Mahfuzhat
:
اَلْحِمْيَةُ مَطْلُوْبَةٌ
(
Pemeliharaan Itu Diharapkan )
Penjelasan :
Pemeliharaan, kata kunci dalam hal segala
yang kita miliki, memelihara amanah (kepercayaan), memelihara lisan agar
mengeluarkan kata-kata yang baik, memelihara mata dari memandang kemaksiatan,
memelihara telinga untuk tidak mendengarkan kalimat-kalimat mengandung dosa
(ghibah, fitnah, adu domba, dan sebangsanya), memelihara perut agar tidak diisi
dengan makanan dan minuman yang haram, memelihara kaki agar tetap berjalan pada
jalan-jalan yang diridhai Allah swt. Intinya memelihara anggota tubuh dan
perilaku agar berada pada rel-rel kebajikan dan tidak membelot pada jalur-jalur
kesesatan. Inilah pemeliharaan secara umum dalam menempuh kehidupan yang
memiliki jalan pilihan yang bercabang dan beranting-ranting. Kala pemeliharaan
ini musnah, atau kita lalai melakukannya, maka lihatlah kesudahannya, kesesatan
demi kesesatan, dosa demi dosa akan menggunung.
Lihat dan saksikanlah, kesudahan
orang-orang yang tidak memelihara amanah, seumur-umur orang tidak akan percaya
padanya, orang akan ragu memilkulkan amanah untuk dirinya, maka jadilah ia
terseok-seok dalam kubangan lumpur kesendirian. Bagaimana pula kesudahan
orang-orang yang tidak mampu memelihara lisannya, apakah dengan dusta, ghibah,
adu domba, mengumpat, mencaci dan anak cucunya, ia memilkiki banyak musuh,
ucapannya tak bermakna, perkataannya tak di dengar, ucapannya tak lebih mata
pisau yang membinasakan sehingga terkesan orang enggan untuk berkomunikasi
dengannya. Aduhai …apakah yang lebih mengerikan dalam hidup ini kala ucapan tak
lagi didengar, perkataan tak dapat mempengaruhi orang lain, dan segala apa yang
keluar dari lisan tak lebih bagi orang lain sebagai omong kosong. Padahal lisan
yang melahirkan ucapan, itulah alat komnunikasi yang begitu ampuh. Lisan mampu
mengubah perilaku manusia yang biadab menjadi beradab, lisan mampu mengubah
sikap antipati orang lain menjadi simpati. Tapi kala lisan tak lagi bermakna,
karena kelalaian dalam pemeliharaannya, lihatlah, lihatlah kesudahannya,
sungguh mengerikan. Na’udzubillah.
Begitu pula dengan mata yang tidak
terpelihara dari pandangan kemaksiatan. Segala apa yang masuk ke dalam hati yang tak bisa didengar, tak bisa diraba, yang
bersumber dari luar diri ditangkap oleh mata. Mata yang menyaksikan, maka hati
yang merasakan, lisan yang terperdaya, dan pikiran terkontaminasi. Tidakkah kau
rasakan, kala kau melihat keindahan yang ada di depanmu, lalu hatimu
terkagum-kagum, lidahmu berdecak, pikiranmu diselubungi keindahan. Kala
kemaksiatan yang diliput oleh mata, maka ia akan tumbuh bersemi mekar di taman
hati. Maka kacaulah hati tersebut, keseleolah lidah, dan pikiran berkecamuk.
Pernahkah kau melihat orang jatuh cinta, cinta yang lahir dari pandangan
pertama, lalu hati menjadi resah, lisan kelu untuk berucap, pikiran keluar dari
fitrah rasionalitas. Demikian pulalah kala maksiat telah menyelebunginya,
akibat dari pandangan mata yang tidak terpelihara.
Tak lebih, telinga juga akan mengalami
hal yang sama, pemeliharaan yang tidak hati-hati akan membuat telinga ini
senang mendengarkan irama-irama maksiat. Tidakkah kau merasakan, kala kau
mendengarkan ghibah, maka telingamu ingin untuk mengetahui muatan ghibah
tersebut dengan sempurna, apalagi jika muatan ghibah tersebut berkaitan erat
dengan kepentingan hawa nafsumu, artinya kala orang yang dighibahkan itu adalah
sainganmu, maka hatimu akan tersenyum dan merasa menang. Sehingga kau berupaya
untuk bertahan mengikuti ghibah tersebut hingga sampai melakukan pembenaran.
Tiada lain ini adalah akibat pemeliharaan yang menganggap remeh akan telinga.
Juga di dalamya urusan perut. Urusan
perut adalah urusan substansi, manusia rela melakukan apa saja hanya untuk
memuaskan keinginan perut. Kita bisa hidup, bergerak, beraktifitas, beribadah
dan melakukan segala apapun kala perut
telah terisi. Kondisi ini mengakibatkan nafsu perut sangat kuat mempengaruhi. Pada
jalan ini pemeliharaan akan perut agar terjaga dari materi-materi yang haram
suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Lihat, saksikan, dengar, perhatikan,
apa yang dikejar oleh kaum penipu jika bukan karena urusan perut, ia tipu
negara dengan korupsi, ia tipu masyarakat dengan segala iming-iming agar diangkat
jadi pemimpin, dengan kepemimpinan itu
ia bisa memuaskan keinginan nafsu perutnya. Ia lakukan hal-hal yang terkadang
menjatuhkan harga dirinya, apakah dengan meminta-minta walau fisiknya kuat
untuk bekerja. Apa saja, dimana saja, kapan saja, akan ia lakukan untuk urusan
perut. Pada jalan ini halal haram tak lagi menjadi rambu-rambu, petunjuk tak
lagi berada di depan. Maka bercampurlah yang haq dengan yang bathil. Inilah
kedahsyatan dan bahaya yang harus diperhatikan dalam urusan perut agar kita
mampu memeliharanya, sebab pemeliharaan ini suatu keniscayaan.
Apalagi pemeliharaan kaki. Kaki adalah
media penyampai urusan. Secara umum kita tidak akan sampai pada tujuan yang
hendak dicapai kala kaki enggan untuk melangkah kearahnya. Maka kaki adalah
media utama untuk jatuhnya kita pada lubang-lubang maksiat. Kaki yang melangkah
pada tempat maksiat, maka sesampainya disana baru lisan bekerja untuk melakukan
kemaksiatan, apakah dusta, ghibah dan lainnnya, telinga ikut bekerja sama dalam
hal mendengarkan kemaksiatan. Termasuk untuk mengejar urusan nafsu perut, kakilah
sang mediator ulung. Maka pemeliharaan kaki agar tidak melangkah pada tempat
kemaksiatan suatu hal yang penuh tantangan dan butuh usaha yang
sungguh-sungguh. Bisa saja niat tidak tertanam untuk melakukan maksiat, tapi
kala kaki telah mengantarkannya pada tempat maksiat tersebut, pintu-pintu
maksiat terbuka lebar menyambutnya.
Ketahuilah memelihara adalah urusan
rumit, dalam hidup ini tugas kita memelihara, tak ada satupun yang merupakan
milik kita, tapi seluruhnya milik Allah swt. yang diamanahkan kepada kita untuk
memelihara. Ketidakmampuan memelihara apakah dikarenakan kelalaian ataupun
karena ketidakpedulian seluruhnya akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat,
tempatnya neraka yang apinya tak terlintas dalam pikiran kedahsyatannya. Maka
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ( intisari Q.s. At-Tahrim
ayat 6 ).
Benarlah apa yang dikatakan mahfuzhat : Pemeliharaan
Itu Diharapkan.
Keterangan :
Sumber Mahfuzhat : K.H. Aslam Zakaria dan
Abd. Halim Manaf B.A, Buku Pelajaran Mahfuzhat I (Bandung: C.V Sulita,
1971 ), Cet. Ke-2
Penulisan Format Tulisan Arab : Freeware Arabic Unicode text editor
©2007 by Ebta Setiawan