WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Rabu, 28 November 2012

Pelajaran Mahfuzhat : Pemeliharaan Itu Diharapkan


Mahfuzhat :

اَلْحِمْيَةُ مَطْلُوْبَةٌ

( Pemeliharaan Itu Diharapkan )
Penjelasan :

Pemeliharaan, kata kunci dalam hal segala yang kita miliki, memelihara amanah (kepercayaan), memelihara lisan agar mengeluarkan kata-kata yang baik, memelihara mata dari memandang kemaksiatan, memelihara telinga untuk tidak mendengarkan kalimat-kalimat mengandung dosa (ghibah, fitnah, adu domba, dan sebangsanya), memelihara perut agar tidak diisi dengan makanan dan minuman yang haram, memelihara kaki agar tetap berjalan pada jalan-jalan yang diridhai Allah swt. Intinya memelihara anggota tubuh dan perilaku agar berada pada rel-rel kebajikan dan tidak membelot pada jalur-jalur kesesatan. Inilah pemeliharaan secara umum dalam menempuh kehidupan yang memiliki jalan pilihan yang bercabang dan beranting-ranting. Kala pemeliharaan ini musnah, atau kita lalai melakukannya, maka lihatlah kesudahannya, kesesatan demi kesesatan, dosa demi dosa akan menggunung.

Lihat dan saksikanlah, kesudahan orang-orang yang tidak memelihara amanah, seumur-umur orang tidak akan percaya padanya, orang akan ragu memilkulkan amanah untuk dirinya, maka jadilah ia terseok-seok dalam kubangan lumpur kesendirian. Bagaimana pula kesudahan orang-orang yang tidak mampu memelihara lisannya, apakah dengan dusta, ghibah, adu domba, mengumpat, mencaci dan anak cucunya, ia memilkiki banyak musuh, ucapannya tak bermakna, perkataannya tak di dengar, ucapannya tak lebih mata pisau yang membinasakan sehingga terkesan orang enggan untuk berkomunikasi dengannya. Aduhai …apakah yang lebih mengerikan dalam hidup ini kala ucapan tak lagi didengar, perkataan tak dapat mempengaruhi orang lain, dan segala apa yang keluar dari lisan tak lebih bagi orang lain sebagai omong kosong. Padahal lisan yang melahirkan ucapan, itulah alat komnunikasi yang begitu ampuh. Lisan mampu mengubah perilaku manusia yang biadab menjadi beradab, lisan mampu mengubah sikap antipati orang lain menjadi simpati. Tapi kala lisan tak lagi bermakna, karena kelalaian dalam pemeliharaannya, lihatlah, lihatlah kesudahannya, sungguh mengerikan. Na’udzubillah.

Begitu pula dengan mata yang tidak terpelihara dari pandangan kemaksiatan. Segala apa yang masuk ke dalam hati yang  tak bisa didengar, tak bisa diraba, yang bersumber dari luar diri ditangkap oleh mata. Mata yang menyaksikan, maka hati yang merasakan, lisan yang terperdaya, dan pikiran terkontaminasi. Tidakkah kau rasakan, kala kau melihat keindahan yang ada di depanmu, lalu hatimu terkagum-kagum, lidahmu berdecak, pikiranmu diselubungi keindahan. Kala kemaksiatan yang diliput oleh mata, maka ia akan tumbuh bersemi mekar di taman hati. Maka kacaulah hati tersebut, keseleolah lidah, dan pikiran berkecamuk. Pernahkah kau melihat orang jatuh cinta, cinta yang lahir dari pandangan pertama, lalu hati menjadi resah, lisan kelu untuk berucap, pikiran keluar dari fitrah rasionalitas. Demikian pulalah kala maksiat telah menyelebunginya, akibat dari pandangan mata yang tidak terpelihara.

Tak lebih, telinga juga akan mengalami hal yang sama, pemeliharaan yang tidak hati-hati akan membuat telinga ini senang mendengarkan irama-irama maksiat. Tidakkah kau merasakan, kala kau mendengarkan ghibah, maka telingamu ingin untuk mengetahui muatan ghibah tersebut dengan sempurna, apalagi jika muatan ghibah tersebut berkaitan erat dengan kepentingan hawa nafsumu, artinya kala orang yang dighibahkan itu adalah sainganmu, maka hatimu akan tersenyum dan merasa menang. Sehingga kau berupaya untuk bertahan mengikuti ghibah tersebut hingga sampai melakukan pembenaran. Tiada lain ini adalah akibat pemeliharaan yang menganggap remeh akan telinga.
Juga di dalamya urusan perut. Urusan perut adalah urusan substansi, manusia rela melakukan apa saja hanya untuk memuaskan keinginan perut. Kita bisa hidup, bergerak, beraktifitas, beribadah dan melakukan  segala apapun kala perut telah terisi. Kondisi ini mengakibatkan nafsu perut sangat kuat mempengaruhi. Pada jalan ini pemeliharaan akan perut agar terjaga dari materi-materi yang haram suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Lihat, saksikan, dengar, perhatikan, apa yang dikejar oleh kaum penipu jika bukan karena urusan perut, ia tipu negara dengan korupsi, ia tipu masyarakat dengan segala iming-iming agar diangkat jadi pemimpin,  dengan kepemimpinan itu ia bisa memuaskan keinginan nafsu perutnya. Ia lakukan hal-hal yang terkadang menjatuhkan harga dirinya, apakah dengan meminta-minta walau fisiknya kuat untuk bekerja. Apa saja, dimana saja, kapan saja, akan ia lakukan untuk urusan perut. Pada jalan ini halal haram tak lagi menjadi rambu-rambu, petunjuk tak lagi berada di depan. Maka bercampurlah yang haq dengan yang bathil. Inilah kedahsyatan dan bahaya yang harus diperhatikan dalam urusan perut agar kita mampu memeliharanya, sebab pemeliharaan ini suatu keniscayaan.

Apalagi pemeliharaan kaki. Kaki adalah media penyampai urusan. Secara umum kita tidak akan sampai pada tujuan yang hendak dicapai kala kaki enggan untuk melangkah kearahnya. Maka kaki adalah media utama untuk jatuhnya kita pada lubang-lubang maksiat. Kaki yang melangkah pada tempat maksiat, maka sesampainya disana baru lisan bekerja untuk melakukan kemaksiatan, apakah dusta, ghibah dan lainnnya, telinga ikut bekerja sama dalam hal mendengarkan kemaksiatan. Termasuk untuk mengejar urusan nafsu perut, kakilah sang mediator ulung. Maka pemeliharaan kaki agar tidak melangkah pada tempat kemaksiatan suatu hal yang penuh tantangan dan butuh usaha yang sungguh-sungguh. Bisa saja niat tidak tertanam untuk melakukan maksiat, tapi kala kaki telah mengantarkannya pada tempat maksiat tersebut, pintu-pintu maksiat terbuka lebar menyambutnya.

Ketahuilah memelihara adalah urusan rumit, dalam hidup ini tugas kita memelihara, tak ada satupun yang merupakan milik kita, tapi seluruhnya milik Allah swt. yang diamanahkan kepada kita untuk memelihara. Ketidakmampuan memelihara apakah dikarenakan kelalaian ataupun karena ketidakpedulian seluruhnya akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat, tempatnya neraka yang apinya tak terlintas dalam pikiran kedahsyatannya. Maka peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ( intisari Q.s. At-Tahrim ayat 6 ).
Benarlah apa yang dikatakan mahfuzhat : Pemeliharaan Itu Diharapkan.

Keterangan :

Sumber Mahfuzhat : K.H. Aslam Zakaria dan Abd. Halim Manaf B.A, Buku Pelajaran Mahfuzhat I (Bandung: C.V Sulita, 1971 ), Cet. Ke-2

Penulisan Format Tulisan Arab : Freeware Arabic Unicode text editor ©2007 by Ebta Setiawan