Materi Kultum Wendri Naldi Khatib Bandaro :
“MARI KITA LURUSKAN CARA PANDANG TERHADAP MASJID”
Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Mengapa Rasulullah saw. pertama kali kala
hijrah ke Yastrib yang akhirnya bernama Madinah yang dibangun Masjid? Karena
masjid adalah pondasi dalam membangun tatanan umat. Dari masjidlah segalanya
dimulai. Masjid tempat menunaikan pengabdian dalam bentuk ibadah, terutama
shalat. Masjid tempat berkumpulnya seluruh elemen masyarakat. Masjid tempat
menghapus segala kedudukan keduniaan, tak ada pejabat atau rakyat jelata di
masjid. Si kaya dan si miskin bersentuhan badan di masjid dalam shalat
berjama’ah. Orang berilmu dimuliakan di masjid. Ahli ibadah mendapat ketenangan
di masjid. Dan masjid adalah tempat yang paling suci yang terjaga kesuciannya.
Oleh karena itu …wahai kaum
muslimin/muslimat Rahimakumullah ! Nyata sudah, masjidlah yang menjadi pondasi
utama berperan penting dalam membangun umat. Hanya saja pertanyaannya, mengapa
peran masjid yang demikian seakan tidak membumi hari ini? Masjid kita indah,
namun tidak diminati oleh jama’ah, sepi dan sunyi, bahkan, na’udzubillah, ada masjid yang terkunci dalam tanda kutip siang
hari, tidak berkumandang azan, yang tentunya tidak ditunaikan shalat
berjama’ah. Apakah kita tidak menyadari, bahwa shalat berjama’ah adalah
penyebab terhalangnya bala datang pada suatu kampung? Jika di masjid tidak ada
lagi orang yang mendirikan shalat berjama’ah? Pantaskan negri kita dilanda
bala? Renungkanlah, sungguh ini peringatan yang keras bagi kita !
Inilah kiranya jawaban mengapa kondisi
masjid kita memprihatinkan hari ini :
Pertama, karena kita tidak memahami peran
masid sebagai lembaga yang berfungsi untuk membangun umat. Yang kita tahu
masjid hanya tempat shalat, dan tabligh umum, tidak ada selain itu. Maka apa
yang terjadi? Masjid kita ramai di bulan Ramadhan, namun kembali sunyi di luar
Ramadhan, masjid kita penuh dengan jama’ah kala ada acara tabligh
besar-besaran, namun jika tidak ada aktifitas tabligh kembali kosong.
Kedua, kita memahami masjid tempat berlindung
yang aman.
Akibatnya, kala datang musibah, bencana,
baik longsor, banjir dan lainnya, kita melarikan diri ke masjid, berlindung dan
menjadikan tempat pengungsian. Apakah memang demikian tujuan masjid dibangun? Atau
apakah kita harus ditimpa bencana dulu baru kita datang ke masjid?
Ketiga, Masjid kita pahami milik umum dan
siapa saja memiliki hak di masjid.
Kesudahannya, masjid telah berfungsi
sebagai tempat umum, wc masjid menjadi wc umum, lapangan masjid tempat
berjualan, dan bahkan tak asing lagi sekarang pencurian sering terjadi di
masjid, seperti raibnya sandal jama’ah, kotak infak yang hilang, atau alat-alat
masjid yang dijadikan milik pribadi.
Keempat, ini yang paling menyedihkan,
masjid dijadikan sebagai tempat mencari hidup.
Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Tugas kita memakmurkan masjid, menghidupkan
masjid, bukan mencari hidup di masjid. Jika ada pembagian sembako di masjid,
kita datang ke masjid. Jika ada acara buka bersama gratis di masjid, kita ikut
didalamnya, atau jika terdapat pembagian bantuan melalui masjid kita marah jika
tidak diundang ke masjid. Ini artinya kita mencari hidup di masjid. Bukan
menghidupkan masjid.
Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !
Mari kita renungkan firman Allah swt,
sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 18 : “Innamaa ya’muru masaajidallaahi man aamana
billaahi walyawmilaakhiri wa aqaamashshalaata wa aatazzakaata wa lam yakhsya
illallaaha, fa’asaa ulaaaaaika anyakuunuu minalmuhtadiin”, sesungguhnya,
yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut kecuali pada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Apa yang kita pahami dari makna ayat ini?
Jika kita ingin mendapatkan petunjuk, maka makmurkanlah masjid, hidupkanlah
masjid, jangan mencari hidup di masjid, cintai masjid. Semua itu hanya akan
mampu dilakukan oleh orang-orang beriman kepada Allah swt. dan hari kemudian, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan haya
takut hanya pada Allah. Pertanyaanya sudah kita tergolong orang-orang yang
menjadi syarat dalam memakmurkan masjid? Jika belum, pantas jika kondisi masjid
kita seperti ini, sunyi dari jama’ah, tidak kita peroleh kebaikan di dalamnya,
karena kita sama sekali tidak memfungsikan masjid sesuai dengan yang
seharusnya.
Lalu apa yang kita banggakan dengan masjid
kita yang megah jika sunyi? Majid kita yang penuh dengan lampu-lampu dan marmer
yang memukau namun tidak menarik untuk beribadah di dalamnya? Apa yang kita
banggakan dengan menara masjid yang menjulang jika tak lebih bentuknya sama
dengan bangunan lain yang juga punya menara? Apa yang kita banggakan dengan
speakernya yang kuat dan keras suaranya, jika bunyi azan yang terpancar
melaluinya tidak membuat kita bergeming untuk menunaikan shalat di masjid?
Marilah kita berbenah, mari kita luruskan
cara pandang kita tentang masjid, mari kita imarahkan masjid, semoga kita
tergolong orang mendapatkan petunjuk. Fa’tabiruu
yaa Ulil Abshaar, la’allakum turhamuun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar