WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Sabtu, 05 September 2015

Kultum W. Khatib Bandaro : Mari Membangun Generasi Kita dengan Keteladanan

Materi Kultum Wendri Naldi Khatib Bandaro :

“MARI MEMBANGUN GENERASI KITA DENGAN KETELADANAN”

Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !

Salah satu dari tujuan pernikahan bagi seorang muslim adalah melahirkan keturunan muslim yang banyak. Sebab Rasulullah saw. membanggakan sekali dengan umatnya yang banyak. Hari ini, memang keturunan, dalam hal ini anak-anak kaum muslimin banyak, tapi perlu dipertanyakan apakah anak-anak yang banyak itu benar-benar karena hendak menunaikan keinginan Rasulullah saw. dengan umat yang banyak? Atau anak banyak tak lebih dari mencari jalan yang halal untuk mengumbar hawa nafsu melalui pernikahan?
Ketahuilah kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Keinginan Rasulullah saw. dengan umat yang banyak bukan berarti sekedar banyak anak, tapi banyaknya orang-orang yang mengamalkan Islam dan memperjuangkan Islam.  Sekarang, mari kita lihat keberadaan anak-anak kaum muslimin hari ini, khusus para remaja dan pemudanya. Berapa persentase yang mengamalkan Islam dan memperjuangkannya? Cukup lihat saja di masjid, bukankah masjid tempat aktifitas utama bagi seorang muslim dalam menunaikan keta’atan. Berapa jumlah para generasi Islam yang memakmurkan masjid? Tak syak lagi, yang kita temukan di masjid hanyalah orang-orang tua, yang sudah uzur hanya menunggu ajal menjemput. Kemana para pemuda yang katanya pemuda Islam? Mana anak-anak yang katanya anak-anak muslim? Mana katanya keturunan muslim yang banyak itu?
Mari kita lihat dijalan-jalan, di tempat-tempat hiburan, dipersimpangan-persimpangan jalan, atau di “lapau-lapau”, maka kita akan menemukan mereka disana dengan jumlah yang tak terhitung, dengan mempertontonkan perilaku yang menyimpang, sama sekali tidak menunjukkan akhlak Islami. Berkendaraan di tengah jalan tanpa aturan, tertawa terkekeh, berpelukan laki-laki perempuan, dan yang perempuan tidak pula menutup aurat. Nyanyian-nyanyian setan mereka hafal, dua atau tiga ayat al-Qur’an, jangankan menghafalnya, membacanya saja terbata-bata.
Tentu saja hal ini tidak bisa dipahami secara merata. Ini hanya sebagai  gambaran, bahwa ternyata generasi yang kita bangga-banggakan sebagai generasi yang banyak tidak membawa kebaikan pada Islam, yakni  tidak sesuai dengan yang diinginkan Rasulullah saw.  Kalaupun terdapat banyak anak-anak di masjid, yang memilukan malah membuat kekacauan dan menggaggu kekhusyu’an ibadah orang-orang yang melaksanakan ketundukan, akhirnya mereka diusir dari masjid.

Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?

Banyak kita tidak memahami hakikat pernikahan dalam Islam, ini yang pertama.
Yang kita tahu menikah adalah menghalalkan sesuatu yang sebelumnya haram antara hubungan laki-laki dengan perempuan. Padahal tujuan dari pernikahan salah satunya adalah membentuk keluarga sakinah, mawaddah warahmah dengan lahirnya keturunan-keturunan yang shaleh. Tapi karena pernikahan hanya dipahami menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan, kesudahannya, itulah yang kita saksikan hari ini, lahir anak, tapi tidak terurus, tidak terdidik dan menjadi sampah dalam masyarakat.

Kedua, Pola pendidikan kita yang salah terhadap anak.
Sadarilah! Anak yang shaleh bukanlah lahir dengan sendirinya, namun ia dididik oleh orang tuanya untuk menjadi shaleh, tentunya orang tuanya terlebih dahulu harus menjadi shaleh. Bagaimana bisa anak menjadi shaleh jika orang tuanya sendiri tidak shaleh? Anak diperintahkan baca al-Qur’an, shalat, sementara orang tua sendiri tidak pernah baca al-Qur’an, bahkan ada yang tidak bisa membacanya, dan tidak pernah shalat. Pola keteladanan, inilah yang sangat tipis hari ini. Ini yang dimaksud pola pendidikan yang salah.

Untuk itu, kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Hendaknya kita intropeksi diri, sudahkah kita menjadikan generasi kita menjadi  generasi terbaik yang dimulai dari kita sebagai generasi terbaik? Peran orang tua dalam mendidik anak, peran tokoh masyarakat dalam mencontohkan akhlak yang baik, serta peranan ulama dalam menanamkan nilai-nilai Islam sangat menentukan.
Kesimpulannya, generasi hari ini adalah generasi yang akan melanjutkan perjuangan Islam ke depan, dan menggantikan para pendahulu mereka. Maka mulailah dari pendahulu mereka dengan mewariskan yang terbaik, insya Allah mereka akan melanjutkannya, jika tidak tunggulah kehancuran generasi ini kelak.
Ingatlah apa yang Allah swt. tegaskan sebagaimana terdapat dalam surat Maryam ayat 59 : “Fakhalafa mimba’dihim kahlfun adhaa’ushshalaata wattaba’usysyahawaati, fasawfa yalqawna ghayyaa”, maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Camkanlah wahai kaum muslimin Rahimakumullah ! Jumlah kaum muslimin yang banyak yang diinginkan Rasulullah saw. adalah generasi terbaik, yang mewarisi kebaikan dari pendahulunya. Semoga kita mampu melahirkan generasi yang didambakan Rasulullah saw. Amiin.


  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar