WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO
WENDRI NALDI EL-MANINJAUI KHATIB BANDARO

Sabtu, 05 September 2015

kultum W. Khatib Bandaro : Mari Kita Luruskan Cara Pandang Terhadap Masjid

Materi Kultum Wendri Naldi Khatib Bandaro :

“MARI KITA LURUSKAN CARA PANDANG TERHADAP MASJID”

Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !

Mengapa Rasulullah saw. pertama kali kala hijrah ke Yastrib yang akhirnya bernama Madinah yang dibangun Masjid? Karena masjid adalah pondasi dalam membangun tatanan umat. Dari masjidlah segalanya dimulai. Masjid tempat menunaikan pengabdian dalam bentuk ibadah, terutama shalat. Masjid tempat berkumpulnya seluruh elemen masyarakat. Masjid tempat menghapus segala kedudukan keduniaan, tak ada pejabat atau rakyat jelata di masjid. Si kaya dan si miskin bersentuhan badan di masjid dalam shalat berjama’ah. Orang berilmu dimuliakan di masjid. Ahli ibadah mendapat ketenangan di masjid. Dan masjid adalah tempat yang paling suci yang terjaga kesuciannya.
Oleh karena itu …wahai kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah ! Nyata sudah, masjidlah yang menjadi pondasi utama berperan penting dalam membangun umat. Hanya saja pertanyaannya, mengapa peran masjid yang demikian seakan tidak membumi hari ini? Masjid kita indah, namun tidak diminati oleh jama’ah, sepi dan sunyi, bahkan, na’udzubillah, ada masjid yang terkunci dalam tanda kutip siang hari, tidak berkumandang azan, yang tentunya tidak ditunaikan shalat berjama’ah. Apakah kita tidak menyadari, bahwa shalat berjama’ah adalah penyebab terhalangnya bala datang pada suatu kampung? Jika di masjid tidak ada lagi orang yang mendirikan shalat berjama’ah? Pantaskan negri kita dilanda bala? Renungkanlah, sungguh ini peringatan yang keras bagi kita !

Inilah kiranya jawaban mengapa kondisi masjid kita memprihatinkan hari ini :

Pertama, karena kita tidak memahami peran masid sebagai lembaga yang berfungsi untuk membangun umat. Yang kita tahu masjid hanya tempat shalat, dan tabligh umum, tidak ada selain itu. Maka apa yang terjadi? Masjid kita ramai di bulan Ramadhan, namun kembali sunyi di luar Ramadhan, masjid kita penuh dengan jama’ah kala ada acara tabligh besar-besaran, namun jika tidak ada aktifitas tabligh kembali kosong.

Kedua, kita memahami masjid tempat berlindung yang aman.
Akibatnya, kala datang musibah, bencana, baik longsor, banjir dan lainnya, kita melarikan diri ke masjid, berlindung dan menjadikan tempat pengungsian. Apakah memang demikian tujuan masjid dibangun? Atau apakah kita harus ditimpa bencana dulu baru kita datang ke masjid?

Ketiga, Masjid kita pahami milik umum dan siapa saja memiliki hak di masjid.
Kesudahannya, masjid telah berfungsi sebagai tempat umum, wc masjid menjadi wc umum, lapangan masjid tempat berjualan, dan bahkan tak asing lagi sekarang pencurian sering terjadi di masjid, seperti raibnya sandal jama’ah, kotak infak yang hilang, atau alat-alat masjid yang dijadikan milik pribadi.

Keempat, ini yang paling menyedihkan, masjid dijadikan sebagai tempat mencari hidup.

Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !

Tugas kita memakmurkan masjid, menghidupkan masjid, bukan mencari hidup di masjid. Jika ada pembagian sembako di masjid, kita datang ke masjid. Jika ada acara buka bersama gratis di masjid, kita ikut didalamnya, atau jika terdapat pembagian bantuan melalui masjid kita marah jika tidak diundang ke masjid. Ini artinya kita mencari hidup di masjid. Bukan menghidupkan masjid.

Kaum muslimin/muslimat Rahimakumullah !

Mari kita renungkan firman Allah swt, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 18 : “Innamaa ya’muru masaajidallaahi man aamana billaahi walyawmilaakhiri wa aqaamashshalaata wa aatazzakaata wa lam yakhsya illallaaha, fa’asaa ulaaaaaika anyakuunuu minalmuhtadiin”, sesungguhnya, yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali pada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Apa yang kita pahami dari makna ayat ini? Jika kita ingin mendapatkan petunjuk, maka makmurkanlah masjid, hidupkanlah masjid, jangan mencari hidup di masjid, cintai masjid. Semua itu hanya akan mampu dilakukan oleh orang-orang beriman kepada Allah swt. dan hari kemudian,  mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan haya takut hanya pada Allah. Pertanyaanya sudah kita tergolong orang-orang yang menjadi syarat dalam memakmurkan masjid? Jika belum, pantas jika kondisi masjid kita seperti ini, sunyi dari jama’ah, tidak kita peroleh kebaikan di dalamnya, karena kita sama sekali tidak memfungsikan masjid sesuai dengan yang seharusnya.
Lalu apa yang kita banggakan dengan masjid kita yang megah jika sunyi? Majid kita yang penuh dengan lampu-lampu dan marmer yang memukau namun tidak menarik untuk beribadah di dalamnya? Apa yang kita banggakan dengan menara masjid yang menjulang jika tak lebih bentuknya sama dengan bangunan lain yang juga punya menara? Apa yang kita banggakan dengan speakernya yang kuat dan keras suaranya, jika bunyi azan yang terpancar melaluinya tidak membuat kita bergeming untuk menunaikan shalat di masjid?

Marilah kita berbenah, mari kita luruskan cara pandang kita tentang masjid, mari kita imarahkan masjid, semoga kita tergolong orang mendapatkan petunjuk. Fa’tabiruu yaa Ulil Abshaar, la’allakum turhamuun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar