai kau merasa ragu, apakah benar ada cinta hakiki itu,apakah syair-syair para sufi tentang cinta itu hanyalah utopia yang tak berujung, apakah benar mereka telah mengecap manisnya cinta hingga membuat mereka terbuai ? Aduhai …ketahuilah, para sufi itu benar adanya, jika kau meragukan, itu hanyalah karena kau tak pernah sampai padanya.

Ketahuilah …langkah awal yang harus kau ketahui …betapa bahaya menimpamu kala kau mencintai yang fana ini sepenuh jiwa. Saat kau mencintai manusia karena kegagahannya atau karena keanggunannya, sungguh suatu saat kau akan menyesal karena telah tertipu. Ketertipuan itu akan terasa kala kau telah terjatuh dan tersungkur. Artinya kau akan merasakan kecintaanmu telah salah alamat kala kau mengetahui dan merasakan ternyata cintamu tidak berlabuh pada dermaga yang dituju, tapi tedampar pada bayang-bayang semu perih tak tertahankan. Alegoris memang, namun begini sederhananya, saat kau mencintai seseorang karena kegagahannya atau karena keanggunannya, lalu saat kegagahan itu memudar dan keanggunan itu mulai pias, akankah kau masih mencintainya ? Tidak akan, engkau akan berupaya mencari kegagahan yang lain dan keanggunan yang lain, pertanyaannya, sampai kapan semua itu akan berakhir ? Karena semua itu tak punya ujung …semua itu akan membuat kau lelah, tapi tak kunjung kau mendapatkan cinta yang hakiki. Saat itulah kau akan merasakan ketertipuan. Ini tentu saja jika cinta itu memang mendapat tempatnya, artinya kala kau mendapatkan cinta dari  kegagahan atau kecantikan. Tapi bagaimana jika kau sama sekali tidak mendapatkannnya ? Bagaimana jika didepanmu ia menyatakan cinta padamu, lalu dibelakangmun ia menipumu ? Bagaimana jika ia sebenarnya tidak mencintaimu sepenuh jiwa, tapi ada sesuatu yang lain yang ia harapkan darimu ? Sungguh dirimu akan kecewa, dirimu akan merana, lantas apakah kau akan menyalahkannya ? Apakah kau akan menganggap ia sebagai pecundang dalam hidupmu ?

Ooo…ketahuilah, semua itu tak akan merubah keadaan, karena sesungguhnya melampiaskan kesalahan pada pihak lain sama sekali tidak akan mengeluarkanmu dari jerat masalah. Mengapa ? Karena masalah itu lahir dari dirimu sendiri, kau yang mengundang masalah, kau yang memfungsikan cinta pada pantai yang terlarang untuk berlabuh. Maka siapa yang menyemai, tentu ia yang memanen.

Sekarang coba, kala kau mencoba melabuhkan cintamu pada Allah SWT, pernahkah Ia mengecewakanmu ? Pernahkah segala keinginanmu tak dikabulkan ? Mungkin memang pernah kau berdo’a pada-Nya, lalu tak dikabulkan, itu bukan berarti tak dikabulkan, bisa jadi do’amu tak layak dikabulkan, karena tidak layak untuk dirimu, apakah hal itu mengecewakanmu ? Apakah kau kecewa kala keinginanmu tak terkabulkan, ternyata keinginan itu membahayakanmu ? Tentunya kau malah bersyukur.

Saat kau melakukan kesalahan, Allah SWT segera menegurmu, apakah dengan musibah, sehingga musibah itu menyadarkanmu akan kesalahanmu, adakah yang melebihi kecintaan melebihi kecintaan ini ? Subhaanallaah !

Coba, kala kau mencintai manusia sepenuh jiwa, saat kau melakukan kesalahan apakah ia menegur ? Tak akan, ia tidak akan menegurmu, mengapa ? Karena baginya bagaimana dirimu tidak tersakiti dan tetap mencintainya, bukankah teguran itu secara kasat mata memang menyakitkan ? Kala Allah SWT menegurmu dengan musibah, bukankah musibah itu menyakitkan ? Tapi apakah kau lupa, bahwa obat yang menyembuhkan adalah pahit ? Namun manusia enggan melakukan itu terhadapmu, ia akan selalu menampakkan  hal yang menyenangkan  bagimu, sampai-sampai ia membenarkan kesalahanmu, agar kau tetap mencintaimu, bukankah manusia seperti ini sebenarnya tidak mencintaimu, tapi punya keinginan lain dari dirimu ? Dan ketahuilah sungguh ini musuhmu yang nyata, berhati-hatilah …!!!

Mungkin kau berkilah, tak semua manusia seperti itu. Kita jawab, memang, manusia yang tergolong pengecualian inilah yang hidupnya penuh dengan kecintaan pada Allah SWT. Tapi kau tak akan mendapatkan manusia seperti ini sebelum kau mencintai Allah SWT. Sebab manusia seperti ini, kecintaannya sebenarnya bukan pada dirimu, tapi pada Allah SWT. Kala ia menyaksikan kesalahan yang kau perbuat, lalu ia menegurmu, ketahuilah ….jangan kau menyangak ia mencintaimu …tapi karena ia mencintai Allah SWT, kala ia melihat suatu kesalahan yang diperbuat oleh manusia lalu langsung menegur karena memang demikian yang diperintahkan Allah SWt untuknya, karena kecintaannya pada Allah SWT maka ia melakukan teguran.

Maka, kala kau mencintai Allah SWT, niscaya kau akan mendapatkan  seseorang yang juga mencintai Allah SWT, saat dua hati bersatu karena saling mencintai karena Allah SWT, inilah yang dimaksud, “ Aku mencintaimu karena Allah SWT. “ Muaranya, kau takkan pernah kecewa, kalau toh kau berpisah dengan  orang yang kau cintai karena Allah SWT, kau tidak akan merana, bukankah kau mencintainya karena Allah SWT, bukan karena dirinya. Ia hancur, hilang, binasa, tapi Allah SWT tidak akan.

Ambillah pelajaran dari kecintaan shahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, bagaimana ia memahami hakikat cinta yang sesungguhnya, ia adalah sosok yang begitu mencintai Rasulullah SAW, namun apa isi pidatonya kala mendapati Rasulullah SAW wafat ? Kala menyaksikan orang yang dicintainya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya ? Segaimana dituturkan Drs. M. Masyhur Amin, M.Ag dalam Sejarah Peradaban Islam (Terbitan Indonesia Spirit Foundation tahun 2004, halaman 54), :

Abu Bakar berkata, sekiranya dibenarkan aku meratapi kewafatannya niscaya aku curahkan air mataku untuknya

Namun, apa pidatonya ? :

“ Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka beliau telah meninggal dunia dan barangsiapa menyembah Allah  maka Dia Mahahidup dan tidak akan pernah mati.”

Kalau begini caranya, bagaimana mencintai Allah SWT ? Lain waktu, Insya Allah, kita sambung.

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Senin, 14 Januari 2013

Cinta di Atas Cinta (Bagian 1)

Mengapa kau mencintai seseorang ?

Yaaa…karena agamalah, diakan rajin shalat, ahli ibadah, rajin baca al-Qur’an, paham ilmu agama.

Aaaa...h yang benar  ajalah! 

Apakah memang itu alasanmu ?

Lho… kok nanyanya gitu ?

Nggaaa…k cuma ragu aja. 

Hah ??? Kok ragu ???

Iya, masalahnya nih, coba kalau ditanya lagi, bagaimana kalau kriteria orang tersebut memang demikian, tapi wajahnya jelek. Sama sekali nggak menarik, apakah kamu bersedia mencintainya ???

Tetaplah mencintainya ! Bukankah seseorang itu yang penting agamanya dulu baru yang lain-lain ?

Yang benaaa …rrr !!! Atau itu hanya sebagai jawaban belaka, jika memang keadaan tersebut bena-benar menimpamu apakah kamu betul sanggup menerimanya ???

Bagaimana jika pertanyaan itu terlontar kepada kita ??? Apa jawaban kita ? Mungkin secara jujur kita nggak sanggup jawabnya. Jujur ajalah, siapa pula manusia ini yang nggak cinta keindahan, jelaslah ia ingin mencintai seseorang yang memiliki keindahan. Jika kita seorang laki-laki kita mendambakan pendamping hidup perempuan cantik, lalu kita embel-embeli dibelakangnya, cantik dan shalehah. Ha…ha…ha…. Begitu juga kalau kita perempuan, yang kita inginkan tentulah seorang laki-laki gagah, punya mata pencarian yang memadai dengan bentuk fisik memukau and atletis, juga kita embel-embeli dibelakangnya, yang nggak pernah ninggalin shalat, huuu…..yang benar aja.

Ya, itulah kita, dengan segala kekurangan kita yang tidak mampu membendung keinginan hati kita yangs sesungguhnya, bahwa sebenarnya kita memang cinta akan keindahan dari seseorang, kalau urusan agamanya, secara jujur, lebih kita posisikan nomor kesekian kalinya.

Pertanyaannya, mengapa hal tersebut bisa terjadi pada diri kita ? Mungkin juga kita pernah mencoba menepis semua itu, kita mencoba untuk menata hati agar lebih mencintai seseorang berdasarkan agamanya, tapi daya tarik untuk mengedepankan keindahan fisik lebih dominan. Terkadang karena kita kalah dengan peperangan batin itu, akhirnya kita mencari pebenaran, Bukankah Allah itu indah dan sangat mencintai keindahan. Akhirnya jatuhlah kita pada jurang membenarkan kenyataan, bahwa mencintai seseorang karena keindahan fisiknya tak masalah. Na’udzubillah.

Ketahuilah, yang perlu kita pahami makna Allah Maha Indah dan mencintai keindahan itu perlu kita luruskan, agar kita tak terperosok terlalu jauh dalam mengada-adakan urusan, apalagi mengaitkan dengan Allah swt, bahaya …waspadalah !!!

Kita pernah dengar bukan ? Kemuliaan orang disisi Allah swt bukanlah berdasarkan keindahan fisiknya, tapi berdasarkan ketaqwaannya, jadi indah dalam pandangan Allah swt merupakan keindahan yang dilandasi kepatuhan dan keta’atan kepada-Nya. Bukan berdasarkan fisik yang sama sekali terkadang malah membawa bencana. Camkan ini dulu … ini dalam maknanya.

Sudah direnungkan ??? Oke ??? Kita lanjut ya …

Sesungguhnya kecintaan kita pada keindahan fisik seseorang karena lantaran memang itulah yang tampak bagi kita, jelas nyata, wajah yang tampan, atau paras yang cantik memukau. Sehingga membuat mata terpesona yang melahirkan angan-angan. Tak salah jika semua itu bermula dari pandangan mata. Bisa dilihat, disaksikan terpampang tanpa hijab.

Inilah alasannya mengapa kita tidak mampu mencintai Allah swt, karena Allah swt itu tidak tampak dalam pandangan mata lahir kita, keberadaan-Nya tidak terpampang jelas di mata lahir, bagaimanapun kita berupaya menggambarkan keindahan Allah swt, kita tidak akan mampu, bahkan kala kita mencoba menggambarkan keindahan Allah swt malah menjatuhkan kita pada jurang kemusyrikan, sebab Allah swt itu berbeda dengan makhluk-Nya, tidak ada satupun yang menyerupai-Nya (Lihat surat al-Ikhlas ayat 4).

Sehingga keadaan ini tidak melahirkan rasa cinta itu pada Allah swt Yang Maha Indah. Kala rasa cinta itu tidak dimiliki, maka kita tidak akan pernah mencintai seseorang karena agama-Nya, sebab mencintai seseorang karena agama-Nya adalah bukti cinta kita kepada Allah swt. Inilah yang dimaksud “ Aku mencintaimu karena Allah swt. ”

Setelah mengetahui semua ini, masihkah kau sesumbar mengatakan bahwa kau mencintai seseorang karena agamanya ??? Ah, itu hanya ucapan bibirmu yang sama sekali berseberangan dengan hatimu, nyatanya kau masih menjatuhkan pilihan pada keindahan fisik seseorang karena memang sebenarnya kau tidak pernah mencintai Allah swt, kau hanya berkata mencintai Allah swt tapi sebenarnya kau sendiri tidak paham dengan perkataanmu. Rumit memang, tapi demikianlah kenyataan hati kita.

Berbenahlah … sebelum terlambat …agar kau tak menyesal kelak. Menyesal karena engkau menipu dirimu sendiri. Akhir semua keindahan adalah kala kau tak lagi peduli dengan segala keindahan dunia yang tampak memukau ini, tapi kau terpesona dengan keindahan Allah swt, yang dipancarkan dan dilahirkan dalam diri orang-orang yang beriman,  walau fisiknya sama sekali tidak menarik.

Gimana dooo…ng, mungkin dilain waktu saja kita ulas.

Hanya sebelum kututup, ingin kurangkai sebuah kisah indah yang dituturkan Zaprul Khan dalam Kisah-Kisah Penuh Hikmah Yang Sanggup Menumbuhkan IQ, SQ dan EQ (terbitan Mitra Pustaka 2006), tentang kisah yang melegenda bagi sang pencinta. Simak yaaa …

Mengapa Qais mencintai Layla yang tidak menawan ? Hingga kawan-kawan Qais merasa heran hinggga mereka menanyakan pada Qais. Renungkan apa jawaban Qais :

“ … Layla gadis miskin yang terlihat bersahaja dan tidak menarik di mata kalian, justru indah dalam pandanganku. Layla memang miskin dalam harta, tapi kaya jiwanya. Ia berparas biasa saja, namun cantik akhlaknya. Ia mungkin tampak hina secara jasmaniah, tapi agung secara rohaniah. Kelemahlembutan tutur sapanya, ungkapan kasih sayangnya, kemuliaan sifatnya dan kehangatan hatinya menyelimuti keburukan parasnya dengan kecantikan bidadari.

Sungguh, ia bagiku laksana mawar berduri yang menebarkan harum semerbak dan memancarkan keindahan tersendiri yang tidak dapat ditemukan di taman bunga umum. Itulah yang menjadikan Layla menjelma indah dan mempesona dalam penglihatanku. Memang penglihatanku berbeda dengan penglihatan kalian. Bersihkanlah pikiran kalian dan hati kalian dari keruhnya gelora nafsu birahi, sehingga kalian bisa melihat apa yang aku saksikan. Lepaskanlah ikatan jasmaniah yang menutupi mata batin kalian, niscaya kalian akan dapat menyaksikan keindahan ruhaniyah Layla yang membuatku terpesona. Dan keindahan ruhaniah itu jauh melebihi keindahan jasmaniah.”

Lalu Qais bersyair :

Wahai bulan purnama, bagaimana caranya aku
menjelaskan keindahan cahayamu kepada mereka yang terlelap
di malam hari? Karena itu, aku mohon kepadamu,
katakan kepada mereka: “Berjagalah pada malam hari,
agar engkau mampu melihat keagungan
cahaya wajahmu.”

Subhaanallaah !

Maka, untuk kalian yang mengumbar cinta diberbagai tempat, apakah melalui SMS atau jejaring sosial Facebook, berhentilah … berhentilah mulai saat ini, karena kalian sebenarnya terpedaya oleh cinta semu, cinta buta yang hanya akan menjatuhkan kemuliaan cinta yang sesungguhnya ada pada diri kalian.   

Jumat, 11 Januari 2013

Analisis Soal Imu Kalam XI PK MA Semester Ganjil : Pengangkatan Nabi Isa a.s. ke langit



Analisis Soal Ilmu Kalam Kelas XI PK Semester Ganjil
Kelompok Kerja Kepala MA Sumbar T.P 2012/2013
Perihal diangkatnya Nabi Isa a.s. Jum’at, 14 Desember 2012


Soal Nomor 10.
Bila sebagian pendapat menyatakan arti kata rofaahu adalah Isa diangkat ke langit, apakah pendapat Fahruddin Al Razi tentang pernafsiran kata tersebut …
A. Mengembalikan Isa ketempat terhormat
B. Membawa Isa dengan kemuliaan
C. Mengangkat Isa dengan kebaikan
D. Mengangkat Isa ketempat mulia
E. Mengangkat Isa ketempat

Soal Nomor 11.
Akan turunya Nabi Isa a.s. di akhir zaman, terjadi perbedaan pendapat yang saling bertentangan, dari firman Allah manakah masalah tersebut bertolak, surat …
A. An nisa 152 - 153
B. An nisa 153 - 154
c. An nisa 155 - 156
D. An nisa 157 - 158
E. An nisa 159 - 160

Soal nomor 12.
Penafisiran kata mutawaffik dalam surat Ali Imran ayat 55 menurut Ibnu Abbas adalah …
A. Mematikan
B. Mengambil
C. Menjagamu
D. Menyelamatkan
E. Menghidupkan

Soal nomor 13.
Nabi Isa As telah diselamatkan dari pengejaran dari musuh-musuhnya, dengan muka dan suara siapakah Nabi Isa diserupakan oleh Allah SWT …
A. Yudas Iskandariat
B. Yuda Iskamiot
C. Yudas Ih dan riat
D. Yuda Ilahiat
E. Yuda Iskariot

Analisis :

Assaalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Wew … belajar ilmu kalam emang bikin hati berdebar, kepala terasa nyut …nyut …but  tunggu dulu ... yang penting ngerti masalahnya, dijamin Asyiii….k.
Hayooo…kita mulai menganalisisi 4  soal di atas, mudah-mudahan ni dapat ngebantu  untuk lebih memahami ilmu kalam.

Permasalahan ini dapat kita dirujuk pada  al-Qur’an :

1. Surat An-Nisaa’ ayat 157-158 :
   

Terjemahannya :
Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. ( ayat 157 )

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( ayat 158 )

2. Surat Ali 'Imran ayat 55 :

  
Terjemahannya :
(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". ( Ayat 55 )

Perhatikan ayat ! Nabi Isa a.s telah diselamatkan dari pengejaran musuh-musuhnya (kaum Yahudi). Malah mereka membunuh Yudas Iskariut yang muka dan suaranya disamakan Allah swt dengan Nabi Isa a.s. Yang menjadi perbedaan pendapat kemana Nabi Isa a.s. kala telah selamat dari pengejaran tersebut ? Ini nih yang jadi masalah !!!

Pangkal perbedaan pendapat terletak pada kalimat :
  
Artinya :
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya ” ( Surat An- Nisaa’ ayat 158

Kemudian pada lafaz :

Artinya : “kepada akhir ajalmu ”

Mari kita lihat pernafsiran ulama tentang masalah ini :
 1. Ibnu Abbas mengartikan :
         


        dengan “ mematikanmu 



    dan 
    

diartikan “mengangkat ruh Isa ke langit ”. 



    Dapat kita pahami pendapat Ibnu Abbas r.a ini, kala Allah swt telah mematikan Isa a.s, maka Allah swt mengangkat ruhnya ke langit (wallahua’lam)
2. Ibnu Juraij menafsirkan : 

    diartikan :  “ mengambil dan menjagamu ”, 



    sama dengan arti :


   yakni menyelamatkan Isa dari kekejaman orang-orang Yahudi.  


   Pendapat ini diikuti Ibnu Jarir dengan mentafsirkan :




   diartikan “ menyelamatkan Isa dari pengejaran orang-orang Yahudi “, 



     Maksudnya Ibnu Jarir menafsirkan :  Nabi Isa a.s. bukan diangkat ke langit baik ruh atau jasadnya, tapi diselamatkan Allah swt. Berdeda dengan Ibnu Abbas r.a.

3. Fakhruddin Al-Razi berpendapat bahwa :


 atau 


     bermakna “ mengangkat Isa ke tempat kehormatan-Ku (Allah). Jadi tidak mengangkat Isa a.s ke langit.

4. Pendapat yang masyhur di kalangan ahli tafsir bahwa Isa a.s diangkat ke langit dengan ruh dan jasad, Dasarnya adalah : Hadits tentang Mir’ah : Menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah bertemu dengan Nabi Isa a.s itu setelah selamat dari penyergapan orang-orang Yahudi diangkat ke langit dengan jasad dan ruh. Beberapa alasan-alasan untuk memperkuat pendapat ini :

a. Dalil surat Annisa’ ayat 157 di atas yakni lafaz :

“ Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.”

b. Lanjutan surat Annisa ayat 158 diatas yakni lafaz :

“ tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya ”

Makna :
cukup dipahami apa adanya (hakiki), yakni Isa a.s diangkat kelangit dengan ruh dan jasad. Semua itu mudah saja bagi Allah swt Yang Maha Gagah dan Maha Bijaksana. Pernyataan ini tidak bertentangan dengan makna :


yang dapat diartikan kehadhirat Allah swt, sebab hadhirat Allah swt dapat diimajinasikan (dipahami) sebagai “di atas ” yang sama diartikan “ langit ”.

Dari analisis ini, coba jawab 4 soal di atas, mudah bukan ??? Ha…ha….ha…!!!

Jawab salam dulu dong !

Assaalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh


Alat dan Bahan Materi Ajar :
  • Drs. Sulaiman dan H.J. Bachtiar Affandie, Akhak-Ilmu Tauhid Untuk Madrasah Aliyah III, Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama R.I, Bagian Proyek Peningkatan Mutu Madrasah Aliyah, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama R.I, 1985/1986
  • Mohamad Taufiq, Quran In Word Ver. 3, Created By Mohamad Taufiq, moh.taufiq@gmail.com, taufiqproduct, yahoo messenger id : m.taufiq.rm, http//www.geocities.com/mtaufiq.rm/quran.html (Untuk penulisan ayat al-Qur’an dan terjemahannya)
  • Paint, Microsoft Windows, Version 6.1. (Build 7600), Copyright ©2009 Microsoft Corporation. All Rights Reserved ( Untuk pembuatan gambar )